01 Maret 2023
12:12 WIB
Penulis: Annisa Nur Jannah
Editor: Rendi Widodo
JAKARTA - Pasangan yang baru menikah tentu akan mengalami malam pertama. Sebagian wanita akan heran saat hubungan intim terjadi untuk pertama kali dirinya harus mengalami bagian intim yang berdarah.
Pendarahan pada vagina dianggap normal karena pertama kali melakukan hubungan, penetrasi merobek selaput dara yang berada di balik vagina. Bagian ini mengandung pembuluh darah serta ujung saraf dan bermanfaat sebagai batas antara organ genital eksternal dan internal.
Dilansir dari laman Healthline, wanita yang mengalami pendarahan saat hubungan pertama dinilai normal meski beberapa orang tidak mengalaminya karena selaput dara yang merenggang.
Jika selaput dara kecil, darah yang dihasilkan pun cenderung sedikit. Sementara itu, wanita dengan selaput dara yang lebih tebal akan mengeluarkan lebih banyak darah.
Beberapa orang menunda melakukan malam pertamanya karena rasa takut menyakiti pasangannya. Padahal, vagina sangat elastis, sehingga bisa mengikuti ukuran organ intim pria saat penetrasi. Oleh karena itu, komunikasi yang baik serta foreplay atau pemanasan sangat disarankan sebelum akhirnya benar-benar melakukan penetrasi.
Selama berhubungan pun organ intim wanita akan menghasilkan pelumas alaminya. Namun, saat pertama kali wanita memerlukan sedikit bantuan pelumas agar mengurangi rasa ketidaknyamanan dan pendarahan.
Pendarahan yang berlebihan setelah berhubungan intim juga bisa disebabkan oleh infeksi menular seksual (IMS).
IMS merupakan penyakit kelamin yang diakibatkan adanya hubungan seksual baik melalui vagina, anal, atau oral. Selain itu, IMS dapat menyebabkan peradangan pada alat kelamin yang dapat menyebabkan pendarahan.
Gejala IMS sendiri umumnya meliputi pendarahan berlebihan pada vagina, keluar carian atau nanah berwarna kuning kehijauan secara spontan dari saluran kencing, terdapat benjolan seperti kutil atau luka ruam, Anda akan mengalami nyeri di panggul dan perut.
Menurut center fot disease control and prevention, menggunakan kondom secara konsisten bagi mereka yang aktif secara seksual atau sering bergonta-ganti pasangan sangat efektif mencegah penyakit menular seksual.
Salah satu mencegah penyakit seksual adalah dengan pemberian vaksin dewasa seperti hepatitis B, kutil kelamin, dan kanker serviks yang disebabkan oleh human papillomavirus (HPV). Vaksin ini direkomendasikan untuk anak perempuan berusia 9-13 tahun atau wanita di bawah 26 tahun yang belum melakukan vaksin.