08 November 2025
11:07 WIB
Sering Haus Tanpa Henti? Waspada Sinyal Bahaya Tubuh
Bukan hanya karena dehidrasi, merasa haus yang terus menerus jadi sinyal bahwa tubuh sedang dalam kondisi 'bahaya'.
Penulis: Annisa Nur Jannah
| Ilustrasi seorang sedang minum air minaral. Shutterstock/dok |
JAKARTA - Haus merupakan sinyal alami dari tubuh yang menandakan kita sedang kekurangan cairan. Dalam kondisi normal, rasa haus biasanya muncul setelah beraktivitas fisik, berkeringat banyak, atau saat cuaca sedang panas.
Setelah minum air dalam jumlah yang cukup, rasa haus umumnya akan hilang. Namun, jika rasa haus terus muncul dan tak kunjung reda meski sudah banyak minum, kondisi ini bisa menjadi pertanda adanya gangguan tertentu dalam tubuh.
Berikut berbagai penyebab rasa haus berlebihan sebagaimana dijelaskan oleh laman WebMD.
Dehidrasi Penyebab Paling Umum Haus Berlebihan
Dehidrasi terjadi ketika tubuh kehilangan lebih banyak cairan daripada yang masuk. Air dibutuhkan untuk berbagai fungsi vital, termasuk menjaga suhu tubuh, melancarkan sirkulasi darah, hingga membantu proses pencernaan.
Saat kekurangan air, tubuh akan segera mengirim sinyal haus agar kita segera minum. Dehidrasi bisa terjadi karena berbagai sebab seperti olahraga berat, diare, muntah, demam, atau terlalu lama berada di bawah terik matahari.
Selain rasa haus, gejala lain yang umum muncul saat tubuh kekurangan cairan antara lain urine berwarna lebih gelap dari biasanya dan berbau tajam. Lalu, frekuensi buang air kecil menurun, mulut serta bibir yang terasa kering, kulit tampak kering, disertai rasa pusing, lemas, atau sakit kepala.
Pada anak-anak, tanda dehidrasi biasanya tampak lebih jelas seperti tidak adanya air mata saat menangis, mulut terasa lengket, popok yang jarang basah, serta anak terlihat lesu atau menjadi lebih rewel. Bila tidak segera ditangani, dehidrasi dapat mengganggu fungsi organ vital dan berpotensi menimbulkan komplikasi serius seperti kejang atau syok.
Diabetes, Haus yang Tak Hilang Meski Sudah Minum
Rasa haus yang tak kunjung reda bisa menjadi salah satu gejala diabetes melitus atau yang dalam istilah medis disebut polidipsia. Pada penderita diabetes, tubuh tidak dapat memproduksi cukup hormon insulin atau tidak dapat menggunakannya dengan efektif.
Akibatnya, kadar gula dalam darah meningkat. Kelebihan gula ini kemudian ikut keluar melalui urine.
Namun, karena kadar gula yang tinggi menarik lebih banyak air dari tubuh, penderita diabetes menjadi lebih sering buang air kecil dan merasa haus terus-menerus untuk menggantikan cairan yang hilang.
Selain rasa haus berlebihan, gejala diabetes lainnya dapat mencakup penglihatan yang mulai kabur, tubuh mudah merasa lelah, sering merasa lapar meski sudah makan, serta luka atau memar yang sulit sembuh. Pada beberapa kasus, penderita juga mengalami penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
Jika gejala-gejala ini muncul, penting untuk segera memeriksakan kadar gula darah. Penanganan dini dapat membantu mencegah komplikasi serius seperti kerusakan ginjal, saraf, atau jantung.
Diabetes Insipidus, Bikin Haus Tanpa Gula
Meski namanya mirip, diabetes insipidus berbeda dari diabetes melitus. Kondisi ini terjadi ketika tubuh tidak memproduksi cukup hormon antidiuretik (ADH) yaitu hormon yang mengatur jumlah air yang dikeluarkan ginjal.
