c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

06 Juli 2023

12:59 WIB

Sayembara Kritik Film Yang Tak Lagi Soal Baik Buruk

Tak lagi sekadar kritik yang memaki-maki atau yang mencari-cari kesalahan dari suatu film. Lebih dari itu, kritik pada sayembara ini telah menjelma sub-genre esai analitis namun tetap bergaya populer.

Penulis: Andesta Herli Wijaya

Editor: Rendi Widodo

Sayembara Kritik Film Yang Tak Lagi Soal Baik Buruk
Sayembara Kritik Film Yang Tak Lagi Soal Baik Buruk
Malam Anugerah Sayembara Menulis Kritik Film DKJ 2023. Dok. Validnews/Andesta

JAKARTA - Tiga pengkaji film yaitu Catra Wardhana dari Yogyakarta, Anton Sutandio dari Bandung, serta Nurul Mizan Asyuni dari Makassar, menjadi pemenang Sayembara Menulis Kritik Film Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2023.
 
Nama-nama mereka diumumkan dalam malam penganugerahan yang berlangsung di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki Jakarta, Rabu (5/7).
 
Bertindak sebagai juri akhir untuk sayembara ini ialah peneliti film Eric Sasono, sastrawan Seno Gumira Ajidarma, serta produser Yulia Evina Bhara. Ketiga juri itu memilih pemenang dengan menilik mutu analisis dan keterbacaan karya-karya kritik film yang masuk sayembara.
 
Para juri menyoroti naskah-naskah pada sayembara perdana yang dihelat Komite Film DKJ ini secara umum berhasil menampilkan wajah kritik yang meyakinkan. Tak lagi sekadar kritik yang memaki-maki atau yang mencari-cari kesalahan dari suatu film. Lebih dari itu, kritik pada sayembara ini telah menjelma sub-genre esai yang analitis namun tetap bergaya populer.
 
“Ada keragaman baik dari segi gaya penulisan,  maupun dari temuan nilai pada film yang dibahas. Ada kematangan dibandingkan, misalnya dari masa 20 tahun lalu ketika industri film baru tumbuh dan para kritikus film saat itu masih meraba-raba dan tumbuh bersama industrinya,” ungkap Eric Sasono membacakan lembar pertanggungjawaban juri, Rabu malam.
 
Lebih lanjut, Seno Gumira mengatakan bahwa karya-karya yang muncul pada sayembara ini adalah bentuk yang diharapkan dari kritik film. Jika selama ini kritik film muncul dalam bentuk ulasan-ulasan yang menghakimi dan sering kali tidak adil dari para wartawan film, maka karya dalam sayembara ini adalah ‘tipe’ cinema studies yang lebih analitik dan adil.
 
Menurut Seno, kritik yang semacam itulah yang diharapkan terus tumbuh di samping industri perfilman Indonesia. Lahirnya cinema studies, katanya, akan banyak membantu pengembangan dunia berpikir masyarakat.
 
“Kalau sekarang usaha kritik adalah usaha penjelasan, membongkar, mencari penjelasan dari gejala-gejala yang ada dalam suatu film, dan bisa menangkapnya sebagai gejala kebudayaan. Tidak lagi soal bagus atau engga, yang sebenarnya tidak mungkin untuk itu, karena tidak ada satu manusia pun di dunia ini tahu segala hal yang bagus dan segala hal yang jelek untuk menentukan,” ucap Seno.
 
Tulisan kritik dari Catra Wardhana, Anton Sutandio dan Nurul Mizan Asyuni dalam hal ini menjadi tiga yang terbaik dan paling memenuhi ekspektasi para dewan juri di atas. Sifat-sifat analitik, komprehensif, keterbacaan hingga kemahiran ilmiah, menjadi kekuatan bagi karya tiga pemenang tersebut.
 
Catra Wardhana adalah pemenang pertama dengan kritik estetika berjudul “Pintu Terlarang: Mengurai Trauma Melalui Estetika Queer”. Sementara pemenang kedua dan ketiga, yaitu Anton Sutandio dengan kritik “Skinned Performance: Body Horor Perempuan dalam Impetigore karya Joko Anwar”, lalu Nurul Mizan Asyuni dengan karya “Melihat Jenderal dari Bawah: Analisis Struktur Naratif dan Sinematografi Film Autobiography”.
 
Malam Anugerah Sayembara Menulis Kritik Film DKJ dihelat dalam rangkaian penutupan DKJ Fest 2023. Selain tiga pemenang, juri juga memilih satu karya yang diberi perhatian khusus, yaitu “You and I: Bukti Kemenangan Seni atas AI” karya Moses Parlindungan Ompusunggu. Itulah yang terbaik atau dianggap paling potensial dari total 702 karya kritik yang diterima penyelenggara sayembara kali ini.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar