16 April 2025
18:42 WIB
Stroke Dan Serangan Jantung Masih Dominan Sebabkan Kematian
Jumlah kematian akibat stroke dan serangan jantung, dan kanker pada personel TNI/Polri jauh lebih tinggi dibandingkan akibat kekerasan fisik atau bentrokan.
Editor: Rikando Somba
Ilustrasi jantung. Shutterstock/Jo Panuwat D
PONTIANAK- Stroke dan jantung masih menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Penyakit jantung menempati urutan kedua sebagai penyebab kematian, diikuti oleh kanker. Bahkan di kalangan aparat keamanan seperti TNI dan Polri, jumlah kematian akibat stroke, jantung, dan kanker jauh lebih tinggi dibandingkan akibat kekerasan fisik atau bentrokan. Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, menyatakannya di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Karenanya, Menteri Budi meminta kepada Pemerintah Kalbar dan Kubu Raya untuk fokus pada penanganan penyakit tersebut di setiap RSUD.
"Di Indonesia, penyebab kematian terbanyak itu stroke. Saya tadi sudah tanya ke Direktur RS di sini, ternyata sama, stroke juga yang paling tinggi," kata Menkes Budi saat menghadiri kegiatan peletakan batu pertama (groundbreaking), RSUD TBSI Kabupaten Kubu Raya, Kalbar, Rabu (16/4).
Ia menambahkan, sering menyerukan agar semua warga negara, termasuk personel TNI dan Polri untuk menjaga kesehatan.
"Kalau mereka rajin melatih bela diri agar tak tertembak atau terluka, saya bilang jangan lupa juga menjaga kesehatan. Karena faktanya, lebih banyak yang meninggal bukan karena senjata, tapi karena stroke dan jantung," tuturnya.
Menkes juga menekankan pentingnya fasilitas kesehatan yang lengkap di daerah agar masyarakat tidak perlu dirujuk ke luar kota untuk mendapat layanan kesehatan yang memadai. Ia mengakui bahwa proses rujukan ke Pontianak, apalagi hingga ke Jakarta atau luar negeri, sangat memberatkan pasien dan keluarga, baik dari sisi biaya maupun psikologis.
"Oleh karena itu, rumah sakit yang sedang dibangun ini akan dilengkapi dengan peralatan medis penanganan penyakit prioritas," tuturnya, dikutip dari Antara.
Terkait pembangunan RSUD Tuan Besar Syarif Idrus di Kabupaten Kubu Raya, nantinya rumah sakit tersebut akan dilengkapi beberapa fasilitas seperti Penanganan stroke dengan alat CT scan dan Cath Lab, kemudian, untuk penanganan jantung akan disediakan USG ekokardiografi, CT scan, dan Cath Lab untuk pemasangan ring jantung. RS ini jugadisertai fasilitas penanganan kanker akan disediakan Laboratorium patologi anatomi, mamografi, serta fasilitas psikotoxic drug cabinet untuk kemoterapi.
"Sedangkan untuk layanan hemodialisis akan disiapkan infrastruktur untuk cuci darah secara rutin tanpa harus dirujuk," tuturnya.
Menkes Budi menargetkan pembangunan fasilitas rumah sakit ini rampung pada akhir 2025 dan berharap dapat kembali untuk meresmikannya bersama Gubernur Kalbar.

Pecah Pembuluh Darah
Di kesempatan berbeda, Dokter spesialis penyakit dalam hemato-onkologi medik RS Cipto Mangunkusumo Kencana Jakarta Dr. dr. Andhika Rachman Sp.PD-KHOM mengatakan kondisi pecah pembuluh darah sangat memungkinkan untuk dilakukan pencegahan, bahkan pada orang yang pernah mengalami stroke sebelumnya.
“Pecah pembuluh darah adalah kondisi yang bisa dicegah, bahkan pada mereka yang sudah pernah stroke. Kunci utamanya ada pada pengendalian tekanan darah, gaya hidup sehat, dan pemeriksaan rutin, terutama pada usia lanjut,” kata Andhika, Jumat.
Pencegahan pecah pembuluh darah pada pasien yang sudah pernah terkena stroke bisa dilakukan dengan mengontrol tekanan darah secara rutin minimal sebulan sekali, disiplin minum obat antihipertensi, cek jantung, gula darah, dan kolesterol tiap 3–6 bulan.
Andhika juga mengingatkan untuk memerhatikan asupan makanan dengan makanan rendah garam, tinggi serat, dan cukup protein, dan pastikan cukup minum air dan tidak dehidrasi serta batasi konsumsi garam, terutama bagi yang punya riwayat hipertensi.
Dalam istilah medis, pecah pembuluh darah umumnya merujuk pada stroke hemoragik, yaitu jenis stroke yang terjadi ketika pembuluh darah di otak robek atau pecah, menyebabkan perdarahan dalam jaringan otak.
Faktor risikonya utamanya adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi kronis, aneurisma otak atau pelebaran dinding pembuluh darah yang bisa pecah sewaktu-waktu atau kelainan pembuluh darah sejak lahir (malformasi arteri-vena). Di sisi lain, pecah pembuluh darah juga bisa disebabkan karena cedera kepala atau jatuh terutama pada lansia dengan pembuluh darah rapuh, penggunaan obat pengencer darah serta kolesterol tinggi dan gaya hidup tidak sehat yang memperburuk kondisi pembuluh darah.
Kondisi ini merupakan kegawatdaruratan karena bisa menyebabkan kerusakan otak secara cepat.
Ia juga menjelaskan stroke sendiri terbagi dalam dua jenis utama, yaitu stroke iskemik yang 80–85% karena penyumbatan aliran darah ke otak dan stroke hemoragik yang 15–20 persen penyebabnya karena pecahnya pembuluh darah di otak.
“Keduanya bisa sama-sama mengganggu fungsi otak, tetapi stroke karena pecah pembuluh darah cenderung lebih berat dan memiliki angka kematian lebih tinggi,” kata Andhika.