c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

06 September 2023

12:28 WIB

Tak Hanya Sedotan, Gelas Kertas Pun Punya Risiko Racun

Dengan lapisan tipis film bioplastik, gelas kertas ternyata tidak terdegradasi sempurna di alam. Peneliti menemukan dampak buruknya pada kehidupan hewan alami.

Editor: Rendi Widodo

Tak Hanya Sedotan, Gelas Kertas Pun Punya Risiko Racun
Tak Hanya Sedotan, Gelas Kertas Pun Punya Risiko Racun
Gelas kertas juga menyimpan risiko racun. Shutterstock/marikun

JAKARTA - Jika sebelumnya banyak peneliti yang menemukan potensi risiko di balik sedotan kertas, kini gelas kertas juga ternyata bisa memberi masalah bagi lingkungan.
 
Dikutip dari Popsci, sebuah studi yang diterbitkan jurnal Environmental Pollution menemukan bahwa banyak gelas kertas dilapisi dengan lapisan tipis plastik. Lapisan ini sendiri berfungsi menjaga cairan agar tidak merembes ke dalam kertas, namun ternyata lapisan tipis plastik ini dapat memancarkan zat beracun.
 
 Dalam studi tersebut, tim peneliti dari University of Gothenburg di Swedia menguji efek cangkir sekali pakai yang terbuat dari bahan yang berbeda pada larva kupu-kupu. Kertas dan gelas plastik ditempatkan di air bersuhu sedang hingga hancur dalam empat minggu. Kemudian, larva ditempatkan di akuarium yang sudah terisi dengan sedimen hancur dari kertas dan gelas plastik.
 
 Larva tumbuh jauh lebih lambat di akuarium yang sudah terkontaminasi. Paparan air tercemar dari kedua jenis cangkir menunjukkan kemampuannya menghambat perkembangan larva.
 
 "Semua sedimen gelas juga berdampak negatif terhadap pertumbuhan jentik nyamuk," kata penulis studi dan ahli ekotoksikologi, Bethanie Carney Almroth. 

Karena kertas tidak tahan terhadap air atau lemak, kertas yang digunakan untuk mengemas makanan dan cairan perlu dilapisi dengan lapisan dasar film plastik yang melindungi kertas.
 
 Film plastik sendiri sering dibuat dari jenis bioplastik yang disebut polylactide (PLA). Bioplastik diproduksi dari sumber daya terbarukan. PLA umumnya diproduksi dari jagung, singkong, atau tebu dan meskipun sering diyakini dapat terurai secara hayati, penelitian ini menunjukkan bahwa PLA masih menunjukkan potensi kontaminasinya.
 
 "Bioplastik tidak terurai secara efektif ketika mereka berakhir di lingkungan, di dalam air. Mungkin ada risiko bahwa plastik tetap berada di alam dan mikroplastik yang dihasilkan dapat tertelan oleh hewan dan manusia, seperti halnya plastik lainnya. Bioplastik mengandung setidaknya bahan kimia sebanyak plastik konvensional," kata Carney Almroth.
 
 Menurut tim, kertas menghadirkan potensi bahaya kesehatan baru dibandingkan dengan bahan lain. Hal ini menjadi semakin berisiko karena kini masyarakat beralih dari plastik untuk urusan wadah makanan dan minuman di mana kertas menjadi alternatifnya.
 
 Tim peneliti tidak melakukan analisis untuk melihat zat mana yang membahayakan dari gelas kertas dan merusak larva, tetapi mereka menduga itu adalah campuran dari berbagai bahan kimia.
 
 Isu antara wadah sekali pakai atau plastik umum yang bisa digunakan kembali kini masuk di tahap buntu. Beberapa perkiraan menemukan bahwa gelas plastik yang dapat digunakan kembali harus digunakan setidaknya 20 hingga 100 kali untuk mengimbangi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari memproduksinya.

"Tampaknya sekarang kita perlu bergeser kembali dan menjauh dari gaya hidup sekali pakai, apapun itu termasuk kertas. Lebih baik jika Anda membawa mug sendiri saat membeli kopi take away. Atau dengan segala cara, luangkan waktu beberapa menit, duduk dan minum kopi Anda dari cangkir porselen," kata Carney Almroth.

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar