31 Oktober 2024
20:11 WIB
Stunting Masih Tinggi, Berbagai Pihak Terus Jalin Kolaborasi
Percepatan penurunan stunting pada balita menjadi salah satu program prioritas pemerintah yang tertulis dalam RPJMN 2020-2024.
Penulis: Arief Tirtana
Editor: Rendi Widodo
Alodokter dan Danone Indonesia intervensi intensif tekan angka stunting di Indonesia. Dok. Danone Indonesia
JAKARTA - Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 oleh Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting di Indonesia mencapai 21,6%. Meski angka ini menunjukkan penurunan dari tahun sebelumnya (24,4% pada 2021), target Pemerintah untuk menekan angka stunting hingga ke 14% pada tahun 2024 dirasa masih jauh.
Percepatan penurunan stunting pada balita menjadi salah satu program prioritas pemerintah yang tertulis dalam RPJMN 2020-2024. Di mana untuk mewujudkannya, Pemerintah bekerja sama dengan berbagai pihak dan lintas sektor untuk mendukung perbaikan kondisi stunting di Indonesia.
Salah satu upaya misalnya dilakukan oleh Dinas Kesehatan, yang menggandeng pihak swasta, yakni Danone Indonesia dan Alodokter untuk menggelar "Program Pelatihan & Screening Generasi Maju Bebas Stunting 2024".
Program ini menjadi sebuah langkah strategis untuk meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan sekaligus memberikan akses kesehatan yang lebih luas bagi masyarakat.
Setidaknya sudah ada sekitar 20 Puskesmas di Pulau Jawa yang dikunjungi oleh program ini. Di tiap puskesmas itu ada sekitar 30 tenaga kesehatan, termasuk dokter, bidan, dan kader yang diberikan pelatihan intensif selama satu hari.
Pembekalan difokuskan pada pengetahuan mendalam tentang stunting, cara pengukuran yang benar, serta metode monitoring pertumbuhan anak.
Program ini dirancang untuk menurunkan prevalensi stunting dengan meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan, termasuk dokter anak, dokter umum, bidan, dan kader kesehatan melalui edukasi mendalam.
Sejauh ini sudah ada lebih dari 4.000 balita yang telah menjalani skrining stunting secara gratis di berbagai puskesmas di wilayah pinggiran sebagai bagian dari program ini.
Selain mendapatkan skrining, balita yang terdeteksi stunting juga akan menerima pemantauan kesehatan berkelanjutan, yang dilakukan oleh kader puskesmas dan Dinas Kesehatan setempat.
Skrining dilakukan bukan hanya bertujuan untuk mendeteksi kondisi anak-anak, tetapi juga memberikan edukasi langsung kepada orang tua mengenai pentingnya gizi dalam masa pertumbuhan, sehingga diharapkan bisa menciptakan perubahan nyata dalam mengurangi angka stunting di Indonesia.
"Permasalahan stunting menjadi kritis dalam konteks generasi maju, terutama menuju Generasi Emas 2045. Dampaknya sangat merugikan pada perkembangan fisik dan kognitif anak-anak Indonesia, yang seharusnya membentuk pondasi kualitas sumber daya manusia. Pemerintah menyadari keberhasilan mengatasi stunting memerlukan kontribusi nyata dari segala pihak mendukung gerakan Generasi Maju Bebas Stunting.” terang Muhdiar, Staf Gizi Dinkes Jember yang terlibat dalam program ini.
Sementara itu, Co-Founder dan President Director dari Alodokter, Suci Arumsari mengatakan bahwa pihaknya percaya melalui edukasi yang tepat untuk tenaga kesehatan, serta peningkatan pemahaman dalam pencegahan, deteksi dini, dan penanganan stunting sesuai jenjang rujukan, kita akan dapat memberikan dampak besar dalam menurunkan prevalensi stunting di Indonesia.
Edukasi ini bukan hanya sekadar teori, tetapi sebuah pendekatan praktis yang langsung dapat diterapkan di lapangan. Melainkan juga cerminan nyata dari komitmen untuk melindungi masa depan anak-anak Indonesia, agar mereka memiliki kesempatan tumbuh optimal, baik secara fisik maupun mental.
Intervensi langsung berupa produk pangan olahan keperluan medis khusus (PKMK) untuk anak kurang gizi atau gizi buruk. Setelah intervensi diberikan, proses pemantauan berlanjut dengan dukungan dari kader puskesmas dan Dinas Kesehatan setempat, yang akan secara berkala melakukan monitoring perkembangan anak tersebut.
Proses ini juga didukung Danone Indonesia dengan penyediaan laboratorium digital untuk bantu orang tua memonitor pertumbuhan anaknya. Pemantauan ini memastikan bahwa intervensi gizi yang diberikan dapat menghasilkan perubahan positif yang signifikan dalam pertumbuhan dan kesehatan balita.