c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

23 Februari 2022

21:00 WIB

Seniman Nesar Eesar Melukis Getir Penantian Para Pengungsi

Lewat pameran lukisan, seniman asal Afganistan Nesar Ahmad Eesar mencoba mengekspresikan sulitnya hidup sebagai pengungsi perang.

Penulis: Andesta Herli Wijaya

Editor: Rendi Widodo

Seniman Nesar Eesar Melukis Getir Penantian Para Pengungsi
Seniman Nesar Eesar Melukis Getir Penantian Para Pengungsi
Pameran “The Eternal Waiting” oleh Nesar Ahmad Eesar. Dok. Orbital Dago

JAKARTA – Seniman asal Afghanistan, Nesar Ahmad Eesar menggelar pameran tunggal di Bandung, di studio Orbital Dago. Pameran bertajuk “The Eternal Waiting”, mengangkat sejumlah karya lukisan dan sketsa yang bercerita tentang nasib para pengungsi dari negara-negara konflik.

Nesar Ahmad sendiri adalah salah satu seniman kontemporer Afghanistan yang kini berdomisili di Bandung. Ia pertama kali datang ke Indonesia tahun 2012, dan sejak 2019, mengambil pendidikan pascasarjana di Seni Rupa Institut Teknologi Bandung.

Pameran “The Eternal Waiting” memperkenalkan sembilan lukisan dan enam sketsa Nesar yang bergaya seni miniatur Behzad abad ke-15 di Afghanistan. Gaya itu dipadukan dengan gaya realis, sehingga menghasilkan perpaduan yang unik, baru dan khas.

Meski berangkat dari gaya seni miniatur, karya Nesar pada dasarnya adalah karya dua dimensi yang dilukis di atas kanvas besar dengan menggunakan cat minyak.

Lukisan Nesar memuat simbol-simbol yang menggambarkan semesta pengungsian, dengan latar belakang perang, perjalanan yang sulit hingga lanskap alam di tempat pengungsian. Ada sketsa berupa rompi, percikan api, kendaraan tempur hingga lanskap gunung-gunung di Indonesia.

Nesar mengatakan, gambaran yang ia hadirkan dalam lukisannya merujuk pada nasib para pengungsi dari negara-negara konflik seperti Afghanistan, Iran, Irak dan lainnya. Para pengungsi dari negara-negara tersebut datang ke sejumlah negara, termasuk Indonesia untuk menjauh dari perang.

Namun, nasib para pengungsi di Indonesia, tidaklah menyenangkan. Nesar melihat para pengungsi yang umumnya hanya singgah di Indonesia untuk menuju negara tujuan, namun menjadi terlunta-lunta dalam ketidakpastian.

Proses menunggu yang sulit, itulah yang coba digambarkan Nesar dalam karya-karyanya.

“Sebenarnya ide ini muncul ketika saya pada tahun 2019 untuk kedua kalinya datang ke Indonesia. Dulunya saya datang ke Indonesia saya lihat pengungsi, kemudian ketika kedua kali saya datang, saya masih melihat pengungsi yang sama, yang masih menunggu kepastian,” ungkap Nesar kepada Validnews, Rabu (23/2).

Nesar fokus pada topik “menunggu” yang menurutnya menjadi momok yang membebani semua pengungsi. Mereka menunggu dalam ketidakpastian, dalam ketiadaan pekerjaan, dalam ketiadaan legalitas sebagai warga negara.

Kegetiran yang digambarkan Nesar itu tidak saja berangkat dari pengamatannya terhadap kehidupan para pengungsi di sejumlah kota di Indonesia. Namun, juga dari pengalamannya sendiri yang juga pernah mengungsi ke Pakistan sewaktu konflik di Afghanistan tahun 1999 hingga 2001 silam.

Penantian di pengungsian, kata Nesar, berdampak besar bagi seseorang, mulai dari sisi perekonomian hingga kualitas hidupnya. Dampak yang paling jelas yaitu tak adanya perekonomian yang berjalan bagi mereka, dan mesti menggantungkan hidup hanya pada program-program bantuan negara yang menampung.

Tapi, yang lebih serius lagi adalah dampaknya terhadap kualitas jiwa dan pikiran si pengungsi. Menunggu bisa membuat frustasi bagi semua orang.

“Bisa jadi dia trauma, bisa jadi dia kelakuannya terhadap orang lain itu berubah, bisa stres, bisa sampai bunuh diri. Jadi ini dampak dari menunggu. Kemudian menunggu sebagai seorang pengungsi ya aktivitasnya terbatas, sebagai seorang yang statusnya ilegal, itu sangat sulit,” tutur sang seniman.

Nesar mengajak para penikmat seni rupa serta masyarakat umum untuk menikmati sajian karya-karyanya. Ia berharap, pameran ini selain bisa memberi kesan artistik, juga membawa apresiator bisa melihat serta bersimpati atas getirnya hidup seorang pengungsi.

Pameran “The Eternal Waiting” akan dibuka besok, Kamis (24/2) dan akan berlanjut hingga 6 Maret mendatang. Pameran ini akan buka setiap hari, dan bisa dikunjungi secara gratis oleh pecinta seni dan masyarakat umum.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar