c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

16 Oktober 2025

19:53 WIB

Sengkarut Timnas Indonesia Di Bawah Pelatih-pelatih Asal Belanda

Timnas Indonesia sudah beberapa kali menggunakan jasa pelatih asal Belanda. Sayangnya, belum ada yang membawa Tim Garuda ke posisi bergengsi. 

Penulis: Arief Tirtana

Editor: Satrio Wicaksono

<p>Sengkarut Timnas Indonesia Di Bawah Pelatih-pelatih Asal Belanda</p>
<p>Sengkarut Timnas Indonesia Di Bawah Pelatih-pelatih Asal Belanda</p>

Suporter sepak bola tim nasional Indonesia. Shutterstock/Ratno Prasetyo

JAKARTA - PSSI akhirnya resmi memecat pelatih asal Belanda, Patrick Kluivert usai gagal membawa Timnas Indonesia melaju ke Piala Dunia 2026. Pemecatan ini dilakukan melalui mekanisme mutual termination, dari kontrak dua tahun yang seharusnya selesai akhir tahun 2026.

Menurut PSSI, penghentian kerja sama ini dilakukan atas dasar persetujuan kedua pihak, dengan mempertimbangkan dinamika internal dan arah strategis pembinaan timnas ke depan. Bukan hanya Kluivert, jajaran pelatih asal Belanda lainnya yang ada di Timnas Indonesia level senior, U23, maupun U20, juga dipecat.

"PSSI menyampaikan apresiasi atas kontribusi seluruh anggota tim kepelatihan selama masa tugasnya. Langkah ini diambil sebagai bagian dari evaluasi menyeluruh terhadap program pembinaan dan pengembangan sepakbola nasional," tulis PSSI dalam keterangan resminya.

Sejak ditunjuk menjadi pelatih sejak 8 Januari 2025, PSSI memang menargetkan Kluivert bisa membawa Timnas Indonesia melaju ke Piala Dunia. Meski saat itu banyak suporter yang ragu dan keberatan akan pergantian pelatih tersebut. 

Pasalnya dilakukan di momen krusial saat Timnas Indonesia sedang berjuang di putaran ke-3 Zona Asia Kualifikasi Piala Dunia 2026. Kekhawatiran kala itu, tim tidak punya banyak waktu untuk adaptasi dengan pelatih yang baru.

Namun, saat itu PSSI saat itu beralasan pemilihan Kluivert lantaran memiliki kesamaan budaya dengan para pemain naturalisasi yang kebanyakan dari Belanda. Pandangannya, akan lebih mudah dalam membangun komunikasi antara pelatih dan pemain, jika dibandingkan pelatih sebelumnya.

"Memang banyak pilihan, seperti dari Italia atau Spanyol, tetapi dengan waktu yang terbatas sekitar 2,5 bulan, kami harus menjaga dinamika tim. Dinamika ini terkait dengan budaya yang ada," kata Ketua Umum PSSI, Erick Thohir dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (6/1).

Alasan tersebut mungkin terdengar cukup masuk akal, sebab dalam beberapa tahun belakang, PSSI banyak melakukan naturalisasi pemain berpaspor Belanda. Mulai dari Shayne Pattynama dan Justin Hubner di tahun 2023. Ragnar Oratmangoen, Thom Haye, Marteen Paes, Calvin Verdonk, Kevin Diks, Eliano Reijnders di 2024. Hingga Ole Romeny, Dean James, dan terakhir Mauro Zijlstra serta Miliano Jonathans di tahun 2025 ini.

Namun pertanyaan, mengapa Kluivert yang dipilih. Sebab, kapabilitas mantan pemain Barcelona itu dinilai kurang mumpuni untuk bisa membawa Tim Garuda ke Piala Dunia 2026. Berkaca dari catatan karier kepelatihannya yang tak pernah diwarnai prestasi sedikitpun.

