18 September 2024
12:08 WIB
Tanggapi Macet 'Horor' Puncak, Kemenparekraf Siapkan Opsi Mitigasi
Kawasan wisata Puncak Bogor selalu dipadati wisatawan di momen libur panjang, hingga menimbulkan kemacetan parah. Kemenparekraf pun angkat bicara dan menyiapkan sejumlah opsi, salah satunya cable car.
Penulis: Siti Nur Arifa
Editor: Satrio Wicaksono
Sejumlah kendaraan bergerak melambat saat pemberlakuan satu arah menuju jalur wisata Puncak di Simpang Gadog, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (15/9/2024). Antara Foto/Arif Firmansyah
JAKARTA - Kawasan wisata Puncak Bogor hingga saat ini masih menjadi destinasi wisata andalan bagi masyarakat Jabodetabek. Maka tak heran saat libur panjang maupun weekend, kawasan ini dipadati wisatawan, termasuk long weekend peringatan Maulid, 14-16 September kemarin, sampai menimbulkan kemacetan panjang dan terjadi selama berjam-jam.
Berbagai keluhan disuarakan dan dilaporkan para wisatawan yang mengaku terjebak macet hingga 9 jam, bahkan ada yang 15 jam. Kebanyakan dari mereka terpaksa tidur di dalam kendaraan dan terjebak di sejumlah objek wisata, lantaran arus lalu lintas yang tidak bergerak sama sekali.
Disampaikan oleh Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Kemenparekraf, Nia Niscaya, berdasarkan data dari Kepala Urusan Pembinaan Operasi (KBO) Satlantas Polres Bogor, Iptu Ardian, kemacetan 'horor' yang terjadi di Puncak disebabkan oleh volume kendaraan yang melebihi ambang batas maksimal.
"Ambang dalam batas jalur puncak selama satu jam seharusnya dilintasi 1.500-2.000 kendaraan, baik roda empat maupun roda dua. Namun, berdasarkan data dari Satlantas Bogor, mencapai 2.800 dari pukul 6-7 pagi pada tanggal 15 September 2024,” papar Nia, dalam agenda Weekly Brief di Jakarta, Selasa (17/9).
Lebih lanjut Nia menjelaskan, volume kendaraan yang melintasi jalur Puncak pada libur panjang kemarin mencapai 150 ribu. Jumlah tersebut melebihi kapasitas jalan sehingga menimbulkan kepadatan luar biasa.
"Dari data Kapolres Bogor, yang masuk jalur Puncak pada long weekend mencapai 150 ribu kendaraan, sedangkan kapasitas jalanan Puncak Bogor hanya mampu menampung 70 ribu kendaraan," tambahnya lagi.
Akibat kondisi tersebut, kebijakan yang biasa dilakukan seperti sistem satu arah atau buka tutup jalur, tidak dapat mengurai kemacetan yang terjadi.
Opsi Mitigasi
Hadir dalam kesempatan sama, Fadjar Hutomo sekalu Staf Ahli Menteri Bidang Manajemen Krisis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengatakan, guna mengantisipasi kejadian yang sama kembali terjadi, perlu ada antisipasi lintas sektor untuk menanggulangi lonjakan masyarakat ke kawasan puncak.
Meski kunjungan wisata menjadi tolak ukur positif, namun menjadi tugas pemerintah untuk memberikan antisipasi dan penanganan terkait peristiwa tersebut. Apalagi kemacetan di kawasan Puncak menjadi hal yang terus berulang.
Fadjar mengungkap, ada strategi yang akan disiapkan Kemenparekraf, di antaranya membagi beban wisata, menyiapkan moda transportasi alternatif, serta peningkatan kapasitas jalan.
"Opsi yang mungkin bisa dilakukan untuk itu termasuk juga membagi beban, artinya atraksinya disebar tidak hanya di satu titik saja. Itu salah satu metodenya, dan kemudian juga terkait dengan moda transportasinya. Ini menarik tentunya moda transportasi publik alternatif, termasuk juga kita cermati ada rencana usulan dari Pemkab Cianjur untuk jalur Puncak Dua, itu bagian dari infrastruktur untuk meningkatkan kapasitas jalan," papar Fadjar.
Sebenarnya, ada banyak alternatif destinasi wisata yang menawarkan pengalaman serupa kawasan Puncak, misalnya di Lido, Sentul, atau wilayah Sukamakmur yang merupakan wilayah Kabupaten Bogor dengan suasana sejuk khas pegunungan.
Selain itu Direktur Pengembangan Destinasi Kemenparekraf, Sri Utari Widyastuti mengungkap, dalam waktu dekat pihaknya akan melakukan pertemuan dengan pihak terkait dalam pengembangan kereta gantung (cable car) di Puncak Bogor.
"Solusi lain cable car untuk di daerah Puncak ini kami sudah sedang jajaki juga, dan InsyaAllah minggu depan ini kami akan berkoordinasi dengan mitra terkait dan juga para stakeholders," pungkasnya.