16 Oktober 2023
15:51 WIB
JAKARTA – Anak muda saat ini sebagian besar berasal dari dua generasi yang berbeda. Keduanya menurut klasifikasi Pew Research Center dan Biro Sensus AS adalah Milenial (Gen Y) atau mereka yang lahir dari tahun 1981 - 1996, saat ini berusia 27 - 42 tahun. Kemudian Gen Z yang lahir dari tahun 1997 – 2012 atau saat ini berusia 11 - 26 tahun
Meski bersinggungan, dua generasi ini ternya memiliki sejumlah perbedaan. Misalnya saja dalam preferensi fesyen. Menurut temuan survei yang dilakukan Jakpat tahun ini, lebih banyak Milenial yang membeli pakaian olahraga (sportswear) dibandingkan Gen Z dengan persentase masing-masing 43% dan 36%.
Untuk sampai pada temuan ini, peneliti seperti dalam keterangan tertulis, Senin (16/10), melibatkan sebanyak 702 responden untuk menunjukkan apa saja tipe pakaian yang dibeli hingga pertengahan tahun 2023. Termasuk pertimbangan dalam membeli pakaian.
Hasil survei juga menyatakan, sebanyak 88% responden yang terdiri dari Gen Y (Milenial) dan Gen Z ini telah membeli produk fesyen dan 79% berniat membelinya di tahun ini. Kemudian, sembilan dari 10 orang pembeli barang mode mengaku memiliki pakaian kasual (seperti kaos, kemeja, rok, dan celana) sebagai item baru mereka.
Produk lain yang dibeli Milenial dan Gen Z adalah footwear (alas kaki) dan aksesoris fesyen dengan persentase masing-masing 75% dan 57%.
“Berbicara tentang rencana pembelian produk fesyen, terlihat bahwa lebih banyak Gen Z yang berminat terhadap produk fesyen retro/vintage/preloved goods dibandingkan Gen Y," kata Kepala Peneliti Jakpat Aska Primardi.
Menurut dia, hal itu selaras dengan tingginya kesadaran isu lingkungan pada Gen Z. Sehingga mereka mulai mempertimbangkan budaya slow fashion dengan harapan dapat mengurangi limbah industri fesyen.
Survei juga menyatakan, dari mereka yang telah membeli produk fesyen, terlihat bahwa pria cenderung membeli pakaian formal dengan persentase 59%. Sementara, lebih banyak wanita yang membeli barang bawaan seperti tas atau koper (46%) dibandingkan pakaian formal (33%). Uniknya dari sisi generasi, pakaian formal lebih menarik minat Gen Z (55%) dibandingkan Milenial (49%).

Tren Terkini
Aska menuturkan, mayoritas Gen Z membeli produk fesyen dengan pertimbangan agar penampilan mereka selalu selaras dengan tren terkini. Di sisi lain, sambung dia, mayoritas Gen Y membeli pakaian dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pakaian bagi dirinya dan keluarga. Dalah satunya kebutuhan berolahraga, sehingga pengaruh tren tidak terlalu besar.
Survei juga menelusuri sumber informasi dalam mencari informasi seputar fesyen. Untuk kasus ini, media sosial menjadi referensi utama.
Separuh dari pembeli pakaian kasual mengandalkan akun Instagram resmi merek untuk mencari tahu tentang sandang yang akan mereka beli. Mereka juga memperhitungkan rekomendasi dari teman.
Lalu, para pembeli sportswear, umumnya mencari informasi melalui media sosial resmi merek-merek, seperti dari Instagram (48%) dan YouTube (46%).
Hasil survei memperlihatkan, akun Instagram resmi label dan rekomendasi dari teman adalah dua sumber informasi yang hampir setengah pembeli pakaian formal andalkan. Sebanyak lebih dari 40% pembeli alas kaki mendapatkan informasi terkait produk fesyen satu ini dari Instagram, baik akun resmi jenama maupun akun lainnya.
Sementara itu, sumber informasi terbanyak bagi pembeli aksesoris fesyen adalah rekomendasi dari teman dengan persentase 42%. Produk fesyen sendiri, selalu menjadi yang teratas dalam pembelian daring.
Laporan Jakpat semester 1 tahun 2022 menunjukkan ada pembelian barang-barang fesyen sebanyak 33%. Meskipun menurun di awal tengah tahun ini menjadi 26%, pembelian produk mode masih nomor satu.
Tren GRWM
Soal pengaruh media sosial, jika dahulu Instagram penuh dengan tanda pagar atau tagar Outfit Of The Day (OOTD), maka TikTok juga memiliki tagar serupa yaitu Get Ready With Me (GRWM) yang menunjukkan kreator konten visual memadupadankan pakaian pada pagi hari sebelum beraktivitas di depan kamera TikTok, selayaknya kaca di kamar.
Tren GRWM juga merambah kreator konten perjalanan yang menekankan pentingnya memperhatikan musim, medan, cuaca, dan rangkaian acara dalam menentukan pakaian yang hendak dibawa. Selain itu, GRWM menyentuh pentingnya memilih koper atau luggage yang tidak hanya terjangkau, tapi, berbahan kualitas terbaik sehingga tahan banting bertahun-tahun.
Sebelumnya, Psikolog lulusan Universitas Indonesia Tara de Thouars, BA, M.Psi mengungkapkan alasan generasi Z bisa kreatif dan inovatif. Salah satunya karena mereka menganggap pengalaman adalah segalanya.
"Mereka sebetulnya kreatif, inovatif, sangat ambisius, mereka open minded (berpikiran terbuka), ingin mencoba hal-hal baru yang sebetulnya tidak ada di generasi-generasi sebelumnya," kata Tara nar-baru ini.
Kreativitas Gen Z, sambung Tara berbeda dengan generasi sebelumnya termasuk X dan Boomer yang menjadikan loyalitas dan kerja keras sebagai nilai utama. Gen Z terlahir dan tumbuh langsung di dunia digital atau teknologi yang memberikan banyak kemudahan, cepat, instan, sekaligus segala rintangan.
Tara merujuk pada suatu survei mengungkapkan sekitar 46% Gen Z memiliki pekerjaan sampingan, berpandangan perlu memiliki uang tambahan dan memiliki koneksi sebagai suatu keharusan. Sikap itu berbeda dengan generasi pendahulunya, termasuk milenial yang tidak seperti ini.