29 Juli 2025
10:21 WIB
Potensi Wisata Indonesia Di Tengah Konflik Thailand-Kamboja
Konflik yang tengah terjadi Thailand dan Kamboja diperkirakan dapat memberikan angin segar buat pariwisata Indonesia.
Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah menargetkan satu juta wisatawan pada 2025, didukung beragam acara dan destinasi unggulan seperti Kuta Mandalika dan pantai Selong Belanak. ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi
JAKARTA - Di tengah konflik yang terjadi antara Thailand dan Kamboja, Indonesia punya peluang besar untuk mendatangkan lebih banyak wisatawan mancanegara ke tanah air.
Dewan Pakar Gerakan Solidaritas Nasional (GSN) Bidang Pariwisata, Taufan Rahmadi mengatakan, Indonesia menjadi salah satu negara di kawasan ASEAN yang keamanannya terjamin dari sisi politik. Momen ini seharusnya dapat mendorong Indonesia sebagai destinasi wisata dunia yang aman, ramah dan kaya akan keindahan alam beserta atraksi yang ditawarkan di dalamnya.
"Menurut saya tentunya bisa saja, karena kita sama-sama tahu dalam dinamika pariwisata global itu salah satu yang menjadi pertimbangan utama wisatawan itu adalah faktor keamanan," kata Taufan, sebagaimana dikutip dari Antara, Selasa (29/7).
Namun demikian, adanya konflik kedua negara tetangga dirasa tidak cukup untuk mempromosikan keindahan Indonesia. Perlu upaya yang lebih agresif, terutama dalam penawaran paket-paket pariwisata hingga penegasan bahwa Indonesia merupakan destinasi wisata yang aman untuk dikunjungi.
"Tapi kita harus mewaspadai adanya potensi alternatif destinasi kawasan sampai wisatawan yang akan berkunjung ke Indonesia beranggapan bahwa daerah kita, negeri kita tidak aman karena berada dalam satu kawasan di Asia Tenggara yang sama dengan Thailand dan Kamboja," ujar Taufan.
Sementara itu, Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI), Azril Azhari justru menyatakan tanpa adanya konflik, Indonesia seharusnya mampu memikat wisatawan mancanegara untuk berlibur ke Indonesia, terlebih dengan adanya wisata kebugaran menarik yang sangat beragam.
"Indonesia harus mampu mengikat wisman berlibur karena memiliki wisata kebugaran dengan kelebihannya dari Thailand. Indonesia memiliki wisata kebugaran yang sangat beragam," ujar Azril.
Menurutnya, Indonesia menawarkan berbagai pilihan mulai dari spa, terapi kesehatan, yoga sampai meditasi yang mendukung gaya hidup sehat baik secara fisik maupun spiritual.
Contohnya, jika wisatawan mancanegara ingin mencoba yoga ada di La Joya, spa di Jeeva Klui Resort, dan berbagai kegiatan di kawasan Karanganyar, Kintamani, Sanur, serta Canggu. Ragam spa dan terapi kesehatan pun tersedia di Indonesia seperti pijat, lulur, sauna, dan perawatan tubuh lainnya untuk relaksasi dan peremajaan.
Ada juga Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pariwisata dengan fokus pada medical tourism, termasuk rumah sakit dan klinik bertaraf internasional. Di sisi lain, negara juga kaya akan pengobatan dengan pendekatan tradisional yang berfokus pada keseimbangan tubuh dan pikiran.
Di Jawa, katanya, ada Desa Kiringan di Bantul yang terkenal dengan wisata jamu, sementara kawasan lainnya menawarkan pengobatan tradisional dan holistik untuk menjaga kesehatan. Sementara di Tawangmangu, Jawa Tengah terdapat Rumah Atsiri Indonesia, yakni destinasi wisata
"Hal ini didukung Indonesia memiliki Jalur Rempah Nusantara (spice routes) yang khusus digunakan untuk spa, lulur juga digunakan sebagai bumbu makanan sehingga menjadi pola makan yang sehat dan konsumsi makanan sehat, organik, yang mendukung gaya hidup sehat," kata dia.
Azril mengatakan penemuan akan kekayaan rempah sudah diawali sekitar 4.500 tahun lalu, ketika bangsa Austronesia datang ke Nusantara untuk membawa rempah ke Asia Selatan.
Hal ini terus berjalan hingga abad ke-15 atau 16 bangsa Eropa melakukan penjelajahan mencari jalur laut baru ke Nusantara untuk mengendalikan perdagangan rempah, sehingga akhirnya Indonesia bisa menjadi poros maritim dunia.