19 April 2024
15:23 WIB
Sederet Gedung Seni Pertunjukan Legendaris Yang Masih Berdiri
Berusia puluhan tahun, berbagai daerah di Indonesia memiliki gedung seni yang menjadi saksi pertunjukkan budaya.
Penulis: Siti Nur Arifa
Editor: Rendi Widodo
Gedung Kesenian Rumentang Siang. Dok. Jabarprov.go.id
JAKARTA - Pertunjukkan seni telah menjadi salah satu cara yang dilakukan sejak dulu hingga kini untuk melestarikan warisan yang dimiliki Indonesia sebagai negara yang kaya akan budaya. Karena itu, keberadaan berbagai gedung seni pertunjukkan jadi salah satu sarana yang cukup berpengaruh.
Beruntungnya, sejak dulu di berbagai daerah tanah air sudah berdiri sejumlah gedung seni yang menjadi wadah pelestarian budaya. Dibangun sebagai pusat pengembangan dan penyebaran budaya melalui seni pertunjukan yang kaya akan pesan moral. Walau terus digempur dengan berbagai pertunjukan di era modern, namun gedung-gedung pertunjukan legendaris ini masih terus eksis menggelar berbagai seni pertunjukan.
Berikut beberapa gedung seni pertunjukan legendaris di Indonesia yang masih eksis hingga saat ini:
Gedung Wayang Orang Bharata
Berlokasi di kawasan Senen, Jakarta Pusat, gedung seni ini awalnya adalah sebuah gedung bioskop, yang kemudian digunakan sebagai gedung seni pertunjukan wayang orang pada 1972. Nama Bharata diberikan oleh seorang seniman senior bernama Jadup Jaya Kusuma, yang merupakan akronim dari Bhawa Rasa Tala, yang bermakna gerak yang muncul dari dalam lubuk hati dan disertai dengan nada.
Saat pembangunan, gedung ini digarap dengan tujuan untuk mengedukasi dan melibatkan masyarakat dalam bidang seni pertunjukan, yang meliputi pelatihan seni, lokakarya, latihan tari dan teater, hingga diskusi budaya.
Beberapa tajuk yang telah dipentaskan di gedung seni pertunjukan ini antara lain Gatutkoco Lahir, Durno Gugur, Punokawan Murca, Karno Tanding, hingga Taliroso Rosotali.
Rumentang Siang
Di Kota Kembang, salah satu gedung seni pertunjukkan yang dimiliki berada di wilayah Jalan Baranang Siang No. 1, Sumur, Kota Bandung. Sama seperti Gedung Wayang Orang Bhrata, bangunan gedung yang pertama kali dibangun pada tahun 1935 ini awalnya juga difungsikan sebagai bioskop. Baru di tahun 1975, fungsinya diubah menjadi gedung seni pertunjukan Rumentang Siang.
Hingga saat ini, Rumentang Siang menjadi pusat seni dan budaya yang berperan penting dalam menggali, mengembangkan, dan memperkenalkan seni lokal. Bahkan, Rumentang Siang memiliki program rutin yang sudah ada sejak 1990, yakni Festival Drama Basa Sunda. Selain itu, Rumentang Siang kerap menjadi lokasi pelaksanaan berbagai acara seni, pameran, hingga pertunjukan teater.
Purawisata
Di Kota Pelajar juga terdapat sebuah gedung seni bernama Ramayana Ballet Purawisata, atau dikenal dengan Purawisata saja, yang berlokasi di kawasan Jalan Brigjen Katamso, Kecamatan Mergangsan.
Sudah ada sejak tahun 1975, gedung seni Purawisata dikenal lantaran berhasil mendapatkan rekor MURI karena mementaskan Sendratari Ramayana selama 43 tahun nonstop setiap malam, di mana Pertunjukan Seni Tari Ramayana memang menjadi hiburan seni dan budaya Jawa utama yang disajikan oleh tempat ini.
Dipertontonkan pada panggung terbuka Purawisata setiap malam sejak awal dibuka, gedung seni yang memiliki kapasitas 600 tempat duduk ini menyuguhkan kisah romantika tragedi dari Rama dan Sinta yang menceritakan pertarungan antara kebaikan dengan kejahatan.
Kini Purawisata Yogyakarta tak hanya mementaskan Sendratari Ramayana, namun ada banyak seni pertunjukan yang bisa disaksikan mulai dari ketoprak humor, komedi tunggal, hingga musik dangdut.
Taman Sriwedari
Kota Solo juga memiliki gedung seni pertunjukan legendaris, yang berlokasi dalam Kompleks Taman Sriwedari, Jalan Slamet Riyadi, Laweyan, Solo. Di dalam Taman Sriwedari, terdapat gedung pertunjukan wayang orang yang sudah ada sejak tahun 1910, dan tercatat sebagai salah satu gedung seni pertunjukan tertua di Indonesia.
Gedung Wayang Orang (GWO) Sriwedari memiliki seni pertunjukan daerah wayang orang yang menyajikan cerita berdasarkan kisah sosok Ramayana dan Mahabarata. Pada kesempatan tertentu, juga kerap digelar cerita-cerita wayang orang gabungan antara wayang orang sriwedari dengan wayang orang RRI Surakarta, dan bahkan dengan seniman-seniman wayang orang dari Jakarta, Semarang, ataupun Surabaya.
Gedung ini bisa menampung hingga 1.000 penonton, dan sampai saat ini pertunjukan Wayang Orang Sriwedari masih rutin dipentaskan setiap hari Kamis, Jumat, dan Sabtu. Selain digunakan untuk pertunjukan wayang orang, pada hari-hari tertentu juga dapat digunakan atau disewa sebagai gedung pentas seni remaja.
Perlu diketahui, GWO Sriwedari hingga kini tetap mempertahankan bentuk aslinya, di mana pada dinding utara dan selatan tidak ditutup dengan tembok bata, tetapi hanya memakai kaca tembus pandang.
Di mana filosofi tembok kaca tersebut dulunya bertujuan memberikan kesempatan kepada masyarakat kelas bawah yang tidak bisa masuk atau membeli tiket, agar tetap dapat menikmati pertunjukkan dari luar gedung.