c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

24 Juni 2025

17:06 WIB

Studi Jelaskan Bagaimana Penggunaan ChatGPT Mengikis Kemampuan Otak

Kelompok yang menggunakan teknologi seperti ChatGPT untuk menulis esai menunjukkan daya ingat yang lebih buruk, aktivitas otak berkurang, dan kemampuan mengolah informasi lebih lemah.

Penulis: Arief Tirtana

Editor: Andesta Herli Wijaya

<p>Studi Jelaskan Bagaimana Penggunaan ChatGPT Mengikis Kemampuan Otak</p>
<p>Studi Jelaskan Bagaimana Penggunaan ChatGPT Mengikis Kemampuan Otak</p>

Seseorang sedang mengoperasikan Chatbot AI atau layanan komunikasi dengan kecerdasan buatan. Shutter stock/Ascannio.

JAKARTA - Penggunaan teknologi kecerdasan buatan atau AI sejak awal telah diperdebatkan sebagai salah satu faktor yang bisa menurunkan kemampuan otak untuk mengolah dan mengingat informasi. Namun, perdebatan itu seolah tak menemukan titik ujungnya, hingga AI kini telah menyatu dengan berbagai aktivitas manusia, mulai dari aktivitas industri hingga pembelajaran.

Studi terbaru kembali mengemukan potensi dampak AI ini bagi kemampuan otak. Laporan para ilmuwan dari MIT Media Lab yang dipublikasikan di Jurnal arXiv menyoroti dampak teknologi ini terhadap kemampuan sesorang untuk belajar, berpikir, dan mengingat.

Dalam penelitian mereka, tim mengukur aktivitas listrik di otak untuk melacak 54 siswa yang dibagi ke dalam tiga kelompok selama beberapa sesi penulisan esai.  Satu kelompok menggunakan ChatGPT, kelompok lain menggunakan Google , dan kelompok terakhir tidak mendapat bantuan eksternal sama sekali.

Hasil penelitian mengungkapkan adanya perbedaan menonjol terkait aktivitas otak pada masing-masing kelompok, terutama antara kelompok dengan AI dengan kelompok yang menulis tanpa bantuan kecerdasan buatan tersebut.

Peneliti menemukan bahwa siswa yang menggunakan AI atau disebut model bahasa besar (LLM) seperti ChatGPT untuk menulis esai menunjukkan daya ingat yang lebih buruk. Aktivitas otak mereka berkurang, dan menunjukkan kemampuan mengolah informasi lebih lemah daripada mereka yang menggunakan metode lain, terutama yang menulis tanpa bantuan eksternal.

"Karena dampak pendidikan penggunaan LLM baru mulai dirasakan oleh masyarakat umum, dalam studi ini kami menunjukkan masalah mendesak berupa kemungkinan penurunan keterampilan belajar berdasarkan hasil studi kami," jelas para peneliti, dilansir dari Daily Mail, Selasa (24/6).

Dalam penelitian mereka, peneliti mengukur aktivitas listrik di otak untuk melacak para siswa lewat perangkat elektroensefalografi (EEG) untuk merekam aktivitas otak mereka. Satu kelompok menggunakan ChatGPT (LLM), kelompok lain menggunakan Google (Search), dan kelompok terakhir sama sekali tidak mendapat bantuan eksternal (Brain).

Penelitian ini menegaskan bahwa teknologi AI, meski di satu sisi mendorong percepatan di berbagai lini, namun juga membawa ancaman serius.

"Dengan adopsi luas produk LLM seperti ChatGPT dari OpenAI saat ini, manusia dan bisnis terlibat dan menggunakan LLM setiap hari," kata para peneliti, menegaskan bahwa AI seperti alat lainnya yang memiliki serangkaian kelebihan dan keterbatasan tersendiri.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa kelompok siswa yang memanfaatkan AI 'berkinerja lebih buruk daripada kelompok lain dalam kelompok 'otak saja' di semua tingkat yakni saraf, linguistik, dan penilaian.

Sementara itu, pengguna Google menunjukkan 'keterlibatan sedang' otak dalam menulis esai, dan kelompok yang tidak memiliki keterlibatan eksternal menunjukkan lebih banyak aktivitas otak dan ide-ide orisinal dalam konten mereka, menurut tim peneliti.

Dalam penelitian ini, para ahli mencoba menjawab pertanyaan terkait "biaya kognitif" penggunaan AI atau LLM, dalam konteks pendidikan dalam menulis esai.

Peneliti juga mempelajari apa yang teejadi ketika siswa-siswa yang tadinya menulis tanpa bantuan eksternal diminta bekerja dengan AI. Hasilnya, diketahui aktivitas otak mereka tetap meningkat.

Baca juga: 16 Miliar Kata Sandi Bocor, Pengguna Internet Disarankan Perbarui Akses

Para peneliti menduga hal ini terjadi karena para siswa yang sudah punya kemampuan otak baik pada awalnya, akan mencoba menggabungkan alat baru tersebut dengan apa yang telah mereka ketahui.

Namun hal itu berbanding terbalik dengan kelompok AI. Ketika diminta menulis tanpa bantuan eksternal, otak mereka pun masih menunjukkan lebih sedikit aktivitas dibandingkan kelompok lain.

Para pengguna mesin AI disebutkan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan namun dengan aktivitas otak yang kurang. Menurut peneliti, para siswa kelompok AI menyatakan bahwa penggunaan alat itu memiliki konsekuensi kognitif, yaitu mengurangi kecenderungan mereka untuk mengevaluasi secara kritis jawaban-jawanan yang dihasilkan mesin.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar