15 Oktober 2025
09:44 WIB
Ragam Pola Finansial Buruk Yang Diwariskan Orang Tua Kepada Anak
Selain terkait tingkat pendapatan dan gaya hidup, kebiasaan dan sikap terhadap uang pada seseorang juga sangat dipengaruhi oleh bagaimana orang tua memperlakukan uang.
Penulis: Annisa Nur Jannah
Editor: Andesta Herli Wijaya
Ilustrasi pengolaan finansial. Sumber foto: Freepik.
JAKARTA - Banyak orang dewasa mengalami kesulitan dalam mengatur keuangan dan penyebabnya tidak selalu terletak pada penghasilan atau gaya hidup. Sering kali, akar masalahnya justru berasal dari cara seseorang dibesarkan.
Para psikolog menilai, kebiasaan dan sikap terhadap uang sangat dipengaruhi oleh bagaimana orang tua memperlakukan topik keuangan. Misalnya, apakah mereka terbuka membicarakan keuangan atau justru menghindarinya, serta seperti apa suasana emosional yang menyertai setiap percakapan tentang uang di rumah.
Melansir laman Center for Retirement Research, seorang pakar keuangan Sonya Britt dari Kansas State University, Amerika Serikat, menulis sebuah kajian yang menjelaskan bagaimana dinamika keluarga membentuk perilaku keuangan anak. Menurutnya, hubungan antara orang tua dan anak dalam hal keuangan bersifat dua arah.
Orang tua mengirimkan sinyal tentang sikap mereka terhadap uang baik melalui pesan yang disampaikan secara sadar maupun lewat tindakan tak disadari. Sementara itu, anak-anak belajar tidak hanya dari nasihat saja, tetapi dari apa yang mereka lihat setiap hari.
Pengamatan inilah yang sering kali lebih kuat pengaruhnya dibandingkan pengetahuan finansial yang mereka miliki. Sebagai contoh, mahasiswa yang tumbuh melihat orang tuanya menggunakan kartu kredit secara bijak, mereka akan hidup sesuai kemampuan dan tidak berutang berlebihan, serta cenderung mampu mengendalikan utang kuliah.
Inilah sebabnya para ahli menyarankan agar orang tua berbicara terbuka tentang keuangan dengan anak-anak. Hal ini dapat dikatakan sebagai sebuah proses, yang dikenal parental financial socialization atau sosialisasi keuangan keluarga.
Sebaliknya, keluarga yang menghindari pembicaraan soal uang justru menanamkan dampak negatif jangka panjang. Diamnya orang tua bisa membuat anak tumbuh menjadi orang dewasa yang ekstrem.
Dampaknya ada yang terobsesi menimbun uang dan ada pula yang tak mampu mengendalikan pengeluaran. Fenomena financial dependence atau ketergantungan finansial setelah dewasa juga menjadi isu yang kian menonjol.
Ada pula istilah financial enabling, yakni ketika orang tua terus menyelamatkan anak dewasa yang tidak mampu memenuhi kebutuhan finansialnya sendiri. Alih-alih membantu, perilaku ini justru membuat anak sulit belajar bertanggung jawab.
Sebagai contoh, kini banyak anak muda yang masih tinggal di rumah orang tua lebih lama, bahkan hingga mereka berkeluarga. Hal tersebut terjadi karena mereka merasa lebih aman secara finansial ketika tetap berada di bawah naungan orang tua.
Namun di sisi lain, kebiasaan seperti itu sering kali menumbuhkan ketergantungan dan membuat mereka lebih lambat belajar mandiri dalam mengelola keuangan. Berbeda dengan anak yang tumbuh dari keluarga dengan sumber daya terbatas yang mengharuskan mereka mandiri, sehingga cenderung lebih cepat untuk belajar mengelola keuangan secara baik.
Baca juga: Ekonomi Sulit, Generasi Sandwich Makin Pailit! Ini Tips Stabil Finansial
Batas Keterbukaan
Keterbukaan finansial yang disarankan dalam konteks ini juga perlu mempertimbangkan kepantasan. Jika salah-salah, orang tua bisa terjebak dalam financial enmeshment, yaitu ketika mereka berbagi terlalu banyak informasi finansial kepada anak-anak, melampaui batas usia yang pantas. Contohnya, ketika orang tua sering menceritakan kesulitan membayar utang, mengeluh tentang tagihan rumah tangga, atau membandingkan pendapatan mereka dengan orang lain di depan anak yang masih remaja.
Ada pula yang meminta pendapat anak mengenai keputusan finansial besar, seperti mengambil pinjaman atau menjual aset keluarga. Meskipun tampak seperti bentuk keterbukaan, cara ini justru dapat menimbulkan beban psikologis.
Anak bisa merasa cemas, takut kehilangan stabilitas keluarga, atau bahkan tumbuh dengan pandangan negatif terhadap uang karena mengaitkannya dengan stres dan konflik.
Menurut Britt, memahami bagaimana pengaruh orang tua membentuk perilaku finansial anak sangat penting bagi setiap keluarga. Pola keuangan sejatinya tidak hanya berkaitan dengan angka di rekening, tetapi juga mencerminkan nilai, kebiasaan, dan emosi yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Apabila orang tua ingin anak-anak mereka tumbuh menjadi individu mandiri secara finansial, warisan paling berharga bukanlah uang itu sendiri, melainkan kebijaksanaan dalam mengelolanya.