04 September 2024
20:17 WIB
Ragam Tantangan Transplantasi Sel Punca Darah Untuk Pasien Talasemia
Transplantasi sel punca darah dapat dilakukan pada pasien talasemia mayor sehingga tidak perlu transfusi darah seumur hidup. Sayangnya, masing banyak tantangan di Indonesia.
Penulis: Gemma Fitri Purbaya
Editor: Satrio Wicaksono
Ilustrasi terapi Stem Cell. Shutterstock/Arif biswas |
JAKARTA - Transplantasi sel punca darah merupakan salah satu terapi yang umum dilakukan di banyak negara. Sesuai dengan namanya, transplantasi sel punca darah menggunakan sel punca darah atau sel induk pembentuk sel-sel darah. Sel punca ini dapat diperoleh dari sumsum tulang, darah perifer, dan darah tali pusat.
Transplantasi sel punca darah dapat dilakukan pada pasien talasemia mayor, sehingga mereka tidak memerlukan transfusi darah seumur hidup. Hal tersebut bahkan didukung oleh sebuah penelitian pada tahun 2022 yang menunjukkan bahwa angka keberhasilan transplantasi sel punca darah pada pasien talasemia mayor mencapai 74,5%.
Di Indonesia, tindakan ini sebenarnya juga sudah dapat dilakukan. Sayangnya, meskipun diketahui memiliki manfaat yang baik, transplantasi sel punca darah di Indonesia hingga saat ini masih terbatas jumlahnya. Akibatnya tidak sedikit pasien yang dirujuk untuk menjalani transplantasi ke rumah sakit di luar negeri.
"Memang di Indonesia jumlah rumah sakit yang mampu melakukan terapi ini masih belum banyak, karena adanya keterbatasan fasilitas dan ketersediaan obat-obatan yang dibutuhkan dalam transplantasi. Selain itu, tidak semua rumah sakit juga mampu memberikan layanan pasca tindakan karena terapi ini membutuhkan ruang rawat khusus," kata spesialis anak Tzu Chi Hospital Pantai Indah Kapuk, dr. Edi Tehuteru.
Pasien talasemia mayor yang menjalani tindakan transplantasi sel punca darah memerlukan ruang rawat khusus yang dijaga sterilitasnya, guna menekan kemungkinan terjadinya komplikasi pasca transplantasi. Anak-anak yang menjalani transplantasi pun harus dirawat di dalam kamar steril selama kurang lebih 30 hari setelah sel punca diinfuskan ke dalam tubuhnya, agar dapat berfungsi dengan baik dan sistem kekebalan tubuhnya siap.
Kendala lainnya yang dihadapi oleh rumah sakit di Indonesia saat akan melakukan transplantasi adalah sulitnya mencari donor. Itu karena kebanyakan transplantasi yang dilakukan untuk kelainan darah seperti talasemia membutuhkan sel punca dari orang lain, bukan dari dirinya sendiri.
"Negara kita belum memiliki bank data sel punca publik seperti negara-negara lain. Hal ini akan memperpanjang waktu yang dibutuhkan dalam menemukan donor yang cocok," timpal dr. Edi.
Talasemia sendiri merupakan penyakit keturunan karena tidak terbentuknya rantai hemoglobin dalam darah. Hal ini membuat sel darah merah menjadi mudah pecah dan fungsi mengangkut oksigen ke seluruh tubuh menjadi berkurang.
Akibatnya, fungsi organ tubuh menjadi terganggu dan menimbulkan masalah kesehatan. Mulai dari tumbuh kembang pada anak yang terganggu, mempengaruhi produktivitas belajar dan bekerja, serta menurunkan kualitas hidup pasien karena membutuhkan transfusi darah secara rutin, bahkan seumur hidup pada talasemia mayor.