c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

08 April 2022

18:05 WIB

Studi: Pelancong Lokal Lebih Memilih Wisata Bebas Repot

Preferensi wisatawan Indonesia soal wisata bebas repot, menunjukkan kerinduan masyarakat Indonesia untuk kembali berwisata dengan tanpa beragam pembatasan dan prosedur karantina yang ketat

Studi: Pelancong Lokal Lebih Memilih Wisata Bebas Repot
Studi: Pelancong Lokal Lebih Memilih Wisata Bebas Repot
Wisatawan menggunakan jasa Jeep Merapi di Kali Kuning, Cangkringan, Sleman, D.I Yogyakarta, Kamis (9 /12/2021). Dok.Antara Foto/Andreas Fitri Atmoko

JAKARTA – Seiring dengan pelonggaran kebijakan untuk bepergian, minat orang untuk kembali berwisata kian membuncah. Hanya saja, saat ini ada sedikit perubahan preferensi kala melancong ke sejumlah destinasi wisata. 

Studi Global Travel Intentions 2021 dari perusahaan pembayaran digital Visa menunjukkan, wisatawan Indonesia kini lebih mengutamakan fleksibilitas dan kenyamanan perjalanan. Studi ini menyoroti bagaimana kebanyakan masyarakat menginginkan perjalanan wisata yang bebas repot, sebagai kebutuhan utama dengan 21%. 

Pilihan tersebut melampaui kebutuhan berwisata yang bisa diatur sendiri, wisata yang mendasar, wisata yang menguatkan hubungan kembali, dan berdasarkan nostalgia.

"Temuan ini menunjukkan kerinduan masyarakat Indonesia untuk kembali berwisata dengan tanpa beragam pembatasan dan prosedur karantina yang ketat," kata Presiden Direktur PT Visa Worldwide Indonesia Riko Abdurrahman, dikutip Jumat (8/4).
 
Sejalan dengan hal tersebut, lanjut Riko, perjalanan domestik mengalami pertumbuhan. Sementara perjalanan internasional belum pulih, dikarenakan adanya pembatasan perjalanan yang diberlakukan pemerintah, serta aturan karantina di negara-negara tujuan, pada saat studi ini dilakukan.
 
"Seiring banyaknya negara yang sudah mulai melonggarkan aturan perjalanannya, kami berharap perjalanan domestik maupun internasional akan segera berkembang kembali," imbuhnya.
 
Berdasarkan studi ini, ketenangan pikiran atau peace of mind (48%) dan kesehatan & keselamatan (25%), menjadi pertimbangan utama wisatawan Indonesia selama mempersiapkan perjalanan. Untuk memastikan itu, mereka mencari penerbangan yang menawarkan proses refund, asuransi perjalanan, serta paket perjalanan yang terencana.
 
Sementara itu, untuk memastikan kesehatan dan keselamatan, konsumen di Indonesia secara berkala memeriksa ketentuan berperjalanan dan memastikan vaksinasi sebelum melakukan perjalanan. 

Saat bepergian ke luar negeri, mereka juga memilih pembayaran contactless dan pembayaran dengan kartu, untuk transaksi yang lebih aman.
 
Destinasi internasional terpopuler yang ingin dikunjungi masyarakat Indonesia berdasarkan studi tersebut, adalah Jepang, Malaysia, Amerika Serikat, Singapura, Thailand, dan Korea Selatan.
 
Adapun Motivasi utama untuk bepergian ke luar negeri adalah merasakan pengalaman budaya lokal dan pelarian dari kesibukan serta relaksasi. Sedangkan untuk perjalanan domestik, beberapa destinasi yang paling diminati adalah Banyuwangi, Makassar, dan Padang, dengan motivasi utama mencari pengalaman budaya lokal dan petualangan di alam terbuka.
 
Perjalanan mewah juga diminati segmen kelas atas (affluent) karena menawarkan perpaduan aktivitas yang menenangkan dan eksklusif. Kata kunci yang paling banyak dicari adalah hotel mewah (54%), restoran fine dining (16%), dan resor & vila mewah (10%).
 
“Kami berharap studi ini memberikan wawasan yang berharga bagi para pelaku usaha di ekosistem industri pariwisata," kata Riko.

"Seiring jumlah kasus covid-19 yang terus mengalami penurunan dan keputusan pemerintah untuk mulai membuka perbatasan, serta merelaksasi pembatasan perjalanan, kami berbagi optimisme dengan masyarakat Indonesia. Pemulihan industri pariwisata semakin terlihat menjanjikan," tuturnya.

Cuti Bersama
Sebelumnya, pengamat pariwisata dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Chusmeru mengataka,n cuti bersama Lebaran pada 29 April 2022 serta 4,5, dan 6 Mei 2022 dapat mendorong minat masyarakat untuk berwisata.
 
"Tentunya masyarakat akan memanfaatkan libur Lebaran dengan mengunjungi objek dan daya tarik wisata di Tanah Air. Meski pemerintah belum secara resmi mengumumkan berakhirnya pandemi, libur Lebaran ini dapat menambah gairah sektor pariwisata," katanya di Purwokerto, Banyumas, Kamis.
 
Chusmeru menambahkan, jika setelah periode libur Lebaran nantinya tidak terjadi lonjakan kasus positif covid-19, maka dapat menjadi momentum untuk kebangkitan kembali sektor pariwisata nasional.
 
"Oleh sebab itu momentum libur lebaran ini perlu dibarengi dengan kesiapan berbagai pihak untuk menyambut peningkatan jumlah wisatawan dengan prinsip waspada dan hati-hati guna mengantisipasi euforia libur Lebaran," tuturnya.

Pengelola objek wisata dan perhotelan, kata dia, akan menjadi pihak yang memiliki peran penting dan strategis dalam menyambut wisatawan selama libur lebaran.
 
 "Selama pandemi belum dinyatakan berakhir, maka kerumunan wisatawan di satu objek wisata tetap perlu diwaspadai karena masih adanya potensi penularan covid-19," serunya.
 
 Oleh sebab itu, pengelola objek wisata diharapkan untuk selalu mengingatkan wisatawan agar tidak abai terhadap protokol kesehatan, seperti memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.
 
"Begitu pula dengan pengelola hotel, libur Lebaran sangat berpotensi untuk meningkatkan jumlah hunian kamar sehingga harus terus mengingatkan para tamu yang menginap agar selalu disiplin menerapkan protokol kesehatan," imbuhnya.
 
Pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unsoed ini menambahkan, masyarakat yang akan mudik sambil berwisata, hendaknya mengikuti anjuran pemerintah agar melindungi diri dengan vaksinasi dosis ketiga atau penguat.
 
"Imunitas tubuh sangat diperlukan saat libur lebaran agar terhindar dari paparan covid-19, karena itu perlu mendapatkan vaksinasi penguat untuk memberikan perlindungan optimal," cetusnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar