c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

05 Juli 2021

10:11 WIB

Seniman Budayawan Ubud Mulai Menggeliat Lewat “Taksu Ubud”

Pementasan ini digelar atas kerja sama Titimangsa Foundation dengan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

Editor: Yanurisa Ananta

Seniman Budayawan Ubud Mulai Menggeliat Lewat “Taksu Ubud”
Seniman Budayawan Ubud Mulai Menggeliat Lewat “Taksu Ubud”
Taksu Ubud (ANTARA/HO)

JAKARTA – Seniman dan budayawan Ubud, Bali, mulai kembali menunjukkan geliatnya lewat pementasan daring bertajuk “Taksu Ubud”. Pementasan drama ini melibatkan seniman dan budayawan Bali dari lintas kesenian, mulai dari seniman tari, aktor, seniman motif tradisi, dan seniman dalang.

“Taksu Ubud” berkisah tentang seorang pemuda asal Ubud, Umbara, yang sejak kecil tinggal jauh dari Ubud dan ibunya. Hingga tiba saatnya Sang Ibu meminta Umbara untuk pulang ke Ubud, seketika Umbara berhadapan dengan dilema. 

Haruskah kenyamanan dan kemudahan yang ia peroleh selama di perantauan ia tinggalkan demi cinta Ibu dan Ubud, sebuah tempat leluhur yang asing baginya?
 
"Taksu Ubud" menampilkan tarian, tetabuh dan mekidung yang melibatkan banyak kelompok penari dan penabuh, seperti Gamelan Yuganada, Yayasan Bumi Bajra Sandhi, Kertha Art Performance, Sanggar Cudamani, Ubud Performing Art, Napak Tuju, Swaradanta dan Yayasan Janahita Mandala Ubud.

Selain itu, "Taksu Ubud" juga menampilkan seniman-seniman senior Bali yang telah berkarya puluhan tahun dengan penuh dedikasi pada seni dan pengembangan budaya seperti Agung Oka Dalem dan Cok Sri (seniman tari), Aryani Williems (aktor), Desak Nyoman Suarti (seniman motif tradisi) dan Made Sukadana Gender (seniman dalang). 

Ada pula aktor-aktor Indonesia yang sudah tidak asing lagi, Reza Rahadian dan Christine Hakim.
 
Ada pula pegiat seni yang terlibat, seperti Dayu Ani sebagai Sutradara Gerak, I Wayan Sudirana sebagai Sutradara Tabuh, Kadek Purnami sebagai Pimpinan Produksi, Anom Darsana sebagai Penata Suara, Johan Didik sebagai Penata Cahaya, Rai Pendet dan Yosep Anggi Noen sebagai Sutradara Visual, Cok Bayu, Agung Iswara dan Dika Pratama sebagai Penata Artistik, Ayu Putri Anantha, Arsa Wijaya dan Dewa Ayu Eka Putri sebagai koreografer sekaligus pementas.
 
Happy Salma yang bertindak sebagai produser pementasan ini menjelaskan, "Taksu Ubud" terinspirasi dari alam, gerak, tutur, dan rasa ikhlas dari seniman-seniman Bali, khususnya Ubud yang memang dekat di hatinya secara pribadi. 

“Poin paling utama dalam proses kali ini adalah menyatukan energi kerja kolaborasi. Rasa yang menurut saya perlu dimiliki dalam situasi serba sulit seperti sekarang ini,” kata Happy Salma dikutip dari Antara, Minggu (4/7).

Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Hilmar Farid mengatakan, berkesenian menjadi cara masyarakat Ubud berhubungan dengan Tuhannya dan sesama manusia.

“Berkesenian bagi masyarakat Bali, khususnya Ubud, bukan hanya menjadi kerja kebudayaan, tetapi juga berlaku sebagai ibadah kepada Tuhannya, sebuah identitas diri dan masyarakat, serta pengejawantahan dari taksu—jiwa—masyarakat Ubud itu sendiri,” ungkap Hilmar, dikutip dari siaran resmi, Minggu.
 
Ida Ayu Wayan Arya Satyani atau lebih dikenal dengan Dayu Ani, sebagai Sutradara Gerak mengungkapkan, pementasan ini merupakan karya unik dan menantang karena dikerjakan bersama-sama.
 
“Kita tidak menempatkan salah satu elemen sebagai penunjang elemen yang lainnya. Semua posisinya sama penting, ya musik, ya koreografi, ya teatrikalnya, ya setting-nya, dan lain-lain. Tapi saya yakin, karya yang didedikasikan sebagai sebuah persembahan/doa/jantra/mantram, getaran itu jauh lebih penting daripada pemahaman. Pemahaman akan menyusul kemudian,” jelas Dayu Ani.
 
Sutradara Tabuh, I Wayan Sudirana, sependapat, bahwa proses pengerjaan komposisi pementasan menantang dan sekaligus menyenangkan ketika menyesuaikan dengan tema dan konsep yang tumbuh karena proses bersama.
 
“Contohnya seperti nomor musik ‘Orkestra Semesta’ yang menjadi pembuka pentas. Komposisinya memang panjang secara durasi karena di dalamnya ada siklus nada di sembilan arah mata angin. Bayangan saya langsung mengarah pada nada-nada semesta, bagaimana nada-nada tersebut berada pada titik kardinalnya dan berinteraksi dengan nada-nada yang lain,” ungkap Sudi panggilan akrabnya.
 
Pentas "Taksu Ubud" telah direkam beberapa waktu lalu bertempat di Arma Museum, Ubud sebagai tuan rumah. Masyarakat dapat menikmati pementasan secara daring yang ditayangkan perdana pada 6 Juli 2021 pukul 19.00 WIB di kanal Youtube Budaya Saya. "Taksu Ubud" dapat disaksikan secara bebas selama satu minggu hingga 12 Juli 2021.

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar