02 September 2021
16:19 WIB
Penulis: Chatelia Noer Cholby
Editor: Rendi Widodo
JAKARTA – Hampir dua tahun pandemi covid-19 belum juga berlalu, pemerintah pun menggalakkan program vaksinasi nasional. Berbagai vaksin telah didatangkan dari luar negeri untuk dibagikan kepada seluruh masyarakat di Indonesia.
Tentunya, pendistribusian ini bukanlah hal yang mudah dan memiliki tantangan tersendiri. Sebab, vaksin yang disebarkan itu harus dijaga dengan suhu 2–8 derajat celcius hingga tiba di tempat tujuan vaksinasi.
Bila wilayah pendistribusiannya di daerah perkotaan, mungkin lebih mudah untuk dijangkau. Namun, tidak menutup kemungkinan tempat vaksinasi di daerah terpencil atau tertinggal, terdepan, tertular (3T) yang akan membutuhkan waktu dan tantangan lebih lama.
“Kami pun mencoba menjawab tantangan tersebut dengan mengembangkan alat penyimpanan vaksinasi untuk mempermudah pendistribusiannya,” kata Muhammad Rizqiansyah, ketua tim, dikutip dari laman resmi UGM, Kamis (2/9).
Lima orang mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) itu pun membuat alat yang diberi nama Smart Vaccine Tube. Alat tersebut berbentuk kotak ringan yang dapat digendong atau disandang layaknya tas.
Smart Vaccine Tube ini sendiri berbasis dari teknologi super thermos. Dengan menggunakan bahan aluminium bubble foil dan styrofoam, alat buatan UGM ini dirancang memiliki empat lapisan dari luar.
Sementara itu, suhu di dalam kotak tersebut didinginkan dengan menggunakan peltier. Lalu, bagian atas, penutup luar terdapat LCD dan indikator LED. Tujuannya untuk memonitoring temperatur yang terdapat di dalam kotak.
Bila indikator LED berwarna hijau, maka tandanya temperatur dalam kotak berada diantara 2,5 hingga 7,5 derajat celcius. Selanjutnya, indikator LED berwarna kuning menunjukkan temperatur berada diantara 2 2,5 derajat celcius atau 7,5–8 derajat celcius. Lain halnya bila berwarna merah, kondisi temperatur dalam kotak di luar suhu 2–8 derajat celcius.
Selain suhu akan terjaga, Smart Vaccine Tube ini juga memiliki wadah vaksin yang terbuat dari teknologi 3D printing. Wadah ini berfungsi sebagai dudukan vaksin agar terhindar dari guncangan selama proses distribusi.
“Untuk pembuatan Smart Vaccine Tube ini menghabiskan biaya yang terjangkau dengan karakteristik penyimpanan cukup lama, sekaligus hemat energi,” ungkapnya mahasiswa Teknik Fisika tersebut.
Dengan kehadiran inovasi tersebut, Rizqiansyah bersama Ananda Fikri Nugroho, Devara Zain Al Adid, Kaninda Khairunnisa, dan Fauzian Sekar Indrasyah berhasil mendapat pendanaan penuh dari Kemendikbud-Ristek.
“Lewat alat penyimpanan vaksin ini, dapat mempercepat akselerasi program vaksinasi nasional, termasuk di daerah terpencil. Jadi, jumlah target sasaran vaksinasi di Indonesia bisa tercapai dan terbentuk herd immunity dalam waktu dekat, sehingga semuanya bisa normal kembali,” pungkasnya.