c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

09 November 2022

15:34 WIB

Ribuan Resto Indonesia Akan Ada Di Mancanegara

Pemerintah menargetkan 4.000 restoran RI di mancanegara sampai 2024 dalam kampanye global bertajuk "Indonesia Spice Up the World".

Editor: Rikando Somba

Ribuan Resto Indonesia Akan Ada Di Mancanegara
Ribuan Resto Indonesia Akan Ada Di Mancanegara
Ayam geprek adalah makanan ayam goreng tepung khas Indonesia yang diulek atau dilumatkan bersama sambal bajak. Menu ini bisa ada di restoran Indonesia di luar negeri. Shutterstock/Dok

JAKARTA –Ribuan restoran Indonesia diproyeksikan akan hadir di luar negeri di berbagai negara pada 2024.  Pemerintah menargetkannya dalam kampanye global bertajuk “Indonesia Spice Up the World”. 

Direktur Tata Kelola Ekonomi Digital Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf), Yuana Rochma Astuti, mengatakannya pada Rabu (9/11).

"Kita akan mengenalkan program pemerintah bernama 'Indonesia Spice Up the World' dengan target hingga tahun 2024 hadirnya 4.000 restoran Indonesia di luar negeri dan memperkenalkan kuliner Nusantara seperti rendang, nasi goreng, sate, soto, dan gado-gado,” kata Yuana melalui siaran pers.

Yuana juga mengungkap ini pada konferensi akbar eksportir Indonesia bertajuk “The X Lite” yang dihelat Bisa Ekspor X Eksporasi Musik pekan lalu di Palembang, Sumatera Selatan. 

Dia menyebutkan, tahun ini terjadi perubahan paradigma dalam strategi pengembangan pariwisata yang diharapkan dapat menjadi kunci dalam mengantisipasi gelombang resesi global yang bisa menerpa ekonomi Indonesia tahun depan.

Strategi pertama adalah “From City to Countryside” yang fokus pada destinasi yang mempromosikan aktivitas outdoor dan berkelanjutan sehingga dapat menyelesaikan isu over tourism capacity. Sedang yang kedua adalah “Tweak Tourism Policies” yang mengedepankan destinasi yang beragam guna mengurangi kepadatan di suatu destinasi.



Dominasi Pengeluaran
Sementara itu, strategi ketiga adalah “Switching to Digital Economy”, yaitu pelayanan pariwisata dengan beralih ke digital ekonomi. Berikutnya, ada “Inclusive Growth” yang menargetkan investasi untuk mengatur pertumbuhan pariwisata yang inklusif dan berkesinambungan.

Kemudian, yang terakhir adalah “Sustainable Tourism”, yaitu pengembangan pariwisata yang mengarah pada eco-tourism dan mengurangi dampak negatif dari aktivitas pariwisata seperti sampah, limbah, dan jejak karbon.

Optimisme akan devisa dari kuliner Indonesia ini bukan isapan jempol. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho mengungkapkan bahwa sekitar 65% pengeluaran wisatawan di Bali adalah untuk kuliner Food and Beverage (FnB).

"Pemasukan ada dari tiket pesawat, hotel, misal hotelnya perusahaannya di Jakarta ya ada pajak ke pusat, kalau di sini wisatawan makan, Food and Beverage bilanglah sekitar 65% dia FnB, lalu tinggal di hotel bintang lima itu besar nilainya," kata Trisno saat ditemui di Kabupaten Badung, Jumat yang dikutip dari Antara.

Ia mengatakan, rata-rata dalam satu kali kunjungan, wisatawan dapat menghabiskan uang sekitar US$1.500. Dari nominal itu, 65% dikeluarkan untuk Food and Beverage atau makan dan minum. Sektor bisnis makanan minuman ini menjadi salah satu penopang perekonomian, kemajuannya juga terlihat sejak adanya KTT G20.

"Kira-kira hitungannya katakanlah 5.000 orang sampai 10 ribu orang sehari tinggal di hotel, dikalikan 1.500 dolar, dikalikan 65%  kira-kira itu yang bisa didapat perusahaan di Bali, di hotel-hotel," ujar Kepala Bank Indonesia Bali itu.

 

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar