c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

08 Mei 2024

18:34 WIB

Reog, Kolintang Dan Kebaya Bisa Jadi Daya Tarik Wisata Kelas Dunia

Reog, kolintang, dan kebaya menjadi tiga identitas budaya Indonesia yang memiliki esensi daya tarik wisata dilihat dari aspek penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan aktivitas

<p>Reog, Kolintang Dan Kebaya Bisa Jadi Daya Tarik Wisata Kelas Dunia</p>
<p>Reog, Kolintang Dan Kebaya Bisa Jadi Daya Tarik Wisata Kelas Dunia</p>

Sejumlah penari Reog Ponorogo tampil di kawasan wisata Telaga Ngebel, Ponorogo, Jawa Timur, Sabtu (3 0/7/2022). Antara Foto/Siswowidodo

JAKARTA - Pengamat pariwisata Sari Lenggogeni menyatakan, kesenian reog, kolintang, dan kebaya berpotensi menjadi daya tarik wisata kelas dunia. Potensi ini bisa digarap apabila ketiganya dinobatkan sebagai warisan budaya Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO).

"Ini sudah fix menjadi destinasi kelas dunia, tetapi atmosfer reog, kebaya, kolintang harus diadopsi dalam ekosistem dan industri pariwisata di dalam destinasi tersebut," ujar Sari, Rabu (8/5). 

Menurut dia, tiga identitas budaya Indonesia tersebut, memiliki esensi daya tarik wisata dengan menghadirkan pengalaman berwisata yang memanjakan aspek penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan aktivitas.

Contohnya, kesenian reog memberikan pengalaman wisata yang menonjolkan unsur keindahan visual, suara, dan gerakan kepada wisatawan. Sedangkan alat musik kolintang menghadirkan unsur visual dan gerak. Lalu, kebaya memiliki nilai keindahan dan kecantikan berbasis kelokalan.

Direktur Pusat Studi Pariwisata Universitas Andalas itu juga menjelaskan, reog, kolintang, dan kebaya bukan hanya sebatas budaya yang diwariskan dari masa lalu, tetapi juga memiliki keterkaitan dengan nilai-nilai kontemporer sehingga menjadi identitas budaya yang berkelanjutan.

"Keberadaannya dapat memperlihatkan connecting past, present, and future jadi mendeskripsikan rasa identitas budaya yang keberlanjutan," ujar Sari.


Sejumlah perempuan melambaikan tangan saat parade kebaya dalam kampanye mendukung Gerakan Kebaya Goes to UNESCO di Desa Bongkasa, Badung, Bali, Jumat (28/10/2022). Kegiatan yang bertajuk "Lenggang Bali Pertiwi" tersebut digelar untuk melestarikan kebaya yang merupakan warisan luhur asli dari Indonesia agar bisa diajukan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (Intangible Cultural Heritage) ke UNESCO sekaligus memperingati Hari Sumpah Pemuda. Antara FotoNyoman Hendra Wibowo 


Karena itu, Sari pun mendorong pengembangan destinasi wisata di daerah asal reog, kolintang, dan kebaya salah satunya dengan lebih menonjolkan ikon dari tiga kesenian tersebut. "Misalnya pertunjukannya juga ada di hotel, restoran, bandara, dan tempat-tempat point of interest lainnya," tuturnya.

Kemudian destinasi dan atraksi wisata ini juga perlu memberikan dampak ekonomi serta edukasi dan adopsi kepada masyarakat sekitar. Sari menyebutkan, bentuk upayanya dengan cara mendorong generasi muda untuk memahami tentang kesenian di daerahnya dan mengolah potensi ekonomi dari daya tarik wisatanya.

"Dampaknya bisa membuka lapangan kerja, tour guide, peluang usaha UMKM suvenir, fashion, dan atraksi-atraksi yang bisa memperkuat ekonomi masyarakat sekitar," ucapnya.

Menunggu Keputusan UNESCO
Sekadar informasi, kesenian Reog asal Ponorogo, Jawa Timur, alat musik tradisional Kolintang dari Sulawesi Utara, dan pakaian tradisional kebaya, diusulkan menjadi warisan budaya UNESCO oleh Kementerian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK)

"Ada tiga warisan budaya yang diusulkan Indonesia dan telah dibahas di tahun 2024. Saat ini kita masih menunggu keputusan UNESCO. Pertama, Reog Ponorogo, kedua, Kolintang, ini pengajuan bersama dengan alat musik dari Afrika, lalu ketiga, kebaya," ujar Asisten Deputi Pemajuan dan Pelestarian Budaya Kemenko PMK, Andre Notohamijoyo.


Kolintang, alat musik perkusi bernada dari kayu yang berasal dari daerah Minahasa Sulawesi Utara.dok. ist


Ia menjelaskan, kebaya diajukan bersamaan (join nomination) dengan empat negara lain, yakni Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan Thailand.

"Nah, join nomination ini ditambah dengan Reog dan Kolintang. Tiga ini yang saat ini jadi target capaian Indonesia di UNESCO, kita harap keputusannya melalui komite warisan dunia (world heritage comitee)," katanya.

Ia mengemukakan, UNESCO akan bersidang sekitar bulan Agustus atau September 2024. Maka, saat ini status pengajuan Reog, Kolintang, dan kebaya masih menunggu keputusan dalam sidang tersebut.

Sebelumnya, ada dua warisan budaya dari Indonesia yang telah diakui dan telah mendapatkan sertifikat dari UNESCO, yakni subjek pelestarian kawasan Sumbu Filosofis di Yogyakarta dan budaya sehat jamu.

Sertifikat pertama diberikan atas penetapan Sumbu Filosofis Yogyakarta dan penanda bersejarahnya atau The Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks sebagai Warisan Budaya Dunia pada 24 September 2023, dalam Sidang ke-45 di Riyadh, Arab Saudi.

Untuk sertifikat kedua atas penetapan Budaya Sehat Jamu atau Jamu Wellness Culture sebagai Warisan Budaya Tak benda UNESCO pada 6 Desember 2023 dalam Sidang ke-18 di Kasane, Botswana.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar