24 Februari 2022
08:03 WIB
Penulis: Andesta Herli Wijaya
Editor: Satrio Wicaksono
JAKARTA – Di usia 22 tahun perjalanan bermusiknya, penyanyi wanita Indonesia, Andien merayakan semesta imajinasi dan energi kreatifnya dengan pertunjukan musik bertajuk “Melodi Monolog: Dan Lalu”. Sebuah konser virtual yang dikonsep sedemikian rupa, menjelma sebuah sajian musik yang unik dan menarik.
"Melodi Monolog: Dan Lalu" yang disiarkan melalui platform Video pada Selasa (22/2) malam menampilkan sisi Andien sebagai penyanyi yang mencintai alam. Berkonsep live recorded dari kawasan hutan De Djawatan, Banyuwangi, Jawa Timur, Andien sukses menghadirkan pertunjukan musik yang segar, jauh dari imaji pertunjukan musik yang kadung mainstream.
Pertunjukan musik "Melodi Monolog: Dan Lalu" dibagi ke dalam tiga fragmen, bertajuk “Mula”, “Lerai” dan “Sampai”. Total ada 12 lagu dibawakan Andien, yang merupakan hasil eleborasi baru pada lagu-lagunya dari tahun 2000 hingga saat ini.
Fragmen pertama, “Mula” dibuka dengan lagu “Berlayar” dari album Kinanti (2002). Andien duduk di sebuah perahu dengan layar-layar menggantung di atasnya. Bukan perahu sungguhan, tentunya, tapi properti yang dipasang di tengah-tengah hutan belantara, melayang di atas tetumbuhan semak belukar.
Andien bernyanyi dengan pembawaan ceria, tampak penuh optimisme. Hingga ia sampai pada lagu berikutnya, “Gemintang”, “Sahabat Setia” dan “Indahnya Dunia”.
Sepanjang menyanyikan lagu-lagu tersebut, Andien menari bersama alam di sekelilingnya. Ditingkahi pula dengan kehadiran kelompok penari yang anonim, dengan kostum yang menyatu dengan lanskap hutan.
Lagu-lagu yang dibawakan Andien pada fragmen pertama terdengar segar dan relatif berbeda dengan versi aslinya. Lagu-lagu tersebut telah direaransemen untuk menghadirkan kesan baru, dengan isian bebunyian baru. Lagu-lagu tersebut terasa begitu dramatis saat dinyanyikan di tengah hutan yang perkasa.
Andien sebelumnya mengatakan bahwa konser di tengah hutan adalah salah satu fantasi terbesarnya sejak lama. “Dengan pertunjukan daring ini, aku bisa mewujudkan imajinasi terliarku di tengah hutan, yang sudah menjadi impianku sejak dulu,” ungkap Andien dalam sesi konferensi pers jelang pertunjukan “Melodi Monolog: Dan Lalu”, beberapa hari yang lalu.
Andien ingin menyuguhkan sebuah pertunjukan musik yang sarat makna. Tidak hanya bernyanyi, ia mengisi pertunjukan itu dengan monolog-monolog singkat yang sekilas terdengar ‘gelap’, tapi sebenarnya puitis dengan makna yang mendalam.
“Apakah kita? Mulailah dari apa yang bukan kita. Bayangan, terbentur, berpisah, lalu melepaskan,” tutur Andien di sela-sela nyanyiannya.
Bagi Andien, pertunjukan musik itu adalah momen refleksi atas perjalanan bermusiknya selama ini. ia menandai usia 22 tahun dengan mengenang lagi apa-apa yang telah ia capai, kebahagian yang ia dapat, serta menyiapkan diri untuk menyambut masa yang akan datang.
“Pada kesempatan ini, aku ingin membagikan cerita melalui pertunjukan yang sarat makna, yang aku harap bisa menjadi refleksi dari perjalanan kita semua dalam fase sirkular perjalanan manusia,” kata Andien.
Fragmen “Lerai” selanjutnya berisi dua lagu, yaitu “Detik Tak Bertepi” dan “Selamat Jalan Kekasihku”. Masih dengan latar hutan membentang dan pohon-pohon dengan akar-akar menjalar di sekeliling, Andien bernyanyi dengan sempurna, membawakan lagu-lagu lamanya dengan balutan aransemen baru yang menggoda.
Lalu di fragmen ketiga, “Sampai”, Andien membawakan banyak lagu-lagu terbaiknya. Mulai dari “Belahan Jantungku”, “Everything in Between”, “Teristimewa”, “Milikmu Selalu”, ”Moving On”, serta “Pulang”.
Fragmen ketiga mengambil suasana hutan malam hari sebagai latar. Andien terus bernyanyi dan menari di antara kabut malam, dengan sorotan lampu yang berwarna-warni. Pertunjukan malam hari itu menambah aura magis dalam pertunjukan Andien, dengan kilauan sorot lampu, kobaran obor api, serta para penari yang menyaru pohon-pohon hingga penabuh genderang yang menyatu dengan musik di pertunjukan.
Pertunjukan ini akhirnya ditutup dengan sebuah pertanyaan: ketika sampai di satu titik, dan lalu?
Bagi Andien, pertanyaan itu tidak untuk dijawab. Hari-hari depan akan menjawab dengan sendirinya. Ia menegaskan akan terus menikmati setiap proses. Setelah satu momen, Andien percaya, akan selalu ada momen-momen berikutnya. Setelah satu kebahagiaan atau kesedihan, akan ada suatu hari di masa depan yang membawa kesedihan maupun kebahagiaan. Begitulah semesta nasib berputar.
“Aku menikmati banyak sekali kemenangan-kemenangan kecil, setiap hari, kayak step by step begitu semuanya. Kalau ngalaminmomen yang berat ya berat, glories ya glories. Tetapi ada berikut-berikutnya lagi,” tutur Andien saat konferensi pers.
Andien adalah salah satu penyanyi wanita Indonesia dengan karir musik yang telah membentang panjang. Penyanyi berdarah sunda dengan intensi musik di genre jazz ini hingga kini telah menelurkan tujuh album, dimulai dari album “Bisikan Hati” (2002), hingga “Metamorfosa” (2017).