c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

14 September 2024

17:54 WIB

Prospek AI Dari Kacamata Produser Film Di Indonesia

Industri perfilman global, termasuk Indonesia tidak bisa menutup mata dari gelombang teknologi baru. Bahkan keberadaannya, seperti AI, mau tidak mau harus diadaptasi. Bagaimana proseknya?

Penulis: Andesta Herli Wijaya

Editor: Satrio Wicaksono

<p id="isPasted">Prospek AI Dari Kacamata Produser Film Di Indonesia</p>
<p id="isPasted">Prospek AI Dari Kacamata Produser Film Di Indonesia</p>

Ilustrasi AI dalam produksi film. Shutterstock/PopTika

JAKARTA - Teknologi kecerdasan buatan atau AI semakin nyata kehadirannya dalam berbagai bidang industri, termasuk film. Kini mulai banyak rumah produksi film yang mengintegrasikan teknologi baru tersebut ke dalam berbagai proses produksinya.

Eksplorasi AI untuk film agaknya telah dilakukan secara global, paling tidak, tampak dari gerakan salah satu festival terkemuka, Bucheon International Fantastic Film Festival di Korea belum lama ini mengangkat pembicaraan tentang AI, sekaligus membuka segmen penghargaan untuk kategori tersebut.

Industri film tanah air juga tak menutup mata terhadap gelombang baru tersebut. Dikatakan Frederica, produser dari Falcon Pictures, AI membawa kemungkinan-kemungkinan baru bagi industri film, sehingga ada banyak potensi yang bisa dieksplorasi lebih jauh kedepannya.

Menurut Frederica, bagaimanapun, industri film harus beradaptasi terus menerus dengan segala perkembangan teknologi. Karenanya, AI dipandang bukannya tantangan, justru peluang bagi pelaku film.

"AI jangan lihat dengan sisi negatif, tapi positif. Bisa sangat membantu pekerjaan kita, tapi jangan sampai kita pakai secara tidak bijak. Kalau saya sih lebih ke sana, saya yakin begitu banyak teknologi AI bisa kita pergunakan untuk membantu pekerjaan kita,” ungkap Frederica saat ditemui di kantor Falcon, Duren Tiga, Jakarta Selatan.

Pernyataan Frederica di atas secara tidak langsung menjelaskan sikapnya terkait penggunaan AI dalam produksi. Bagaimanapun teknologi berkembang, dari sudut pandang Frederica atau Falcon Pictures, penggunaan secara bijak menjadi kunci.

Penggunaan AI secara bijak ini bisa dibilang prinsip penting, karena seputar itulah perdebatan tentang kehadiran AI di industri film terjadi secara global. Banyak perdebatan muncul, penerimaan dan penolakan terhadap praktik pemanfaatan AI, karena berpotensi digunakan secara tidak bijak dan mengeksploitasi pekerja film secara luas.

Misalnya, AI mungkin akan digunakan untuk menggantikan aktor manusia. Atau, AI untuk menghadirkan musik atau suara, menggantikan peran pembuat musik asli atau pengisi suara dalam proses produksi film.

“Batasanya balik lagi ke pribadi masing-masing apakah digunakan untuk menambah ilmu pengetahuan dan skill, atau memang mau berbuat curang saja,” ucap produser film Kang Mak (from Pee Mak) tersebut.

Frederica sendiri tak menutup mata terhadap perdebatan yang terjadi seputar penggunaan AI dalam produksi film. Namun menurutnya, isu AI menggantikan aktor manusia masih terlalu dini mengingat teknologi itu pun saat ini masih belum sempurna berkembang untuk bisa sampai pada level tersebut.

Jikapun nantinya AI memang benar bisa menghasilkan persis yang bisa dihasilkan atau dilakukan manusia, kata Frederica, maka tetap penggunaannya tergantung pada manusia, dalam hal ini produser atau rumah produksi yang berada dalam posisi pembuat film.

Falcon sendiri menurut Frederica berpegang pada etika profesional dalam bekerja bersama para pelaku film, termasuk aktor. “Misalkan, AI digunakan untuk menggantikan orang yang sudah meninggal, itu kan sesuatu yang menarik ya. Tapi kalau menggantikan aktor yang masih hidup karena lo nggak mau bayar si aktornya, itu kan sesuatu yang nggak benar,” tutur Frederica, menjawab pertanyaan soal batasan penggunaan AI.

“Tujuannya apa dulu lo mau pakai teknologi AI itu. Misalnya Vino G. Bastian, orangnya ada, tapi saya pakai suaranya Vino dengan AI, tapi saya nggak bayar dia, kan itu keterlaluan namanya,” lanjutnya lagi.

Frederica membocorkan, Falcon Pictures kini juga tengah menjajaki potensi pemanfaatan AI untuk sejumlah proyek film mendatang. Dia mengaku antusias karena menurutnya ada banyak kemungkinan menarik yang bisa terjadi dalam proses produksi kedepannya.

Menurut Frederica, Indonesia saat ini belum memiliki sumber daya yang cukup untuk mengeksplorasi AI secara maksimal. Maka itu, Falcon menjajaki peluang kerjasama bersama pihak-pihak dari mancanegara untuk merealisasikan proyek tersebut.

“Ada yang kita sedang eksplorasi. Kita sebagai PH (production house) kan harus melakukan terobosan, nggak bisa dong kita gitu-gitu aja. Dalam proyek itu, nanti cerita tetap dibikin sama penulis, ada sutradara juga, ada pemain juga. Nah, teknologi AI-nya berperan di sisi-sisi lainnya,” gambarnya.



KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar