30 Oktober 2025
14:26 WIB
Saat Rasa Malas Datang, Bisa Jadi Tanda Tubuh Sedang Lelah
Banyak orang kini hidup dalam mode produktivitas tanpa henti, seolah nilai diri diukur dari seberapa banyak yang bisa diselesaikan. Padahal otak juga butuh istirahat.
Penulis: Annisa Nur Jannah
Editor: Satrio Wicaksono
Ilustrasi orang sedang istirahat. Foto: Freepik.
JAKARTA - Ada hari-hari ketika tubuh terasa berat untuk bergerak, pikiran enggan fokus, dan semua hal terasa seperti 'nanti aja'. Tidak ada energi untuk bekerja, bersosialisasi, bahkan sekadar menyalakan laptop pun terasa melelahkan.
Terkadang sebagian orang menyebutnya dengan mager, singkatan dari malas gerak. Namun, apakah rasa seperti ini sekadar malas atau sebenarnya ada sesuatu yang lebih dalam di baliknya?
Menurut Irma Gustiana Andriani, Psikolog Klinis Anak, Remaja, dan Keluarga, keinginan untuk diam saja sering kali bukan tanda kemalasan, melainkan sinyal bahwa tubuh dan otak sedang meminta jeda.
"Kadang kita merasa seperti autopilot yang terus berjalan, terus produktif, tanpa benar-benar sadar kapan tubuh dan pikiran butuh istirahat. Jadi saat muncul keinginan untuk diam saja, itu bisa jadi bentuk komunikasi tubuh yang meminta waktu untuk memulihkan energi,” ujar Irma.
Ia menambahkan, banyak orang kini hidup dalam mode produktivitas tanpa henti. Seolah-olah nilai diri hanya diukur dari seberapa banyak hal yang bisa diselesaikan setiap hari.
Padahal, otak manusia tidak dirancang untuk terus aktif tanpa jeda. Kondisi inilah yang sering membuat seseorang tiba-tiba merasa lelah, kehilangan motivasi, atau bahkan ingin berhenti dari rutinitas sejenak.
Dalam psikologi, keadaan seperti ini sering disebut sebagai autopilot, yaitu ketika seseorang beraktivitas secara otomatis tanpa kesadaran penuh. Pikiran bekerja seperti mesin, seakan ingin melakukan rutinitas tanpa sempat berhenti untuk mengevaluasi perasaan atau kebutuhan diri sendiri.
Tak jarang, saat akhirnya tubuh meminta istirahat, yang muncul justru rasa bersalah karena merasa tidak produktif. Padahal, otak bekerja berdasarkan apa yang kita katakan pada diri sendiri.
"Kalau bilang ke diri sendiri, ‘Nggak apa-apa kok hari ini mau istirahat,’ otak akan menerima pesan itu dan mencari cara untuk benar-benar relaks. Tapi kalau malah menyalahkan diri sendiri, otak pun ikut tegang dan tidak mendapatkan pemulihan yang dibutuhkan," ungkapnya.
Irma menjelaskan, cara seseorang berbicara kepada diri sendiri atau disebut inner voice alias suara batin punya peran penting dalam menjaga keseimbangan emosional. Saat seseorang terbiasa mengkritik diri sendiri dengan kalimat seperti, 'kok aku malas banget sih', tubuh justru menanggapinya sebagai ancaman.
"Ini akan membuat hormon stres meningkat, napas menjadi lebih pendek, dan pikiran makin tidak tenang. Sebaliknya, ketika kita berkata lembut kepada diri sendiri, otak akan mengaktifkan sistem relaksasi alami, membuat tubuh lebih tenang dan siap memulihkan diri," terangnya.
Secara ilmiah, tubuh manusia memiliki dua sistem utama yang saling melengkapi yakni sistem saraf simpatik yang membuat kita waspada dan siap bekerja, serta sistem saraf parasimpatik, berfungsi menenangkan dan memperbaiki energi. Saat diri sendiri mengizinkan untuk beristirahat tanpa rasa bersalah, sistem parasimpatik akan aktif.
Denyut jantung menurun, napas menjadi lebih dalam, dan tubuh mulai memperbaiki dirinya sendiri. Di era yang serba cepat ini, banyak orang merasa bersalah jika tidak terus produktif.
Padahal, manusia bukan mesin. Setiap orang punya batas biologis dan emosional yang perlu dihormati. “Kalau setiap hari kita memaksa diri untuk terus produktif, lama-lama otak akan mogok. Rasa kosong, lelah, bahkan kehilangan motivasi bisa muncul. Itu tanda bahwa tubuh sudah terlalu lama diabaikan,” tegasnya.
Ia mengingatkan, istirahat bukanlah bentuk kemunduran, melainkan bagian dari keseimbangan hidup. Menormalisasi hari-hari ketika Anda tidak ingin melakukan apa pun justru penting untuk menjaga kesehatan mental.
Diam sejenak bisa menjadi ruang refleksi dan pemulihan yang sering kali tidak kita sadari manfaatnya. Irma juga menekankan pentingnya berbicara lembut kepada diri sendiri ketika rasa mager itu datang.
Daripada merasa bersalah, cobalah mengakui perasaan itu dengan tenang. Katakan pada diri sendiri bahwa lelah adalah hal yang wajar.
Karena tubuh dan pikiran berhak untuk berhenti sejenak. Dengan begitu, Anda memberi ruang bagi diri sendiri untuk bernapas dan kembali menemukan semangat yang hilang.