11 November 2025
18:34 WIB
7 Rekomendasi Destinasi Untuk Slow Travel, Dari Jambi Hingga Bali
Slow travel atau wisata santai akan ideal jika memang dilakukan di destinasi-destinasi yang menawarkan pengalaman selaras dengan prinsip tersebut, dari suasana hingga lanskap alam yang mendukung.
Editor: Andesta Herli Wijaya
Sejumlah wisatawan dari Belanda mengikuti wisata Towilfiets dengan bersepeda ontel dan becak di kawa san Sentolo, Kulon Progo, Yogyakarta, Kamis (19/9/2013). Antara Foto/Sigid Kurniawan.
JAKARTA - Slow travel saat ini menjadi salah satu "genre" wisata yang banyak diminati wisatawan. Aktivitas wisata yang menekankan pengalaman yang damai dan menenangkan bagi jiwa, serta perjalanan yang tak begitu terpaku pada durasi atau waktu.
Slow travel menjadi pilihan ideal bagi mereka yang ingin merasakan pengalaman liburan sebagai pengalaman healing atau beristirahat dari segala riuh kehidupan. Perjalanan tak lagi soal pembuktian atau pencarian pengakuan di media sosial, namun untuk mengejar pengalaman yang lebih bermakna dan otentik.
Bagi peminat slow travel, tanah Indonesia menawarkan banyak tujuan yang ideal. Ada beragam destinasi untuk slow travel, mulai yang berkonsep desa wisata, wisata alam, bahkan kota-kota dengan budaya yang khas yang mampu memberi makna lebih dari sekadar berlibur.
Berikut tujuh rekomendasi destinasi slow travel di berbagai daerah, dari barat hingga timur Indonesia yang dirangkum dari laman resmi Kementerian Pariwisata.
Buleleng, Bali
Buleleng adalah destinasi slow travel di Indonesia yang wajib dikunjungi oleh para penggemar traveling. Berada di Pulau Bali bagian utara, suasana di Buleleng berbanding terbalik dengan Bali bagian Selatan yang penuh hingar-bingar. Di sini, suasana jauh lebih tenang, sepi, dan waktu seolah berjalan dengan lebih lambat daripada biasanya.
Bagi yang ingin healing, Buleleng menawarkan beragam destinasi alam dan budaya yang khas. Mulai dari Taman Nasional Bali Barat yang menjadi habitat alami burung jalak Bali, pulau Menjangan dengan alam bawah lautnya yang cantik, pantai Lovina dengan wisata melihat lumba-lumba, dan banyak lagi.
Tak hanya itu, kawasan ini memiliki banyak bangunan bersejarah peninggalan kolonial Belanda maupun bangunan arsitektur khas Bali, sehingga menawarkan pengalaman "ziarah kebudayaan".
Ende, Nusa Tenggara Timur
Bergeser ke arah timur, destinasi untuk slow travel yang tak boleh dilewatkan yaitu Ende di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dikenal sebagai tempat lahirnya Pancasila, Anda dapat mengunjungi Rumah Pengasingan Bung Karno selama berada di Ende.
Ende juga memiliki sejumlah destinasi wisata yang tak boleh dilewatkan. Mulai dari Kawah Tiga Warna gunung Kelimutu yang begitu menawan, gunung api Iya yang menjulang di Selatan Kota Ende, hingga pantai Batu Biru yang eksotis dengan bebatuan berwarna biru kehijauan.
Ende juga cocok untuk slow travel karena menawarkan pengalaman budaya nan otentik dengan masyarakat lokal. Anda bisa berkunjung ke Kampung Adat Wologai untuk menyaksikan proses menenun kain ikat maupun sekadar mencicipi Kopi Flores yang mendunia.
Baca juga: Sleep Tourism, Tren Baru Yang Khianati Konsep Lama Liburan
Kawasan Candi Muaro Jambi, Jambi
Pulau Sumatra juga memiliki destinasi yang cocok untuk slow travel yaitu Kawasan Candi Muaro Jambi di Provinsi Jambi. Destinasi ini sangat cocok bagi para pecinta budaya dan sejarah dengan suasana tenang dan damai.
Kawasan percandian terluas di Asia Tenggara dengan luas mencapai 3.981 hektar ini ditengarai berdiri sejak Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu di abad 7-12 Masehi. Di masa lampau, tempat ini menjadi semacam area pendidikan bagi kaum rohaniwan Buddha dari berbagai tempat, selain sebagai tempat peribatan.
Sejumlah wisatawan mengunjungi Candi Tinggi dalam Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi di Muaro Jambi, Jambi, Kamis (26/12/2024).ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan.
Kawasan Candi Muaro Jambi menawarkan pengalaman eksplorasi mendalam di berbagai percandian yang tersebar di Kawasan ini seperti Candi Tinggi, Candi Astano, Candi Gumpung, dan masih banyak lagi. Suasananya tenang dan rimbun oleh pepohonan sehingga sejuk walaupun saat siang hari.
Tak kalah menarik, Anda juga bisa mencoba citarasa khas Jambi melalui pengalaman makan siang Istimewa bersama komunitas masyarakat di Kawasan Cagar Budaya Nasional Muaro Jambi tepatnya di Pasar Dusun Karet. Pastinya penuh dengan kearifan lokal yang akan semakin menambah wawasan dan kecintaan kita terhadap budaya Indonesia.
Yogyakarta
Sejumlah pengunjung berwisata di kawasan Malioboro, Yogyakarta, Rabu (19/3/2025). Dinas Pariwisata D .I Yogyakarta memprakirakan sebanyak 1,05 juta hingga 1,1 juta wisatawan mengunjungi berbagai destinasi wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta selama libur Lebaran 2025. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko.
