12 Januari 2024
16:29 WIB
Penulis: Siti Nur Arifa
Editor: Satrio Wicaksono
JAKARTA – Kintamani masih menjadi top of mind sebagai destinasi wisata dunia. Kecamatan Kintamani yang berada di Kabupaten Bangli, Bali, menawarkan lanskap Gunung Batur yang disempurnakan dengan hamparan bebatuan hitam. Belum lagi Danau Batur yang berbentuk bulan sabit berwarna biru, di sebuah kaldera yang oleh para wisatawan dikatakan sebagai kaldera terindah di dunia.
Namun sayangnya, belakangan Kintamani sedang disorot lantaran kondisi alam yang memengaruhi aktivitas wisata, yakni serbuan lalat yang juga dinilai mengganggu para wisatawan.
Bukan hal baru, sebenarnya kondisi serbuan lalat di beberapa titik kawasan Kintamani sudah menjadi persoalan yang sejak lama dikeluhkan, baik oleh masyarakat lokal atau oleh sejumlah wisatawan.
Sementara itu, tingginya serbuan lalat di wilayah Kintamani disinyalir disebabkan oleh penggunaan limbah ayam untuk pertanian, yang banyak digunakan di kawasan tersebut.
Menyoroti situasi yang ada, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno menekankan pentingnya CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability). Menurut Sandi, standar CHSE yang sudah ada sejak lebih dari dua tahun lalu harus mendapat pembaruan.
“Setelah lebih dari 2 tahun ini harus di-refresh, karena ini adalah standar baru,” ujar Sandi, dalam agenda Weekly Brief di Jakarta, Rabu (10/1).
Sandi juga menyorot pentingnya penekanan CHSE, mengingat Indonesia termasuk Kintamani, juga memiliki potensi dalam hal street food atau wisata kuliner makanan lokal. Sehingga, jangan sampai persoalan lalat di Kintamani justru menurunkan kualitas berwisata yang ada.
“Saya kemarin diberikan masukan bahwa street food maupun makanan lokal Indonesia memiliki peluang yang sangat luar biasa, tapi masih sangat tertinggal dari Thailand dan Vietnam. Salah satu aspeknya adalah hygiene (kebersihan), jadi saya minta Pak Pak Kadis (Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali) ini ada temuan lalat di Kintamani, segera ditindaklanjuti,” tegas Sandi lagi.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Tjok Bagus Pemayun, menyatakan bahwa permasalahan serbuan lalat di Kintamani telah menjadi atensi yang akan ditindaklanjuti terkait penanganannya. Meski dalam kesempatan tersebut, Tjok Bagus tidak menjelaskan lebih detail terkait penanganan seperti apa yang dimaksud.
“Ini (persoalan lalat) sudah menjadi atensi kami,” ujarnya singkat.