19 Februari 2025
20:18 WIB
Raffi Ahmad Ajak Bawa Tren #KaburAjaDulu Ke Vibes Positif
Raffi Ahmad mengajak generasi muda untuk membawa tren #KaburAjaDulu ke arah yang lebih positif.
Penulis: Aldiansyah Nurrahman
Editor: Satrio Wicaksono
Menteri P2MI Abdul Kadir Karding (tengah), Raffi Ahmad (kiri) dan Wamen P2MI Zulfikar Ahmad Tawalla (kanan) dalam pertemuan di Kantor P2MI Jakarta, Rabu (19/2/2025). (ANTARA/Katriana)
JAKARTA - Utusan Khusus Presiden Bidang Pembinaan Generasi Muda dan Pekerja Seni, Raffi Ahmad menilai seruan #KaburAjaDulu yang ramai di media sosial merupakan bentuk keinginan mencari pekerjaan. Namun, ia memandang seruan tersebut tidak mengandung suasana yang positif.
"Kita harus membuat hashtag ini menjadi vibes yang positif, di mana kita nanti akan menyuarakan hashtag yang lebih baik, yaitu #PergiMigranPulangJuragan. Nah, itu kan vibes-nya lebih positif,” jelasnya, di Kantor Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Jakarta, Rabu (19/2).
Adapun seruan #KaburAjaDulu muncul sebagai tandingan dari #AyoBekerjaDiLuarNegeri dan respons atas minimnya pekerjaan di Indonesia. Sedangkan "Pergi Migran Pulang Juragan" adalah slogan sekaligus program yang selama ini digaungkan Kementerian P2MI yang dulu bernama Badan P2MI.
Lebih lanjut, Raffi Ahmad mengatakan, edukasi dan sosialisasi terhadap warga negara Indonesia (WNI) yang ingin bekerja di luar negeri merupakan hal yang penting. WNI yang ingin menjadi PMI mesti mengerti mengenai tata cara yang baik menjadi PMI, misalnya harus terdaftar di Kementerian P2MI.
Bukan tanpa alasan pendaftaran menjadi hal yang krusial, sebab, Raffi mengatakan kurang lebih ada 10 juta masyarakat Indonesia yang kerja di luar negeri.
Dari 10 juta tersebut, kata Raffi, lima juta resmi terdaftar dan lima juta sisanya merupakan ilegal. Hal ini tentu amat disayangkan, karena bagi mereka yang tidak terdaftar, akan sulit teridentifikasi ketika terjadi masalah.
“Yang tidak terdaftar ini kan kasihan. Mungkin ada yang dari calo-calo menjanjikan ini itu, ya kita lihat juga dan dengar beberapa berita kemarin, di Myanmar, di Kamboja, ya pekerja kita, masyarakat kita mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan. Ada yang, maaf disetrum, ada yang disiksa, ada juga yang terjadi jual-beli perdagangan manusia,” tuturnya.