Siapapun pasti setuju bila Yogyakarta cocok untuk traveling. Semua yang pernah ke sana selalu merasa rindu untuk kembali. Kabar baiknya lagi adalah Yogyakarta masih menjadi destinasi wisata bagi banyak orang, termasuk para penganut slow travel.
Yogyakarta masih menjadi magnet untuk mereka yang hendak healing sejenak dari sibuknya rutinitas. Walau banyak yang bilang Yogyakarta sudah terlalu padat dan ramai terutama saat musim liburan, tetapi tidak menyurutkan minat wisatawan untuk mengunjunginya.
Perpaduan antara budaya Jawa yang luhur dan keramahan masyarakat setempat terus terjaga di tengah hiruk pikuk kehidupan modern Yogyakarta masa kini. Tak heran bila Yogyakarta menjadi salah satu destinasi unggulan kategori Wellness Tourism yang tengah dicanangkan oleh Kementerian Pariwisata di tahun 2025.
Purwakarta, Jawa Barat
Destinasi wisata yang cocok untuk slow travel tapi tak perlu jauh-jauh dari Jakarta? Purwakarta di Provinsi Jawa Barat merupakan pilihan yang tepat! Bisa dicapai dengan berkendara melalui jalan tol maupun menggunakan kereta api dalam waktu singkat, kita sudah bisa tiba dan menikmati liburan di Purwakarta.
Purwakarta memiliki suasana kota yang asri, tenang, tetapi tetap terlihat modern. Banyak yang menjulukinya sebagai Kota Pensiun karena suasananya yang jauh dari hiruk pikuk dan hingar-bingar kota besar. Apalagi di kotanya banyak pepohonan dan area taman sehingga cocok untuk healing dengan murah meriah.
Ada beberapa orang yang bilang bahwa Purwakarta merupakan Bandung versi Mini karena suasananya mirip dengan Kota Bandung. Hal itu tidak salah karena Purwakarta memiliki sejumlah bangunan tua yang masih difungsikan sebagai kantor pemerintahan, kafe, restoran, bahkan museum.
Jika bosan dengan suasana vintage di kota, Anda dapat bergeser ke Kabupaten Purwakarta yang memiliki beberapa destinasi wisata seperti Waduk Jatiluhur, Sentra Keramik Plered, Panjat Tebing Gunung Parang, Cikao Park, dan Gunung Bongkok.
Baca juga: Rekomendasi Daerah Destinasi Wellness Tourism
Tomohon, Minahasa, Sulawesi Utara
Hanya berjarak kurang lebih 1 jam berkendara dari Manado melintasi jalanan berliku-liku menembus hutan dan pegunungan Minahasa, Anda sudah bisa tiba di Kota Tomohon yang cocok untuk slow travel. Kota ini berada di ketinggian 900-1100 mdpl sehingga suasananya asri dan sejuk cenderung dingin, kontras dengan Kota Manado yang panas.
Kota Tomohon memiliki julukan sebagai Kota Bunga, karena lokasinya yang berada di pegunungan sehingga memungkinkan beragam tanaman termasuk aneka bunga tumbuh dengan subur di sini. Tomohon juga merupakan pusat industri bunga di Sulawesi Utara sehingga makin mempertegas julukan Kota Bunga tersebut.
Tomohon cocok bagi penganut slow travel karena suasana kotanya tenang, asri, sejuk, dan damai. Selain itu, ada beragam destinasi wisata yang dapat didatangi dalam jarak yang tidak terlalu jauh dan memiliki nuansa alami.
Jangan lewatkan juga untuk mencicipi kuliner khas Minahasa seperti tinutuan, ayam woku, halua kenari dan banyak lagi.
Baca juga: Membaca Perubahan Tren Wisata Ala Gen Z Dan Milenial
Kepulauan Kei, Kabupaten Maluku Tenggara, Maluku
Sejumlah bocah memainkan permainan tradisional enggrang yang disebut warga setempat dengan kaki kuda di Pantai Ngur Bloat Kepulauan Kei, Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku, Selasa (26/10/2021). ANTARA FOTO/FB Anggoro/. Di sudut timur Indonesia, terdapat satu destinasi wisata yang cocok untuk slow travel. Pamornya mungkin tidak setenar Raja Ampat. Namun, keindahannya layak diperhitungkan. Kepulauan Kei di Kabupaten Maluku Tenggara, merupakan definisi sejati dari konsep slow travel. Di sini, semuanya seolah berjalan lambat.
Kepuluan ini didominasi oleh daerah dataran rendah dan pesisir dengan pantai-pantai berpasir putih yang sangat cantik. Air lautnya bahkan memiliki gradasi nan indah bila dilihat dari udara.
Kota terbesarnya, Tual, juga tergolong santai. Masyarakatnya banyak yang berprofesi sebagai nelayan dan pedagang dengan ritme kehidupan yang tidak sesibuk kota besar lainnya.
Kepulauan Kei terdiri dari tiga pulau utama yaitu Kei Besar, Kei Kecil,dan Kei Dullah. Untuk destinasi wisata kebanyakan berada di pulau Kei Kecil yang destinasinya hampir Sebagian besar berupa pantai. Sejumlah pantai cantik yang dapat dikunjungi di antaranya Pantai Ohoidertawun, Pantai Ngiarwarat, Pantai Ngursarnadan, hingga Pulau Bair.
Jangan lewatkan pula mencicipi kuliner khas Kei seperti enbal (olahan singkong khas Kei), lat-lat (rumput laut segar dicampur dengan berbagai bumbu dan sambal), kue langar, pisang goreng enbal dengan cocolan sambal, dan tentunya olahan seafood yang segar langsung dari laut Kepulauan Kei.