27 Juli 2024
16:02 WIB
PGT Jadi Pilihan Turunkan Risiko Kelainan Genetik Dalam Proses Bayi Tabung
PGT adalah prosedur yang memungkinkan dokter untuk memeriksa embrio sebelum ditanamkan ke dalam rahim.
Penulis: Annisa Nur Jannah
Editor: Rendi Widodo
Dokter Ferdhy Suryadi Suwandinata Konsultan Fertilitas di Eka Hospital Grand Family. Validnews/Njenissa
JAKARTA - Proses bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF) menjadi salah satu solusi medis dipilih oleh pasangan yang mengalami kesulitan untuk hamil secara alami. Salah satu teknologi yang semakin banyak digunakan dalam proses IVF adalah Preimplantation Genetic Testing (PGT).
Dokter Ferdhy Suryadi Suwandinata selaku Konsultan Fertilitas di Eka Hospital Grand Family menjelaskan, PGT adalah prosedur yang memungkinkan dokter untuk memeriksa embrio sebelum ditanamkan ke dalam rahim.
"Ini berguna untuk memastikan embrio tersebut tidak memiliki kelainan genetik atau kromosom tertentu," ujar dokter Ferdy di kawasan Tangerang baru-baru ini.
Dokter menjelaskan bahwa proses ini menghindari risiko memiliki keturunan dengan kelainan genetik serius atau risiko kematian dini. Umumnya dijalani oleh pasangan yang memiliki riwayat keluarga dengan kelainan genetik tertentu.
Untuk menjalani PGT pada embrio, pasangan harus terlebih dulu menjalani proses bayi tabung. Langkah pertama dalam proses ini adalah menjalani stimulasi ovarium, yang memungkinkan banyak sel telur bisa diperoleh untuk dibuahi.
Setelah proses pengambilan sel telur sel-sel telur tersebut dibuahi oleh sperma menggunakan teknik ICSI (intracytoplasmic sperm injection) untuk menghasilkan embrio. Embrio yang terbentuk kemudian dikultur hingga mencapai tahap 6 hingga 8 sel atau sekitar hari ke-3 hingga ke-5 dari tahap perkembangan embrio.
Pada titik ini, PGT dilakukan dengan cara membiopsi embrio, yaitu mengangkat 1-2 sel untuk analisis genetik. Proses ini dilakukan dengan hati-hati sehingga tidak merusak sel-sel lain yang ada dalam embrio.
Langkah Melakukan PGT Pada Embrio
Dokter Ferdhy menjelaskan bahwa pada tahap biopsi embrio, proses ini melibatkan penggunaan laser atau bahan kimia untuk membuat lubang kecil pada embrio guna mengambil 1-2 sel jika embrio berusia 3 hari.
Jika embrio telah berkembang menjadi blastokista, beberapa sel akan diambil dari bagian trofektoderm, yaitu lapisan luar embrio yang akan berkembang menjadi plasenta.
Kemudian, pada tahap tubing atau intubasi, sel-sel yang telah diekstraksi dimasukkan ke dalam tabung dengan hati-hati. Selanjutnya, materi genetik dari sel-sel tersebut diekstraksi untuk analisis.
Setelah itu, hasil tes dinilai untuk mengidentifikasi embrio yang sehat dan yang tidak sehat secara genetik. Embrio yang tidak sehat akan dibuang, sementara embrio yang sehat akan dipilih untuk proses implantasi.
"Sebagian embrio yang sehat akan ditransfer ke dalam rahim ibu. Sedangkan sisanya dapat dibekukan untuk penggunaan di masa mendatang," jelasnya