c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

18 September 2025

15:43 WIB

Studi Ungkap Jenggot Lebih Kotor Dari Bulu Anjing

Penelitian yang membandingkan jenggot pria dan bulu anjing menyebutkan kalau jenggot lebih kotor dan menggandung lebih banyak bakteri. 

Editor: Satrio Wicaksono

<p>Studi Ungkap Jenggot Lebih Kotor Dari Bulu Anjing</p>
<p>Studi Ungkap Jenggot Lebih Kotor Dari Bulu Anjing</p>

Ilustrasi pria berjenggot. Foto: Freepik

JAKARTA - Bagi sebagian kaum adam, memelihara jenggot dilakukan untuk memberikan kesan maskulin dalam setiap penampilannya. Bentuknya pun beragam, ada yang tipis maupun sengaja dipelihaha hingga tebal sesuai dengan keinganan.

Tapi di balik apapun alasannya seseorang memiliki jenggot, sebuah studi menemukan bahwa jenggot pria lebih kotor daripada bulu anjing. Pasalnya di dalamnya mengandung lebih banyak bakteri berbahaya.

Seperti dilaporkan Times of India, peneliti di Swiss mencoba membandingkan jenggot dan bulu anjing. Hasilnya, jumlah mikroba pada jenggot tenyata lebih tinggi, termasuk beberapa bakteri yang dapat menyebabkan infeksi. 

Studi itu dipublikasikan di European Radiology pada tahun 2019 dengan melibatkan 18 pria berjenggot rentang usia antara 18 hingga 76 tahun, serta 30 anjing dari berbagai ras.

Para ilmuwan mengambil sampel dari jenggot di area wajah dan leher, serta air liur dari para pria, dan membandingkannya dengan bulu dan air liur dari anjing. Mereka juga mengambil sampel dari pemindai MRI yang digunakan untuk manusia dan anjing untuk melihat seberapa banyak kontaminasi bakteri yang ada.

Ternyata, ke-18 pria tersebut memiliki jumlah mikroba yang tinggi di janggut mereka, tetapi hanya 23 dari 30 anjing yang memilikinya. Hal yang lebih mengejutkan yakni tujuh dari pria tersebut membawa bakteri yang diketahui berbahaya bagi manusia, seperti Enterococcus faecalis (bakteri usus) dan Staphylococcus aureus. Di antara anjing-anjing tersebut, hanya empat yang membawa jenis bakteri berbahaya tersebut.

Para peneliti menilai, jenggot lebih menjebak bakteri karena menciptakan lingkungan mikro. Misalnya, rambut menjebak kelembapan, sel-sel kulit, minyak, partikel makanan, keringat, dan debu. Semua ini dapat memberi makan bakteri.

Tanpa pembersihan yang tepat, bakteri berkembang biak, terutama ketika rutinitas kebersihan kurang diperhatikan. Selain itu, jenggot terletak dekat dengan mulut dan hidung, tempat bakteri lebih mungkin terakumulasi dan berpindah.

Studi ini juga mencatat bahwa pemindai MRI yang digunakan secara eksklusif oleh manusia memiliki kontaminasi yang lebih tinggi setelah digunakan. Selain itu, menunjukkan bahwa bakteri manusia pada kulit, pakaian, atau jenggot berkontribusi lebih besar terhadap kontaminasi permukaan umum di rumah sakit dibandingkan anjing di lingkungan tersebut.

Tidak Sebabkan Penyakit

Kebanyakan jenggot tidak akan menyebabkan penyakit. Namun, dengan adanya bakteri tertentu, ada kemungkinan infeksi kulit, iritasi, pori-pori tersumbat, atau lebih buruk lagi jika bakteri masuk ke luka atau selaput lendir.

Para peneliti menyarankan untuk menjaga kebersihan jenggot, bukan berarti mencukur bersih; melainkan merawatnya dengan benar. Langkah pertama dapat dilakukan dengan menggunakan sampo jenggot yang lembut atau pembersih wajah yang ringan.

Jenggot yang terawat baik pun dapat dipangkas sesekali untuk menghilangkan ujung bercabang, menjaga bentuknya, dan mengurangi tempat persembunyian bakteri. Hal lain yang perlu diperhatikan yakni membersihkan pelindung pisau cukur, gunting, sisir, sikat jenggot secara berkala agar bakteri tidak kembali.

Perhatikan pula gaya hidup yang dijalankan. Setelah makan, berkeringat, atau berada di lingkungan berdebu, bilas atau cuci jenggot Anda. Selain itu, luka atau sayatan apa pun di dekat jenggot harus dibersihkan dan dipantau.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar