c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

05 Desember 2024

09:43 WIB

Tantangan Penanganan HIV Di Indonesia

Sampai dengan hari ini, masih ada sejumlah tantangan dalam penanganan HIV di Indonesia. Stigma dan diskriminasi menjadi hambatan besar.

Editor: Satrio Wicaksono

<p>Tantangan Penanganan HIV Di Indonesia</p>
<p>Tantangan Penanganan HIV Di Indonesia</p>

Ilustrasi pita HIV, sebagai bentuk kepedulian terhadap kasus HIV. Shutterstock/dok

JAKARTA - Program Gabungan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk HIV/AIDS (UNAIDS) Indonesia memaparkan sejumlah tantangan penanganan HIV di Indonesia, guna mencapai target mengakhiri epidemi AIDS pada tahun 2030.

Country Director UNAIDS Indonesia, Dr. Muhammad Saleem mengatakan, peran edukasi dan kesadaran masyarakat sangat penting guna menghindari stigma dan diskriminasi yang menjadi hambatan besar dalam penanganan HIV.

"Edukasi masyarakat dan advokasi kebijakan yang lebih inklusif sangat penting untuk memastikan tercapainya target global. Tanpa tindakan yang segera, infeksi HIV baru akan meningkat dan respons terhadap HIV akan menjadi tidak berkelanjutan," katanya, dikutip dari Antara, Kamis (5/12).

Dirinya mengatakan, menurut estimasi epidemiologis UNAIDS 2024 secara global, pada tahun 2023 tercatat 1,3 juta infeksi HIV baru dan 630.000 kematian terkait AIDS.

Ia menyebut, saat ini terdapat 30,3 juta dari 39,9 juta orang yang hidup dengan HIV di seluruh dunia menerima terapi antiretroviral (ARV). Namun demikian, hanya 48% anak-anak yang hidup dengan HIV yang berhasil mencapai viral suppression (pengendalian virus).

Sedangkan di Indonesia, hingga September 2024, sebanyak 71% orang yang hidup dengan HIV (ODHIV) telah mengetahui status mereka, kemudian 64% sedang menjalani pengobatan ARV, dan hanya 49% yang memiliki viral load tersupresi.

Tantangan lainnya dalam penanganan HIV di Indonesia adalah meningkatnya jumlah populasi kunci yang rentan terhadap HIV, serta terbatasnya akses ke layanan kesehatan yang memadai. Menurut dia, pemberian paket pencegahan, termasuk kondom dan Pre-Exposure Prophylaxis (PrEP), masih perlu dioptimalkan.

Sebagai respons, penjangkauan kepada populasi kunci oleh komunitas telah dilakukan di 178 kabupaten/kota, dengan pemberian paket pencegahan di 95 kabupaten/kota.

Selain itu, tes HIV mandiri dengan menggunakan Oral Fluid Test juga diperkenalkan untuk meningkatkan deteksi dini, yang diharapkan dapat mempercepat penanggulangan.

Oleh karena itu, dengan kolaborasi antara pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat diharapkan Indonesia dapat mencapai target-target yang ditetapkan oleh UNAIDS dan mengakhiri epidemi AIDS pada tahun 2030.

Ia menambahkan, peringatan Hari AIDS Sedunia menjadi momentum penting untuk mengingatkan seluruh masyarakat akan pentingnya upaya berkelanjutan, kesadaran, dan tindakan yang cepat untuk mengakhiri epidemi AIDS dan memberikan kehidupan yang lebih baik bagi semua orang yang hidup dengan HIV.

"Mengakhiri AIDS itu mungkin jika kita bertindak sekarang dan mengikuti jalur yang benar," kata Dr. Saleem.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar