c

Selamat

Senin, 17 November 2025

KULTURA

24 November 2022

10:59 WIB

Setengah Abad Slamet Rahardjo Di Dunia Film: Modal Saya Cuma Jujur

Menurut Slamet Rahardjo. Baginya, tugas seorang aktor adalah menjalankan peran atau suatu karakter, tapi tidak harus menjadi orang yang berpura-pura.

Penulis: Andesta Herli Wijaya

Editor: Rendi Widodo

Setengah Abad Slamet Rahardjo Di Dunia Film: Modal Saya Cuma Jujur
Setengah Abad Slamet Rahardjo Di Dunia Film: Modal Saya Cuma Jujur
Slamet Rahardjo di Penghargaan Festival Film Indonesia (FFI) 2022. Validnews/Andesta Herli Wijaya

JAKARTA - Aktor senior Slamet Rahardjo kembali memenangkan penghargaan Piala Citra. Kali ini, ia meraih Pemeran Pendukung Pria Terbaik untuk perannya di film drama romantis “Cinta Pertama, Kedua & Ketiga”.

Penghargaan Festival Film Indonesia (FFI) tahun ini adalah penghargaan yang kesekian kalinya bagi aktor kawakan tersebut. Sejak aktif di dunia film era 70-an, Slamet telah berulang kali menerima piala, dari sebagai pemeran utama hingga sutradara.

Ketika di usia matangnya, 73 tahun, kembali menerima penghargaan Piala Citra, Slamet dengan nada bergurau berkata “heran”. Heran karena Tuhan terus sayang padanya, dengan memberi umur panjang dan prestasi yang tiada henti untuk kiprahnya di dunia film.

Slamet mengilas balik perjalanannya selama lima dekade berada di skena film. Menurutnya, kejujuran-lah yang membuat namanya bertahan, hingga terus menua sebagai salah satu aktor senior di tanah air saat ini.

“Ini saya heran itu sebetulnya Tuhan kok sangat mencintai saya, karena sejak saya awal di film, modal saya cuma satu, jujur, tidak membohongi diri sendiri, karena profesi saya menganjurkan untuk apa adanya,” kata Slamet kepada awak media, usai menerima penghargaan Piala Citra di Jakarta Convention Center, Selasa (22/11).

Meski terdengar sederhana, ‘jujur’ sejatinya adalah kualitas kunci dalam perjalanan seorang aktor, menurut seorang Slamet Rahardjo. Baginya, tugas seorang aktor adalah menjalankan peran atau suatu karakter, tapi tidak harus menjadi orang yang berpura-pura.

Kualitas seorang aktor, katanya, hanya lahir jika seseorang jujur pada diri sendiri, memberikan sukma dan raga untuk menjalankan suatu peran.

“Jadi kalau ada aktor yang tidak memahami peranan orang lain atau orang lain di luar dirinya, saya ragu apa betul mereka itu aktor,” ucap Slamet.

Nilai itu pula yang ingin ia bagi kepada generasi baru perfilman hari ini. Di usianya yang kini semakin matang, Slamet melihat betapa meriahnya skena perfilman tanah air. Banyak aktor maupun aktris muda berbakat bermunculan, dengan kualitas terbaiknya masing-masing.

Slamet berharap agar generasi baru perfilman, khususnya para pemain peran, bisa mencintai profesinya dengan sepenuh hati. Dan bersikap jujur dalam menjalani pilihan profesi tersebut.

“Jangan gadai profesimu, jangan berpikir untuk jadi orang lain. Karena tugas kita pemain sebetulnya menyerahkan diri kita sepenuhnya pada karakter yang kita jalankan,” tuturnya.

Apa yang paling penting di mata Slamet Rahardjo adalah menjadi seseorang yang hidup dengan karakternya sendiri. Menjadi original, meski terus berpindah dari satu peran ke peran lainnya. Karena dengan menjadi original, maka seorang aktor tak akan tergantikan.

“Jadilah dirimu, karena pada dasarnya kita lahir original. Seseorang, tentara misalnya, kopral meninggal diganti kopral lain, kolonel meninggal boleh diganti kolonel lain. Tapi Benyamin meninggal, tidak ada gantinya. Itu bukti bahwa Benyamin lahir sebagai Benyamin, yang diberikan berkah oleh Tuhan sebagai aktor penting di Indonesia,” pungkasnya.

Slamet Rahardjo satu di antara para pemenang penghargaan Piala Citra 2022. Ada lagi nama-nama lainnya, sebagian besar adalah para aktor dan aktris muda, generasi baru yang menjadi wajah terkini perfilman tanah air.

Ada Putri Marino yang memboyong penghargaan Pemeran Pendukung Perempuan Terbaik, Marthino Lio dan Ladya Cheryl yang masing-masing dianugerahi penghargaan di kategori pemeran utama, hingga Vino G. Bastian dan Aghniny Haque yang menjadi aktor dan aktris pilihan penonton Indonesia.

FFI 2022 memilih “Before, Now & Then (Nana)” karya Kamila Andini, sutradara Indonesia yang bersinar, seorang perempuan dan juga merupakan seorang sutradara muda Indonesia.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar