21 Desember 2024
15:51 WIB
Sering Dikira Sama, Ini Beda Disfungsi Ereksi Dan Ejakulasi Dini
Masih banyak orang yang menganggap bahwa ejakulasi dini dan disfungsi ereksi merupakan dua kondisi yang sama, padahal sangat berbeda. Berikut penjelasannya.
Penulis: Gemma Fitri Purbaya
Editor: Satrio Wicaksono
Ilustrasi pasangan suami istri yang mengalami disfungsi ereksi. Shutterstock/SORN340 Studio Images
JAKARTA - Disfungsi ereksi dan ejakulasi dini merupakan dua kondisi yang sering kali dianggap sebagai dua kondisi yang sama. Padahal, keduanya sangat berbeda, baik dari gejala, penyebab, hingga cara penanganannya.
Disfungsi ereksi sendiri adalah kondisi yang membuat seseorang tidak bisa mencapai atau mempertahankan ereksi ketika berhubungan seksual. Sementara ejakulasi dini yakni ejakulasi yang terjadi sebelum atau segera setelah penetrasi.
"Keduanya adalah dua hal berbeda, tetapi memang sering tumpang tindih dan dibilang mirip. Padahal terapinya berbeda dan keparahannya pun juga berbeda," kata spesialis andrologi Eka Hospital BSD, dr. Christian Christopher Sunnu.
Pada disfungsi ereksi, biasanya dapat diketahui dari kekerasan penis saat ereksi. Untuk mengetahuinya dapat diukur melalui alat pengukuran Erection Hardness Score (EHS) yang memiliki skala satu sampai empat.
Skala satu diartikan sebagai penis yang tidak ereksi sama sekali atau lembek seperti tahu. Skala dua yakni penis tidak cukup keras seperti pisang tanpa kulit. Semenatra skala tiga, penis cukup keras tetapi tidak sepenuhnya, dan skala empat penis keras dengan sempurna sehingga mudah penetrasi. Skala satu sampai tiga itulah yang disebut disfungsi ereksi.
Sedangkan pada ejakulasi dini, pria mengalami ejakulasi atau keluarnya cairan sperma dari penis dengan waktu kurang dari tiga menit sejak pertama kali penetrasi. Penyebabnya pun dari genetik, diabetes melitus, ataupun hipertensi, mirip dengan disfungsi ereksi yang juga bisa disebabkan oleh gaya hidup tidak sehat dan kondisi psikis seseorang.
"Untuk mengatasinya pun berbeda. Kalau disfungsi ereksi bisa dengan perubahan gaya hidup, pemberian obat, suntik hormon, injeksi di batang kemaluan, atau operasi. Kalau ejakulasi dini, selain perubahan gaya hidup juga pasien akan diminta untuk masturbasi atau berhubungan seksual bersama pasangan dengan metode 'start and stop'," timpal dr. Sunnu.
Metode 'start and go' ini merupakan metode di mana pasien yang akan mencapai ejakulasi harus segera berhenti agar tidak ejakulasi dengan cara menekan bagian ujung penisnya. Setelah itu, pasien baru memulai lagi mencapai ejakulasi dan berhenti. Metode ini dapat membantu untuk mengontrol respon seksual dan menunda ejakulasi pada pasien.
Pasien ejakulasi dini juga biasanya akan diberikan obat, terutama pada kondisi ejakulasi dini yang disebabkan oleh penyakit lain. Penggunaan 'tisu magic' pun tidak begitu dianjurkan karena meskipun efektif karena membuat ereksi lebih lama, tetapi tidak dapat mengatasi permasalahan seperti disfungsi ereksi atau ejakulasi dini yang dimiliki.