c

Selamat

Senin, 17 November 2025

KULTURA

22 Juni 2023

15:49 WIB

Siasat EKI Dance Company Memupuk Tren Seni Musikal

Para penyaji seni pertunjukkan harus berstrategi untuk bisa menarik hati penonton, termasuk juga EKI Dance Company yang berupaya mengikuti irama tren anak-anak sekarang.

Penulis: Andesta Herli Wijaya

Editor: Satrio Wicaksono

Siasat EKI Dance Company Memupuk Tren Seni Musikal
Siasat EKI Dance Company Memupuk Tren Seni Musikal
Sesi diskusi Laboratorium Penguatan Ekosistem Seni Pertunjukan, dalam rangkaian DKJ Fest 2023 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Selasa (20/6). Foto: Validnews/ Andesta.

JAKARTA - Menonton seni pertunjukan berbeda dengan menonton pertunjukan, semisal konser musik. Seni pertunjukan seperti teater, tari, musikal atau jenis pertunjukan lintas disiplin seni lazim memberi kesan yang lebih mendalam dari sekadar hiburan, bahkan dianggap memberi penyegaran secara spiritual dan intelektual.

Hanya saja, menonton seni pertunjukan masih belum menjadi tren di kalangan masyarakat hari ini. Berbagai festival teater atau tari digelar, misalnya, hanya ditonton oleh segelintir orang, cenderung dengan penonton yang ‘itu ke itu’ saja. Kalau tidak ditonton oleh peminat serius, maka yang menonton adalah sesama pelaku seni itu sendiri.

Meski begitu potretnya secara umum, tetap ada ‘merek’ pertunjukan tertentu yang cukup populer di kalangan penonton awam, khususnya para penonton dari generasi mutakhir. Ada kelompok-kelompok seni pertunjukan yang berhasil membangun ekosistem penontonnya sendiri. Sebut saja misalnya Teater Koma dengan basis penonton setianya, hingga EKI Dance Company dengan ekosistem penonton mudanya.

Nala Amrytha, penyanyi sekaligus anggota EKI Dance Company, bercerita tentang ekosistem penonton ini. Sebagai kelompok seni yang berfokus pada seni musikal, EKI terbilang berhasil membangun citra populer dan dekat dengan penonton muda.

Nala mengatakan, EKI sejak berdiri tahun 1996 silam, sama seperti kelompok-kelompok seni lainnya yang merasakan tantangan serius dalam membangun basis penonton. Berbagai strategi dilakukan untuk itu, di antaranya dengan membangun hubungan yang lebih personal untuk menjaga keterhubungan dengan penonton.

Namun di era teknologi dan berkembangnya kultur media sosial, EKI beralih ke strategi yang baru. EKI mulai bersiasat--jika bukan ‘berkompromi’--dari segi kreatif dengan menyesuaikan format sajian pertunjukan dengan karakteristik penonton dominan.

“Periode 2010-2015, itu kita melihat sosial media, ada Instagram Story yang dulu itu hanya 15 detik. Nah, kita rasa penonton akan sulit jika harus bertahan lama untuk nonton pertunjukan, karena kulturnya khas ya di era media sosial. Akhirnya kita bikinlah variety show, ada musikal di sana dengan durasi tidak terlalu panjang,” cerita Nala, dalam salah satu sesi diskusi DKJ Fest 2023 yang dihelat di Taman Ismail Marzuki, beberapa waktu lalu.

Seiring menguatnya kultur baru di era digital, EKI semakin menemukan jalan untuk menjangkau lebih banyak penonton. Ketika pandemi, kelompok ini menggelar program musikal online, dan berhasil menjaring puluhan ribu penonton.

Dari situ pula, menurut Nala, ia dan kelompoknya sadar, bahwa potensi penonton drama musikal cukup besar di tanah air. Hanya saja, jenis pertunjukan ini perlu lebih diperkenalkan lagi kepada masyarakat.

“Selama ini kita berpikir peminat musikal di Indonesia itu sedikit. Ternyata peminat musikal di Indonesia itu sangat banyak. Kita lihat di komentar-komentar YouTube kan, banyak ternyata yang antusias,” ucapnya.

Dari pengalaman masa pandemi itu, EKI kemudian diketahui menginisiasi Festival Musikal Indonesia. Festival ini diikuti oleh beberapa kelompok musikal di Indonesia, dan mendapat sambutan yang cukup luas saat digelar tahun lalu.

Mengejar Penonton Awam
Dalam beberapa tahun terakhir, K-pop menjadi salah satu kiblat musik bagi anak muda di Indonesia. Seiring itu, tumbuh perkumpulan atau komunitas-komunitas penggemar di berbagai daerah di Indonesia.

Kembali memutar strategi, EKI mencoba berlayar dalam arus fenomena anak muda tersebut. Nala dan kawan-kawan pun tak canggung untuk bekerja sama dengan komunitas penggemar K-pop di Indonesia untuk mempromosikan pertunjukan mereka.

Strategi itu, misalnya, dijalankan ketika EKI mempersiapkan pertunjukan “Ken Dedes” yang dijadwalkan di Ciputra Artpreneur, pada awal tahun lalu. Sebuah proyek pertunjukan prestisius dan beranggaran besar, dan dipentaskan di gedung pertunjukan berkapasitas besar dan juga ‘mahal’.

Untuk pertunjukan itu, EKI harus menjaring ribuan penonton agar kapasitas ruang pertunjukan terisi optimal. Jika tidak, tentu anggaran produksi yang besar tak akan bisa tertutupi.

“Untuk mengisi gedung pertunjukan besar, sudah nggak bisa lagi kita cuma menjaring penikmat seni saja, kita harus berusaha bagaimana caranya orang-orang awam yang sama sekali nggak tahu apa itu teater, apa itu musikal, untuk menonton,” tutur Nala yang merupakan putri dari pendiri EKI, Rusdy Rukmarata.

Maka EKI berkolaborasi dengan salah satu komunitas penggemar K-pop di Indonesia untuk mempromosikan pertunjukan tersebut. Dan hasilnya adalah gelaran pertunjukan yang sukses, dengan bangku-bangku penonton terisi penuh selama tiga hari pertunjukan “Ken Dedes” pada Maret lalu.

Mereka yang mengisi bangku-bangku ruang pertunjukan “Ken Dedes” kala itu, di samping penikmat setia seni pertunjukan, adalah para milenial dan gen Z. Para penonton ini adalah anak muda perkotaan yang terpapar promosi yang dilakukan dengan cara-cara kekinian, dengan melibatkan komunitas di skena populer tadi.

Bisa dibayangkan, ketika misalnya satu akun Instagram atau TikTok berbasis massa penggemar memposting pertunjukan “Ken Dedes”, maka pertunjukan itu masuk ke skena hiburan populer. Dan ternyata, ada banyak anak muda di skena tersebut penasaran akan pertunjukan musikal.

“Jadi itu yang kita lakukan di EKI. Prinsipnya adalah kita bergerak mengikuti penonton, tapi dengan tetap mempertahankan trademark-nya EKI sebagai sebuah dance company profesional yang berani untuk mengutarakan hal-hal yang jarang mau dibahas di masyarakat,” pungkas Nala.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar