24 Juni 2021
10:30 WIB
Penulis: Arief Tirtana
Editor: Yanurisa Ananta
JAKARTA – Di tengah riuh rendah persaingan tim-tim untuk merebut gelar juara Euro 2020, belakangan terselip isu yang menjadi perhatian banyak orang.
Kapten Jerman Manuel Neuer tidak memakai ban kapten berwarna kuning seperti yang sudah ditetapkan UEFA saat berlaga melawan Portugal (19/6).
Alih-alih ban kapten berwarna kuning, seperti yang dikenakan kapten-kapten dari negara lain, Neuer justru menggunakan ban kapten berwarna pelangi (merah-oranye-kuning-hijau-biru-ungu), yang identik dengan warna dukungan terhadap LGBTQ+ (lesbian, gay, biseksual, transgender, queer, dan lainnya).
Apa yang dilakukan kapten sekaligus penjaga gawang Timnas Jerman itu kemudian membuat UEFA melakukan investigasi.
Selain karena tak memakai ban kapten yang telah disediakan, investigasi dimaksudkan untuk mencari apakah ada muatan politik dalam penggunaan ban kapten pelangi tersebut.
Hasil investigasi kemudian diumumkan (21/6). Setelah terjadi komunikasi antara UEFA dengan Federasi Sepak Bola Jerman (DFB), investigasi akhirnya dihentikan, dengan kesimpulan tak ada muatan politik sama sekali dalam perbuatan tersebut.
Neuer dinyatakan bebas dari hukuman sanksi apapun.
"UEFA hari ini sudah memberi tahu DFB bahwa mereka telah menghentikan investigasi ban kapten pelangi yang dikenakan oleh Manuel Neuer. Dalam sebuah surat, ban kapten itu telah dinilai sebagai simbol keberagaman tim. Itu artinya, tujuan ban kapten tersebut sangat baik," tulis pernyataan resmi DFB.
Namun kecurigaan mengenai adanya muatan politis terhadap Neuer bukan tanpa alasan. Sebab, sebelum Neuer menggunakan ban kapten pelangi sebagai bentuk dukungan terhadap LGBTQ+, spanduk anti-LGBT sempat terlihat terpasang dalam pertandingan Timnas Hungaria, yang kebetulan berada satu grup dengan Jerman.
Ketika melawan Portugal (15/6) dan saat menghadapi Perancis (19/6) di di Stadion Puskas Arena.
Selain itu muatan politis disinyalir juga berkaitan dengan keputusan Parlemen Hungaria, yang pekan lalu baru saja mengesahkan undang-undang yang melarang materi pendidikan sekolah atau acara TV untuk anak di bawah 18 tahun, menampilkan kaum gay dalam isi kontennya.
Stadion Jerman
Penghentian investigasi terhadap ban kapten pelangi Manuel Neuer, nyatanya bukan akhir dari polemik dukungan terhadap LGBTQ+ di EURO 2020.
Sebab setelah polemik tersebut, Walikota Munchen Dieter Reiter membuat permohonan agar Stadion Allianz Arena diterangi dengan warna pelangi saat pertandingan Jerman vs Hungaria di laga terakhir Grup F (24/6).
Permohonan yang terang-terangan ditujukan sebagai tanggapan terhadap keputusan Parlemen Hungaria tersebut, jelas kemudian ditolak dengan tegas oleh UEFA.
Dalam keterangannya UEFA menjelaskan, rasisme, homofobia, seksisme, dan segala bentuk diskriminasi adalah 'noda' dalam masyarakat, dan merupakan salah satu masalah terbesar yang dihadapi dalam permainan sepak bola hari ini. Termasuk juga adanya perilaku diskriminatif yang dilakukan oleh suporter di dalam, di luar stadion, hingga ke media sosial.
Namun UEFA juga tak bisa mengabulkan permohonan tersebut. Karena sesuai undang-undang yang mereka miliki, UEFA adalah organisasi yang netral secara politik maupun agama.
“Mengingat adanya konteks politik dari permintaan khusus ini–sebuah pesan yang ditujukan pada keputusan Parlemen Hungaria–UEFA harus menolak permintaan ini,” bunyi keputusan UEFA.
Sebagai gantinya UEFA menyarankan agar stadion Allianz Arena dinyalakan dengan warna pelangi pada tanggal 28 Juni, tepat ketika perayaan Hari Pembebasan Jalan Christopher (Christopher Street Liberation Day) atau antara 3 dan 9 Juli yang merupakan Pekan Hari Jalan Christopher (The Christopher Street Day week) di Munich.
Akan tetapi, saran tersebut dengan tegas juga ditolak langsung oleh Reiter. Dengan menyebut keputusan UEFA itu sebagai 'memalukan' dan menegaskan bahwa kota-kota Jerman akan tetap menunjukkan dukungannya untuk komunitas LGBTQI + di tempat lain.
“Saran alternatif untuk menerangi Allianz Arena di hari lain bertentangan dengan pesan apa pun yang seharusnya berasal dari pencahayaan pelangi,” tukas Reiter.
Lebih lanjut Reiter menekankan bahwa pada hari pertandingan (vs Hungaria), mereka di kota Munich akan tetap mengirimkan tanda solidaritas dan rasa hormat untuk kesetaraan seksual ke Hungaria dan dunia.
Di antaranya dengan mengibarkan bendera pelangi di Balai Kota Munchen, dan membuat turbin angin dan juga Menara Olimpiade Munchen yang dekat dengan Allianz Arena, bersinar terang dengan warna pelangi.