c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

KULTURA

03 November 2025

09:23 WIB

Protein Hewani Bantu Penuhi Kebutuhan Zat Besi Anak

Masih banyak orang tua yang tidak memahami kalau kekurangan zat besi akan memengaruhi kadar oksigen dalam otak, hal ini bisa berdampak pada kemampuan kognitif.

Editor: Satrio Wicaksono

<p>Protein Hewani Bantu Penuhi Kebutuhan Zat Besi Anak</p>
<p>Protein Hewani Bantu Penuhi Kebutuhan Zat Besi Anak</p>

Ilustrasi protein hewani. Shutterstock/Ground Picture

JAKARTA - Protein hewani merupakan jenis zat yang mudah diserap oleh tubuh, sehingga membantu anak tumbuh lebih optimal.

"Ada kepercayaan di masyarakat Indonesia, di kamar praktik saya, (orang tua pasien) bilang anaknya banyak makan sayur, itu yang harus diberi tahu bahwa itu salah, harus ada protein hewani," kata
dokter spesialis anak, dr. I Gusti Ayu Nyoman Partiwi.

Menurutnya, protein hewani tidak melulu harus menggunakan bahan dengan harga yang cukup mahal seperti daging merah. Orang tua dapat menggantinya dengan bahan yang lebih ekonomis seperti telur, ikan lele atau kembung.

Supaya penyerapannya lebih maksimal, berikan makanan yang mengandung vitamin C yang bisa didapatkan melalui sayur seperti tomat dan buah sebagai pencuci mulut berupa jeruk atau pepaya. Tidak hanya membantu tumbuh kembang anak, protein hewani juga menghindarkannya dari kekurangan zat besi yang berujung pada anemia.

Sifatnya yang mudah diserap oleh tubuh juga cocok terutama bagi anak-anak yang berumur masih di bawah 2 tahun. Berbeda dengan sayuran seperti bayam yang meski baik untuk tubuh, proteinnya lebih sulit diserap.

"Anak-anak di bawah dua tahun pencernaannya itu masih belajar, jadi kita sebagai orang tua harus memberi makanan yang mudah diserap oleh usus," kata dia.

Makanan yang diberikan pada anak juga disarankan mengikuti pola gizi seimbang yang menyertakan karbohidrat. Misalnya, menggunakan nasi, roti, kentang, ubi atau jagung. Orang tua dapat memberikan anak menu keluarga yang sama, tentunya dengan porsi yang lebih kecil.

"Anak-anak itu akan meniru orang tua, jadi sarapan yang paling baik adalah makanan yang lengkap," ujarnya.

Dalam kesempatan itu dr. Tiwi turut menekankan bahwa kecukupan zat besi yang bisa diperoleh dari protein hewani berperan besar untuk performa dan masa depan anak. Terlebih lagi Indonesia masih menduduki posisi ke-4 sebagai negara dengan prevalensi anemia tertinggi di Asia Tenggara.

Bahkan sebuah survei juga menunjukkan bahwa 50% ibu tidak tahu bahwa kekurangan zat besi dapat berdampak pada kepintaran.

"Zat besi merupakan zat gizi mikro penting untuk mendukung kemampuan belajar seseorang. Jika kondisi tersebut dibiarkan akan berdampak jangka panjang hingga dewasa," katanya.

Secara biomedis, zat besi adalah salah satu elemen yang membentuk inti kehidupan manusia. Hemoglobin pada sel darah merah yang menjadi kendaraan oksigen dan sejumlah gizi penting untuk tubuh, memiliki struktur besi yang krusial.

Ketika asupan zat besi tidak tercukupi, tubuh kehilangan kemampuan memproduksi hemoglobin yang cukup, menyebabkan otak kekurangan oksigen. Efeknya bukan hanya pada fisik yang lemah, tetapi juga pada kapasitas kognitif. Kekurangan oksigen di otak menyebabkan kesulitan berkonsentrasi, kecemasan, dan bahkan depresi.

Kondisi tersebut bisa membuat kebugaran dan ketangkasan berpikir menurun yang tentu saja bisa membuat prestasi belajar dan produktivitas kerja jadi menurun.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar