29 September 2025
12:33 WIB
Produksi Smartphone China Kalahkan Samsung Dan Apple
Di kuartal kedua tahun 2025, produksi smartphone buatan China mengalahi dua raksasa, yakni Samsung dan Apple.
Penulis: Arief Tirtana
Editor: Satrio Wicaksono
Ilustrasi smartphone. Foto: Freepik.
JAKARTA - Di tengah turunnya minat konsumen untuk membeli barang elektronik akibat hambatan ekonomi global, pasar smartphone justri mengalami peningkatan. Riset TrendForce menunjukkan, produksi ponsel pintar global mencapai angka 300 juta unit pada kuartal kedua 2025.
Artinya, angka tersebut naik dari kuarta (QoQ) sebelumnya yakni 296,9 juta unit, atau sekitar 4%. Jika dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya (YoY), naik sekitar 4,8%.
Sejumlah faktor disebut menjadi pendorong meningkatnya produksi smartphone, di antaranya kebangkitan merek-merek asal China, seperti Oppo dan merek-merek dari Transsion (TECNO, Infinix, dan Itel).
Oppo (termasuk OnePlus dan Realme) mengalami kebangkitan dengan capaian produksi hingga 35% QoQ, sekitar 37 juta unit. Sementara Transsion (TECNO, Infinix, dan Itel) yang fokus pada pasar negara berkembang, mencatat pemulihan produksi lebih dari 27 juta unit, naik 33% dari kuartal sebelumnya, dan 15,7% dari tahun sebelumnya. Selain itu, Vivo (termasuk iQOO) juga mampu mencatatkan kenaikan produksi mencapai sebesar 8%, menjadi 26 juta unit.
Naiknya produksi ponsel ini dipengaruhi program subsidi yang diberikan Pemerintah China pada kuartal pertama tahun ini. Cara ini mampu memberikan dorongan jangka pendek bagi penjualan kelas menengah dan bawah.
Subsidi tersebut berimbas pada angka penjualan di kuartal kedua. Dalam daftar enam merek smartphone teratas dunia saat ini, hanya merek-merek asal China yang mencatatkan angka positif pada penjualannya.
Produksi Samsung dan Apple Turun
Sementara itu, dua pemain besar smartphone dunia, Samsung dan Apple justru mencatatkan penurunan jumlah produksi dibanding kuartal sebelumnya. Meski secara peringkat keduanya belum tergoyahkan, berada di urutan satu dan dua.
Apple berada di peringkat kedua dengan 46 juta unit, turun 9% QoQ. Tapi, merek asal Amerika ini masih mampu mencatat kenaikan mencapai 4% YoY, berkat penjualan iPhone 16e di awal tahun.
Untuk menghidupkan kembali penjualannya di China, Apple meluncurkan program diskon yang lebih besar dibandingkan wilayah lain, yang dikombinasikan dengan subsidi lokal.
Sementara Samsung tetap menjadi produsen terbesar, walau output produksi mereka turun 5% QoQ, menjadi 58 juta unit. Hal ini terjadi karena melambatnya penjualan model flagship mereka.
Meski subsidi Pemerintah China sangat mempengaruhi produksi smartphone negaranya di kuartal kedua, namun TrendForce meyakini dampak terhadap penjualan sepanjang tahun 2025 akan tetap moderat. Mengingat terbatasnya subsidi dan terbatasnya pilihan produk yang memenuhi syarat.