c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

24 Mei 2025

15:39 WIB

Sains, Teknologi dan Inovasi Jadi Pendekatan Atasi Kanker di Indonesia

Penanganan masalah kanker memerlukan tiga pendekatan yang saling melengkapi, yakni sains, teknologi dan inovasi. Tak tepat bila mengedepankan pendekatan spiritual atau tradisional.

Penulis: Gemma Fitri Purbaya

Editor: Satrio Wicaksono

<p dir="ltr" id="isPasted">Sains, Teknologi dan Inovasi Jadi Pendekatan Atasi Kanker di Indonesia</p>
<p dir="ltr" id="isPasted">Sains, Teknologi dan Inovasi Jadi Pendekatan Atasi Kanker di Indonesia</p>

Peresmian perluasan fasilitas onkologi injeksi dan solid Global Onkolab Farma di Jakarta, Kamis (22/5). Dok:Validnews/ Gema F Purbaya.

JAKARTA - Kanker adalah salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Data Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) 2022 bahkan menunjukkan ada sekitar 400 ribu kasus baru kanker per tahunnya di Indonesia, dengan angka kematian sampai 242 ribu.

Kanker payudara menjadi kanker dengan jumlah prevalensi terbanyak di Indonesia, yakni mencapai 38 ribu kasus setiap tahunnya. Sementara itu, kanker paru menjadi penyebab kematian tertinggi akibat kanker di Indonesia dengan menyumbang angka sekitar 34 ribu jiwa per tahun.

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dr. Taruna Ikrar mengatakan, untuk mengatasi masalah kompleks seperti kanker ini memerlukan tiga pendekatan yang saling melengkapi. Yakni, sains, teknologi, dan inovasi, bukan hanya sekadar pendekatan spiritual atau tradisional.

"(kanker-red.) Ini isu yang penting. Pendekatan tidak bisa hanya spiritual, tetapi pendekatan sains. Jadi harus tau apa pengobatannya dari penyebabnya apa. Makanya kan pengobatan (untuk kanker) itu macam-macam dan harus spesifik," ucap Taruna dalam acara peresmian perluasan fasilitas onkologi injeksi dan solid Global Onkolab Farma di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Selanjutnya, pendekatan teknologi diperlukan guna memungkinkan sains berkembang lebih jauh dan memberikan dampak. Teknologi bisa dimanfaatkan guna deteksi dini sampai pengembangan terapi untuk pasien kanker. Dari sana, lahirlah inovasi, yang bukan hanya menciptakan sesuatu yang baru, tetapi juga menyederhanakan proses agar memiliki pilihan yang lebih efisien, terjangkau, dan efektif.

"Jadi sains untuk sekadar mengetahui dan harus diaplikasikan dengan teknologi untuk menemukan bagaimana faktor penyakit ini. Output-nya itu inovasi. Kalau tidak dilakukan pendekatan strategis dan tepat untuk kasus-kasus ini, angkanya akan terus naik," lanjut Taruna.

Mendukung hal ini, Global Onkolab Farma pun melakukan perluasan fasilitas onkologi. Perluasan fasilitas ini dilakukan untuk memastikan ketersediaan terapi kanker, seperti injeksi cair, beku kering, tablet, dan kapsul keras.

Baca juga: Kenali Gejala Kanker Paru Yang Kerap Samar

"Perluasan ini merupakan perwujudan komitmen kami terkait optimalisasi penanganan kanker di Indonesia. Kami melakukan perluasan secara komprehensif, baik dari sisi sediaan produk, kapasitas produksi, hingga teknologi," papar Presiden Direktur PT Kalbe Farma Irawati Setiady.

Perluasan kapasitas ini memungkinkan menampung total sebesar 5 juta vial sediaan steril dan 50 juta unit tablet atau kapsul untuk sediaan solid yang dapat digunakan untuk kemoterapi, terapi hormon, dan terapi target untuk pasien kanker di Indonesia. Ini menjadikan fasilitas tersebut sebagai fasilitas produksi obat terapi target pertama di Indonesia.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar