06 Oktober 2025
19:16 WIB
Solusi Praktis Untuk Penuhi Gizi Harian Anak Generasi Alpha
susu UHT (Ultra High Temperature) menjadi salah satu bentuk praktis yang direkomendasikan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak sehari-hari.
Penulis: Annisa Nur Jannah
Editor: Satrio Wicaksono
Seorang anak saat hendak meminum susu. Shutterstock/sirikuan07
JAKARTA - Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam pemenuhan gizi anak. Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia 2023 oleh Kementerian Kesehatan, sebanyak 23,08% anak usia 0–4 tahun mengalami anemia.
Menurut World Health Organization (WHO), angka ini termasuk kategori darurat karena prevalensi di atas 20% sudah dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat kronis. Persoalan kekurangan zat besi yang dihadapi anak-anak Indonesia mulai terjadi sejak usia enam bulan, dan berdampak jangka panjang terhadap perkembangan otak, imunitas, hingga kemampuan belajar anak di masa sekolah.
Tanpa asupan gizi yang memadai, anak berisiko mengalami penurunan daya tahan tubuh, gangguan konsentrasi, keterlambatan perkembangan kognitif, hingga kualitas hidup yang menurun di masa depan. Tantangan ini menjadi semakin penting jika dikaitkan dengan tumbuhnya Generasi Alpha, kelompok anak yang lahir dan besar di era digital.
Mereka terbiasa dengan kecepatan informasi, memiliki rasa ingin tahu tinggi, dan cenderung eksploratif. Namun, di balik itu semua, mereka juga rentan mengalami ketidakseimbangan antara kebutuhan fisik, mental, dan nutrisi.
Dalam konteks inilah, peran orang tua menjadi sangat penting untuk menyediakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak. Selain itu juga memastikan pemenuhan gizi seimbang agar anak tumbuh sehat, percaya diri, dan siap menghadapi masa depan.
Menurut dr. S. Tumpal Andreas C, spesialis dokter anak, masa usia sekolah 5–12 tahun merupakan periode krusial bagi perkembangan fisik dan kognitif anak. Pada tahap ini terjadi peningkatan signifikan pada pertumbuhan skeletal, pematangan sistem saraf, serta kapasitas neuroplastisitas otak.
"Namun defisiensi mikronutrien masih sering ditemukan di Indonesia dan berisiko menurunkan imunitas, menghambat konsentrasi belajar, serta memengaruhi kualitas pertumbuhan jangka panjang,” ujar dr. Tumpal.
Karena itu, anak membutuhkan pola makan seimbang yang mencakup makronutrien seperti energi, protein, dan lemak sehat serta mikronutrien berupa vitamin dan mineral. Tantangannya, banyak jajanan anak di sekolah yang tinggi energi namun rendah zat gizi mikro.
"Salah satu pilihan sederhana namun bernilai gizi tinggi adalah susu,” lanjut dr. Andreas.
Menurutnya, susu mengandung protein bermutu tinggi, vitamin esensial, serta mineral penting seperti kalsium dan magnesium yang menunjang kepadatan tulang, fungsi kognitif, dan keseimbangan metabolik. Di antara berbagai jenis susu, susu UHT (Ultra High Temperature) menjadi salah satu bentuk praktis yang direkomendasikan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak sehari-hari.
Melalui proses pemanasan singkat bersuhu tinggi, susu UHT mampu mempertahankan sebagian besar kandungan nutrisinya tanpa perlu tambahan bahan pengawet. Hasilnya, susu ini aman, tahan lama, dan mudah disimpan, sehingga orang tua tak perlu khawatir memastikan anak tetap mendapatkan asupan gizi kapan pun dan di mana pun.
Sejumlah penelitian juga mendukung manfaat konsumsi susu UHT bagi anak. Sebuah studi dalam Journal of Dairy Science (2021) menyebutkan, konsumsi susu UHT secara rutin dapat membantu meningkatkan asupan protein, kalsium, serta vitamin D harian yang penting untuk menjaga massa tulang dan perkembangan otak.
Bahkan, susu juga berperan dalam menurunkan risiko anemia defisiensi besi serta memperkuat sistem imun tubuh anak. Dengan demikian, menghadapi dinamika generasi masa kini, pemenuhan gizi seimbang termasuk dari susu UHT menjadi pelengkap dan bagian penting dari strategi tumbuh kembang anak.