Sebelum melatih Timnas Indonesia, Kluivert hanya lama melatih tim junior klub Liga Belanda FC Twente dari periode Juli 2011 hingga Juni 2023 (2 tahun). Sementara di level tim senior, pria 49 tahun ini hanya bertahan 15 bulan di Timnas Curacao, dari Maret 2015 hingga juni 2026, tanpa catatan prestasi apapun.

Ia sempat kembali menjadi pelatih Timnas Curacao, namun hanya lima bulan, dari periode Mei hingga Oktober 2021. Dari situ Kluivert melatih klub Liga Turki Adana Demispor, namun tak sampai lima bulan, hanya dari Juli hingga awal Desember 2023.

Dan benar saja, kepelatihannya selama sembilan bulan di Timnas, seakan membuktikan bahwa kapabilitas Kluivert belum cukup mumpuni sebagai pelatih. Jauh dibandingkan karier menterengnya ketika menjadi penyerang andal di dekade 90-an dulu.

Karier Pelatih Belanda di Timnas Indonesia

Buat Timnas Indonesia, kegagalan Patrick Kluivert ini melanjutkan catatan buruk pelatih asal Belanda yang pernah memimpin Tim Garuda. Dalam empat dekade ke belakang, sejumlah pelatih asal Belanda pernah menukangi Timnas.

Sayang, semuanya tidak ada yang pernah memberikan gelar juara. Bahkan, mayoritas hanya bertahan di kursi pelatih dalam beberapa bulan saja.

Menurut catatan, yang terlihat lumayan kala Timnas Indonesia berada di bawah kepemimpinan Henk Wullem, periode 1996 hingga 1997. Saat itu, Timnas Indonesia meraih medali perak di ASEAN Games 1997.

Setelahnya, di tahun 2011 setelah PSSI menunjuk Wim Rijsbergen, menggantikan pelatih asal Austria, Alfred Riedl. Tapi, karier Wim justru lebih buruk jika dibandingkan capaian yang sempat diukir Alfred Riedl.

Dari 11 pertandingkan yang dijalankan, pria yang sempat membawa Belanda jadi runner up Piala Dunia 1974 dan 1978 itu hanya bisa membawa Timnas juara dua kali, tiga laga berakhir imbang, dan enam kekalahan. Hanya enam bulan, Wim Rijsbergen dipecat Januari 2012.

Setelah Wim Rijsbergen, PSSI kembali kepincut dengan menggunakan jas pelatih asal Belanda di Mei 2015, yakni Pieter Huistra. Pelatih yang punya rekam jejak menjanjikan di klub-klub elite Belanda itu, ditunjuk sebagai pelatih interim (sementara), setelah sebelumnya menjabat sebagai Direktur Teknik PSSI sejak Desember 2014.

Awalnya Huistra diharapkan bisa membawa Timnas Indonesia bersaing di kualifikasi Piala Dunia 2018 dan kualifikasi Piala Asia 2019. Namun baru sebulan menjabat dan belum menjalani satupun pertandingan, Indonesia justru mendapatkan hukuman FIFA akibat polemik internal yang mengarah ke intervensi politik.

Saat itu FIFA melarang Indonesia berpartisipasi dalam semua kompetisi di bawah naungannya, termasuk tidak mengakui kepengurusan PSSI. Karena sanksi tersebut, karier kepelatihan Huistra  pun berhenti.

Sejak Huistra, Indonesia tak pernah lagi memakai jasa pelatih asal Belanda, sampai kemudian nama Kluivert muncul dan gagal total.

Pertanyaan selanjutnya, dengan rekam jejak buruk pelatih asal Belanda dan adanya perubahan besar di kubu Timnas Indonesia yang banyak dihuni pemain berdarah Belanda, apakah PSSI akan kembali menunjuk pelatih baru asal Negeri Kincir Angin lagi? 

Atau kembali ke pelatih lama asal Korea Selatan? Atau mencoba peruntungan pelatih asing dari negara lain, baik Asia, Eropa atau Amerika Latin?


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar