30 Agustus 2025
13:52 WIB
Risiko Kesehatan Kaki Di Balik Gaya Trendi Sepatu Clog
Sepatu clog belakangan kembali digemari. Selain ringan, tampilannya yang trendi menarik orang untuk menggunakannya. Tapi menurut ahli ada risiko kesehatan kaki di balik sepatu clog.
Penulis: Annisa Nur Jannah
Editor: Satrio Wicaksono
Ilustrasi sepatu clog berwarna hitam. Envato/ozaiachin
JAKARTA - Tren sepatu clog belakangan kembali mencuri perhatian. Alas kaki santai berbahan karet ini kian digemari karena serba bisa, bisa dipakai saat jalan-jalan ke pusat perbelanjaan, hingga melengkapi gaya kasual di tempat kerja.
Ditambah lagi, tampilannya yang unik, berwarna-warni, dan menggemaskan membuat banyak orang jatuh hati. Namun, di balik popularitasnya, penggunaan clog ternyata menyimpan risiko bagi kesehatan kaki, terutama bila dipakai terlalu lama.
Melansir laman Healthline, Sidney Weiser, ahli penyakit kaki sekaligus presiden Quality Podiatry Group di Florida dan Illinois, menjelaskan bahwa clog memiliki kelemahan utama yakni minim penopang lengkung kaki. Tanpa dukungan tersebut, plantar fascia atau jaringan tebal yang membentang dari tumit hingga depan telapak dapat mengalami tekanan berlebih.
Kondisi ini berpotensi menimbulkan plantar fasciitis, yaitu rasa nyeri yang membuat berdiri, berjalan, hingga menaiki tangga terasa sulit. Risiko ini bahkan lebih tinggi pada mereka yang memiliki kaki datar.
Masalah lain adalah tidak adanya penopang tumit. Bagian belakang clog yang terbuka membuat kaki lebih rentan mengalami nyeri tumit, tendonitis, bahkan kehilangan keseimbangan saat berjalan.
Beberapa penelitian bahkan menyebut stabilitas clog tidak lebih baik dibanding sandal jepit. Material plastik yang menjadi bahan utama juga tak kalah bermasalah.
Meski dilengkapi lubang ventilasi, plastik tetap membuat kaki cepat berkeringat. Gesekan antara kulit dengan permukaan sepatu bisa memicu lecet, bau tak sedap, hingga iritasi, terutama bila dikenakan dalam durasi panjang.
Risiko tersebut semakin besar pada kelompok tertentu. Bagi lansia, clog bisa meningkatkan risiko terjatuh karena tidak memberikan penopang tumit yang memadai.
Anak-anak pun sebaiknya tidak mengenakannya saat bermain aktif karena kurang melindungi kaki dari cedera. Bahkan orang dewasa disarankan berhati-hati, sebab keluhan seperti nyeri tumit, bau kaki berlebihan, atau lepuhan bisa menjadi tanda untuk segera mengganti alas kaki dengan pilihan yang lebih sehat.
Karena itu, para ahli menyarankan clog hanya digunakan untuk aktivitas ringan dalam waktu singkat. Meski demikian, bukan berarti clog sepenuhnya buruk.
Justru, desainnya yang longgar membuat alas kaki ini terasa nyaman, terutama bagi mereka yang kakinya mudah bengkak. Model slip-on yang praktis juga menjadi keunggulan, karena cukup diselipkan tanpa perlu repot mengikat tali.
Alas kaki ini masih bisa digunakan asalkan hanya untuk aktivitas santai seperti berkebun, mengerjakan pekerjaan rumah, hingga menonton film di bioskop, clog bisa menjadi pilihan yang menyenangkan. Namun, ketika berhadapan dengan aktivitas yang membutuhkan daya tahan ekstra, seperti berlari, mendaki, atau berolahraga di gym, clog jelas bukan pasangan yang tepat.
Jika Anda penggemar beratnya, tak ada salahnya tetap mengenakannya, asalkan tahu batasan dan bijak memilih kapan sebaiknya digunakan.