c

Selamat

Senin, 17 November 2025

KULTURA

03 November 2021

11:52 WIB

Tanaman Hias, Antara Peluang Dan Tantangan Konservasi

Pemanfaatan tanaman hias bisa menjadi bumerang jika tak dibarengi dengan kesadaran konservasi.

Penulis: Andesta Herli Wijaya

Editor: Satrio Wicaksono

Tanaman Hias, Antara Peluang Dan Tantangan Konservasi
Tanaman Hias, Antara Peluang Dan Tantangan Konservasi
tanaman hias. Freepik/dok.

JAKARTA – Tanaman hias sejak dahulu kala sudah dimanfaatkan oleh manusia, baik untuk pemenuhan hasrat keindahan pada manusia, obat, penyerap polutan di dalam ruangan, hingga keperluan perawatan tubuh yang kemudian berlanjut ke wilayah industri kosmetik.

Sejak lama pula, tanaman hias disadari memiliki nilai tinggi bagi masyarakat di Indonesia. Tanaman hias sudah menjadi bagian dari kegiatan perekonomian masyarakat, seperti tampak pada penjualan bunga-bunga tabur untuk keperluan ziarah.

Namun, baru belakangan ini, tanaman hias menjadi suatu tren yang membuat semakin banyak orang tertarik untuk berusaha ataupun memelihara tanaman hias. 

Pada masa pandemi, demam tanaman hias melanda masyarakat berbagai kalangan di berbagai daerah di Indonesia. Bersamaan, nilai ekonomis pada tanaman hias pun semakin tinggi.

Peneliti Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, Sri Rahayu, memandang tren tanaman hias itu sebagai sebuah tantangan bagi konservasi untuk merawat biodiversitas yang ada di Indonesia. 

Di satu sisi, fenomena itu membuat semakin banyak orang mengenal lebih banyak spesies tanaman di Indonesia. Namun, di sisi lain, membuat banyak orang ingin berburu tanaman hias di alam.

“Tren bunga memunculkan tantangan konservasi. Pemahaman konservasi perlu kita tanamkan ke masyarakat agar juga kalau menemukan jenis tanaman tertentu kita harus apa. Di samping kita juga harus melakukan riset dan pemanfaatan terhadap tanaman hias,” ungkap Sri dalam sesi webinar BRIN bertajuk "Tanaman Hias, Peluang Inovasi di Masa Pandemi", beberapa waktu lalu.

Sayangnya, tingginya intensitas berburu tanaman hias di alam bisa menjadi ancaman, jika tidak dibarengi dengan kesadaran konservasi. Utamanya oleh para pelaku bisnis  tamanan hias itu sendiri. 

Sri pun meminta masyarakat untuk bijak dalam mengeksplorasi tanaman hias, agar tidak menimbulkan ancaman bagi keberlanjutan spesies tanaman itu sendiri, serta bagi ekosistem alam secara keseluruhan.

Sri tidak menyalahkan masyarakat yang antusias untuk mengeksplorasi alam atau hutan-hutan untuk menemukan tanaman hias baru. Namun, ia mengingatkan agar pemanfaatan itu dilakukan secara bijak, dengan tetap memperhatikan sisi keberlanjutan.

“Perlu kita jaga, tanaman hias itu perlu kita perlakukan sebagai aset, yang bukan hanya  untuk kita, tapi juga untuk anak-cucu kita,” kata Sri.

“Dan perlu diingat juga, tanaman-tanaman itu hanya dimanfaatkan manusia saja, itu dia juga ada kaitan dengan penyerbukan, dengan hewan, seperti semut, atau dengan pohon-pohon, dia satu kesatuan ekosistem di alam. Oleh karena itu kita perlu sangat bijaksana untuk memanfaatkannya, secukupnya, dan tetap sustain,” imbuhnya.

Belum Teridentifikasi

Sri adalah peneliti yang sejak lama berkecimpung di ranah penelitian spesies bunga-bunga dan tanaman hias di Indonesia. 

Merujuk data yang ia paparkan, Indonesia sendiri diperkirakan memiliki lebih dari 40 ribu jenis tanaman berbunga. Jika digabungkan dengan jenis tanaman paku-pakuan (juga termasuk tanaman hias) maka jumlahnya bisa mencapai 60 ribu lebih.

Dari jumlah itu, hingga saat ini baru 20% yang telah teridentifikasi dan diketahui potensinya dengan baik. Sementara itu, ada 50% yang masih belum bernama dan belum teridentifikasi, yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.

Keragaman yang besar itu merupakan suatu potensi, terutama dalam konteks ekonomi. Potensi itu, kata Sri, bisa dimanfaatkan oleh UMKM maupun industri besar pengolahan produk berbahan baku bunga-bungaan.  Asalkan pemanfaatan itu tidak eksploitatif, tetap mengutamakan kelestarian spesies yang ada.

“Pemanfaatan tanaman hias, perlu dibarengi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan penguasaan teknologi. Kalau kita punya kekayaan bahan mentah kalau tidak mampu mengelolanya dengan benar, sangat sedikit yang bisa kita dapatkan,” kata Sri.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar