24 April 2025
14:48 WIB
Tantangan Mempertahankan Situs-situs Arkeologi
Situs bersejarah dan temuan artefak warisan leluhur menjadi bukti peradaban di masa lampau, tapi sayangnya banyak yang tidak dalam kondisi baik-baik saja. Salah satunya karena terdesak pembangunan.
Ketua Tim Peneliti dari Balai Arkeologi Sumatera Selatan, Retno Purwanti mengukur ketebalan batuan s aat ekskavasi untuk penelitian di Candi Koto Mahligai, kompleks Candi Muarajambi, Muarojambi, Jambi. ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
JAKARTA - Riset-riset arkeologi dapat menjadi pondasi dalam menentukan arah pembangunan suatu daerah. Perlu komitmen bersama untuk tetap mempertahankannya.
Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) wilayah Bali dan Nusa Tenggara, Iwan Kristiawan mengatakan, berbagai temuan artefak dari warisan para leluhur menjelaskan tentang alasan mereka mendirikan sesuatu bangunan tidak di sembarang tempat, seperti tempat-tempat yang merepresentasikan hubungan manusia dengan alam hingga manusia dengan Tuhan seringkali berada di kawasan yang tinggi.
"Arkeologi di dalam konteks itu (pembangunan) penting sekali karena yang bisa menjadikan temuan sebagai bukti ilmiah adalah arkeolog," katanya.
Tapi sayangnya, saat ini banyak situs bersejarah yang sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja, akibat terdesak oleh pembangunan fasilitas pengolahan mineral, maupun pengelolaan wilayah konservasi lahan-lahan yang dipakai untuk alih fungsi.
Dia mencontohkan wilayah Hu'u di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, punya situ-situs makam leluhur yang berada di atas bukit masuk ke dalam wilayah eksplorasi pertambangan mineral.
"Orang mungkin melihat emas satu kilogram lebih berharga daripada satu kebudayaan. Prinsip-prinsip itu yang harus kita pikirkan," kata Iwan, dikutip dari Antara.
Lebih lanjut dia menyampaikan, bila semua pihak mampu mengelola suatu tempat secara berkelanjutan dengan mengacu kepada 17 tujuan global dalam pembangunan berkelanjutan atau SDGs, maka pengelolaan suatu kawasan yang sedang dibangun bisa menghidupi banyak generasi manusia.
Namun, jika kawasan itu dieksploitasi sampai habis membuat generasi lain cuma bisa mendengar cerita-cerita kejayaan masa lampau, sehingga setiap peristiwa penting harus bisa dikonservasi.
"Setiap daerah punya etnisitas dan identitas kawasan yang berbeda. Hal itu mempengaruhi gaya karakter dari pengelolaan sumber daya budaya atau sumber daya arkeologi," ujarnya.
"Arkeolog harus bisa menyampaikan ini sebagai salah satu langkah penting. Ketika arkeolog berani berpikir bahwa ini harus dilestarikan, maka arkeolog harus berani juga memberikan solusi yang berhubung dengan keberlanjutan SDGs," pungkas dosen arkeologi Universitas Udayana tersebut.