Tanpa cukup ADH, ginjal tidak mampu menahan air, sehingga seseorang akan sering buang air kecil dan merasa haus tanpa henti. Penderita diabetes insipidus dapat mengeluarkan urine dalam jumlah yang sangat banyak setiap harinya bahkan hingga belasan liter.
Selain haus, gejalanya bisa berupa dehidrasi, mulut kering, kulit kering, serta rasa lemas akibat kehilangan cairan dan elektrolit penting.
Mulut Kering Akibat Kelenjar Ludah Kurang Aktif
Mulut kering atau xerostomia juga bisa membuat seseorang merasa haus terus-menerus. Kondisi ini muncul ketika kelenjar ludah tidak memproduksi cukup air liur untuk menjaga kelembapan mulut.
Penyebabnya beragam, mulai dari efek samping obat-obatan seperti antihistamin, antidepresan, dan diuretik, hingga terapi medis seperti kemoterapi dan radiasi pada kepala dan leher. Penyakit autoimun seperti sindrom Sjogren, kerusakan saraf, serta kebiasaan merokok juga bisa memicu mulut kering.
Selain rasa haus, penderita biasanya juga mengalami sejumlah gejala lain seperti napas yang tidak sedap, lidah terasa tebal atau kesemutan, gusi mudah iritasi dan berdarah, serta air liur yang terasa kental dan lengket. Kondisi ini kerap disertai kesulitan saat mengunyah, menelan, atau bahkan berbicara, sehingga dapat mengganggu kenyamanan dan aktivitas sehari-hari.
Jika dibiarkan, mulut kering dapat meningkatkan risiko gigi berlubang, infeksi gusi, dan sariawan karena air liur berfungsi penting dalam melindungi jaringan mulut.
Anemia Akibat Tubuh Kekurangan Sel Darah Merah
Anemia terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuh. Akibatnya, jaringan tubuh tidak mendapatkan cukup oksigen untuk berfungsi dengan baik.
Anemia ringan biasanya tidak menyebabkan rasa haus. Namun pada anemia berat, tubuh berusaha menyeimbangkan kekurangan oksigen dengan meningkatkan asupan cairan, sehingga memicu rasa haus.
Tanda-tanda anemia lainnya dapat meliputi pusing atau kepala terasa ringan, tubuh cepat lelah dan lemas, kulit tampak pucat atau kekuningan, serta jantung berdebar lebih cepat dari biasanya. Pada beberapa orang, anemia juga ditandai dengan tangan dan kaki yang terasa dingin akibat berkurangnya aliran oksigen ke jaringan tubuh.
Penyebab anemia bisa berasal dari kekurangan zat besi, perdarahan berat misalnya saat menstruasi, penyakit kronis, hingga gangguan sumsum tulang.
Hiperkalsemia, Kalsium Berlebih dalam Darah
Hiperkalsemia adalah kondisi ketika kadar kalsium dalam darah melebihi batas normal. Kalsium memang penting untuk tulang dan otot, tetapi jika terlalu banyak, bisa mengganggu fungsi organ vital.
Kondisi ini bisa disebabkan oleh kelenjar paratiroid yang terlalu aktif, penyakit seperti tuberkulosis atau sarkoidosis, serta beberapa jenis kanker seperti kanker paru, payudara, atau ginjal.
Selain rasa haus yang berlebihan, hiperkalsemia juga dapat menimbulkan berbagai gejala lain seperti sering buang air kecil, gangguan pencernaan berupa mual, muntah, atau sembelit, nyeri tulang, serta otot yang terasa lemah. Penderita juga bisa mengalami kelelahan, perubahan suasana hati seperti depresi, atau kebingungan.
Pada kasus lebih berat, kadar kalsium yang terlalu tinggi dalam darah bahkan dapat memicu gangguan irama jantung atau aritmia yang berbahaya. Jika tidak ditangani, kadar kalsium tinggi dapat merusak ginjal dan menyebabkan terbentuknya batu ginjal.