20 Agustus 2021
16:19 WIB
Penulis: Dwi Herlambang
Editor: Satrio Wicaksono
JAKARTA – Dalam berperang, masyarakat Suku Dayak tidak hanya mengandalkan Mandau sebagai senjata utama. Mereka juga menggunakan Talawang atau perisai untuk menangkal segala kemungkinan serangan dari musuh.
Talawang memiliki sisi estetis lewat motif ukirannya. Keseluruhan bidang depan Talawang diukir berbentuk topeng Hudo. Konon, punya daya magis yang mampu membangkitkan semangat dan menjadikan penggunaannya sebagai sosok yang kuat.
Ukiran Talawang pada umumnya bermotifkan burung Tinggang, yaitu burung yang dianggap suci oleh Suku Dayak. Motif lain yang sering digunakan adalah ukiran Kamang, yang dipercaya sebagai perwujudan dari roh leluhur Suku Dayak. Digambarkan dengan seseorang yang sedang duduk menggunakan cawat dan wajahnya berwarna merah.
Talawang bagi laki-laki, biasanya digambar dengan motif Gergasi atau raksasa yang bersifat tenang, kuat, dengan raut wajah menakutkan. Motif semacam itu dipercaya dapat mempengaruhi orang agar semangatnya memudar dan merasakan ketakutan sebelum perang dimulai.
Baca juga: Ragam Tas Tradisional Dari Suku-suku Di Indonesia
Sementara untuk wanita, motif utamanya tetap Gergasi, namun lebih menonjolkan sisi kelembutan, keramahan, serta persahabatan. Pun, warna yang digunakan adalah warna cerah seperti kuning dan putih. Dengan warna dan penggambaran Gergasi yang penuh kelembutan, tameng ini akan membuat yang melihatnya muncul rasa iba dan kasihan, sehingga nantinya tidak tega untuk menyakiti.
Talawang dibuat dari kayu ulin, kayu besi atau kayu liat. Penggunaan kayu ini tidak lain karena memiliki karakter yang ringan tetapi memiliki ketahanan yang cukup lama hingga ratusan tahun.
Seperti perisai pada umumnya, Talawang berbentuk persegi panjang yang dibuat runcing pada bagian atas dan bawahnya. Panjangnya sekitar satu hingga dua meter dengan lebar maksimal 50 cm. Sisi luar perisai ini dihias dengan ukiran yang mencirikan kebudayaan Dayak, sementara bagian dalamnya diberi pegangan agar memudahkan orang dalam menggenggam.
Baca juga: Kaleka Betang Didaftarkan Jadi Cagar Budaya
Kini, seiring berjalannya waktu, Talawang mengalami pergeseran kegunaan. Jika dulu digunakan sebagai pertahanan terakhir dalam berperang, kini Talawang berfungsi sebagai benda pajangan yang bernilai estetis sekaligus ekonomis.
Satu buah Talawang bermotif dihargai ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Harga tersebut sebanding dengan keindahan motif yang ditawarkan para pembuatnya.
Bersama Mandau, Talawang kini juga menjadi salah satu senjata tradisional yang digunakan sebagai properti untuk seni pertunjukan seperti Tari Mandau dan Tari Papatay. Melalui kesenian ini, Mandau dan Talawang akan selalu dikenal dan diingat oleh generasi penerus bangsa.