24 Oktober 2025
12:09 WIB
Studi Sebut Informasi Berita AI Tidak Akurat
Studi kolaborasi EBU dan BBC menunjukkan bahwa informasi berita yang disajikan asisten AI dari pertanyaan pengguna kerap tidak akurat.
Penulis: Arief Tirtana
Editor: Satrio Wicaksono
Seseorang sedang mengoperasikan Chatbot AI atau layanan komunikasi dengan kecerdasan buatan. Shutter stock/Ascannio
JAKARTA - Keberadaan asisten AI (artificial intelligence) belakang kerap digunakan oleh pengguna jagad mata untuk mencari dan mendapatkan berita. Tapi sayangnya, hampir setengah dari berita-berita yang disajikan asisten AI itu ternyata tidak akurat.
Hal itu merupakan hasil penelitian internasional kolaborasi European Broadcasting Union (EBU) dan BBC yang melibatkan 22 lembaga penyiaran publik dari 18 negara, dengan 14 bahasa yang berbeda.
Jurnalis profesional dari lembaga penyiaran publik yang terlibat, mengevaluasi lebih dari 3.000 tanggapan (informasi) yang disampaikan ChatGPT, Copilot, Gemini, dan Perplexity. Dengan melakukan evaluasi seputar akurasi, sumber, kemampuan membedakan opini atau fakta, serta kemampuan menyediakan konteks, hasilnya, 45% dari informasi berita yang disajikan AI, sedikitnya menghadirkan satu masalah signifikan.
Selain itu, 31% konten berita yang disampaikan AI, menunjukkan masalah yang serius, seperti atribusi yang hilang, menyesatkan, atau informasi yang salah. Selain itu, 20% mengandung masalah akurasi utama, termasuk halusinasi detail dan informasi yang kedaluwarsa.
Dari empat sistem AI yang diteliti, Gemini memiliki kinerja terburuk, dengan masalah signifikan dalam 76% respons.Sebagian besar masalah tersebut disebabkan oleh kinerja sumbernya yang buruk.
"Kegagalan-kegagalan ini bersifat sistemik, lintas batas, dan multibahasa, dan kami yakin hal ini membahayakan kepercayaan publik. Ketika masyarakat tidak tahu apa yang harus dipercaya, mereka akhirnya tidak mempercayai apa pun, dan hal itu dapat menghambat partisipasi demokratis," terang EBU Media Director and Deputy Director General, Jean Philip De Tender, seperti dikutip dari ebu.ch.
Sebagai langkah tanggapan dari riset ini, EBU dan BBC juga merilis toolkit yang dinamakan News Integrity in AI Assistants Toolkit. Buku panduan ini dimaksudkan untuk mengembangkan solusi terhadap masalah-masalah yang ditemukan. Misalnya bagaimana cara memperbaiki kualitas jawaban AI, bagaimana meningkatkan literasi media pengguna, klarifikasi peran dan sumber dalam jawaban AI.
Direktur Program BBC untuk Generative AI, Peter Archer mengatakan, meski ada beberapa perbaikan dari informasi berita yang diberikan AI, masih ada sejumlah masalah signifikan dari yang disajikan asisten kecerdasan buatan.
Karena itu, pihaknya berharap agar platform-platform tersebut menjadi lebih baik. Pihaknya pun membuka diri untuk bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan AI, guna memberikan layanan yang bermanfaat bagi audiens dan masyarakat luas.
"Kami antusias dengan AI dan bagaimana AI dapat membantu kami memberikan nilai lebih kepada audiens. Namun, orang-orang harus dapat mempercayai apa yang mereka baca, tonton, dan lihat," terangnya.
Sebagai langkah lanjutan, EBU dan para anggotanya juga mendesak regulator Uni Eropa dan nasional untuk menegakkan hukum yang berlaku terkait integritas informasi, layanan digital, dan pluralisme media. Mereka juga menekankan bahwa pemantauan independen yang berkelanjutan terhadap asisten AI sangat penting, mengingat pesatnya perkembangan AI, dan sedang mencari opsi untuk melanjutkan penelitian secara bertahap.