c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

30 Mei 2022

16:01 WIB

Salihara Luncurkan Pameran “Universal Iteration: Intermissions”

Tema pameran ini mengajak seniman dan masyarakat untuk mengambil jeda dan kemudian merefleksikan dampak-dampak teknologi digital pada kehidupan manusia.

Penulis: Andesta Herli Wijaya

Editor: Rendi Widodo

Salihara Luncurkan Pameran “Universal Iteration: Intermissions”
Salihara Luncurkan Pameran “Universal Iteration: Intermissions”
Tangkapan layar karya presentasi karya Yovista Ahtajida, “Ustartz-Bot” dalam pameran “Universal Iteration: Intermissions”. Dok. Galeri Salihara

JAKARTA - Komunitas Salihara kembali meluncurkan pameran Universal Iteration. Pameran berbasis daring ini merupakan yang kedua kalinya dihelat setelah tahun sebelumnya Salihara sukses menggelar edisi pertamanya.

Berbeda dengan pameran tahun lalu yang tak mengusung tema spesifik kecuali seputar eksplorasi seni media baru, tahun ini Salihara mengusung tema “Intermissions”. Tema ini mengajak seniman dan masyarakat untuk mengambil jeda dan kemudian merefleksikan dampak-dampak teknologi digital pada kehidupan manusia.

Kurator “Universal Iteration: Intermissions”, Asikin Hasan menjelaskan, selama ini telah banyak seniman yang mengeksplorasi seni media baru, dalam hal ini seni dalam jaringan atau daring. 

Namun, masih ada banyak celah yang belum dieksplorasi, baik dari segi tematik maupun bentuk seni itu sendiri. Karenanya, Asikin memandang perlunya elaborasi yang lebih massif terhadap seni media baru hari ini.

Pameran kali ini melibatkan seniman yang menurut Asikin, menggambarkan beragamnya kemungkinan eksplorasi tersebut. Juga, memperlihatkan bagaimana sifat seni hari ini dengan teknologi media baru yang telah banyak membawa perubahan signifikan.

“Dari karya-karya mereka kita akan melihat bagaimana suatu kreativitas di masa kini bukan lagi sebuah representasi romantik dari realitas tapi presentasi dari realitas itu sendiri, yang berjajaran pada ruang waktu yang sama atau sering kita sebut dengan real-time, sebuah kata kunci seni media yang tidak memiliki jeda,” ungkap Asikin dalam peluncuran daring pameran, beberapa waktu lalu.

“Kita akan melihat bagaimana karya-karya para seniman ini melihat berbagai realitas dengan kritis, dan mengatakannya dengan berbagai cara dan pendekatan masing-masing,” ucap dia.

Lebih menjurus, kurator lainnya Bob Edrian menjelaskan bahwa tema “Intermissions” yang diangkat kali ini memuat dua pemaknaan. Selain berarti sebagai jeda, tema ini adalah sebuah ruang refleksi, yang mendorong seniman dan masyarakat hari ini untuk mempelajari kembali pemahaman mereka tentang ruang dan waktu, di era digital ini.

“Bagaimana teknologi internet membuat kita beraktivitas mungkin secara berbeda, mungkin juga bagaimana dampak pengembangan teknologi ini juga sebenarnya berpengaruh terhadap suatu lingkungan, bagaimana pemanfaatan teknologi ini berpotensi meninggalkan salah satunya jejak karbon. Isu isu ini yang berusaha kemudian dimanifestasikan dalam pameran,” jelas Bob.

Presentasi Enam Seniman

“Universal Iteration: Intermissions” menampilkan karya enam seniman, yaitu Aki Onda, Eldwin Pradipta, Indah Arsyad, Rizki Lazuardi, XXLAB, dan Yovista Ahtajida. Mereka mengusung karya-karya berbasis jaringan, dengan beragam bentuk mulai dari video, seni web hingga seni dalam bentuk aplikasi.

Aki Onda seniman dan komposer asal Jepang yang karya-karyanya dekat dengan isu seputar “ingatan” dan sejarah. Pada pameran ini, ia membawa karya berjudul “Stack Until It Falls Down”, sebuah peragaan aktivitas yang direkam ke dalam sebuah video.

Sang seniman merekam aktivitasnya selama dalam masa karantina karena pandemi. Ia membuat sebuah instalasi sederhana, menyusun dan menumpuk-numpuk batu yang terdapat di kawasan Hurricane Point, sebuah kawasan pantai Brooklyn di East River.

Aktivitas yang menggambarkan gestur perulangan, yang menjadi kehidupan. Lewat aktivitas metaforis itu, seniman berbicara tentang siklus berulang yang berpuncak pada nasib yang seringkali tidak menguntungkan manusia.

Kemudian Eldwin Pradipta seniman alumnus Fakultas Seni & Desain, Institut Teknologi Bandung, menampilkan karya berjuduL “CHARTA”. Karya ini berupa seni web, menampilkan konsep CAPTCHA, sebuah metode uji yang umum digunakan untuk mendeteksi suatu akses dilakukan oleh manusia atau robot.

“Charta” dalam bahasa latin sebuah istilah yang menggambarkan kertas, surat, naskah ataupun puisi. Dengan karya ini, seniman mencoba menggambarkan bagaimana komputer, mesin dan robot diprogram untuk berpikir dan berperilaku, melalui bahasa pemrograman dan kode. “Charta” dalam karya ini juga diberi arti Computer and Human are Apart in How They Reinterpret and Think About Art.

Ada lagi karya Indah Arsyad berjudul “Buaya Buntung”, berupa sebuah video real-time yang merekam hasil penelitian pencemaran air sunga di Kali Angke, Ciliwung Cisadane. Seniman menggunakan perangkat IoT (Internet of Things) untuk mengukur tingkat pencemaran sungai secara real-time, dan mengajak pengunjung untuk memperhatikan ancaman pencemaran tersebut.

Sementara seniman Rizki Lazuardi menghadirkan “Call Me by Their Names”, sebuah karya video digital yang merekam ekosistem tropis buatan yang diwariskan oleh penjelajah eropa. Karya ini membicarakan bagaimana politik penamaan varietas menjadi bagian dari politik persahabat antar negara.

XXLAB, kolektif asal Yogyakarta, menampilkan karya berjudul “(R)EMISI”, sebuah karya interaktif yang melibatkan publik dalam pengumpulan data, dan aksi pengurangan jejak karbon melalui penghapusan email. Karya ini adalah salah satu yang merepresentasikan secara langsung tema yang diusung pameran ini. adapun visual data hasil dari kuisioner dalam karya ini akan ditampilkan secara realtime di website Salihara.

Terakhir yaitu seniman Yovista Ahtajida, dengan karya berjudul “Ustartz-Bot”. Ini sebuah karya berupa aplikasi, di mana seniman menghadirkan aplikasi chatbot, yang memungkinkan publik dapat bertanya mengenai permasalahan seni rupa kontemporer secara interaktif.

Pameran “Universal Iteration: Intermissions” resmi diluncurkan pada Sabtu (28/5) lalu, dan akan berlanjut hingga setahun kedepan. Pameran ini dapat diakses melalui laman resmi galeri.salihara.org.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar