30 Agustus 2025
15:16 WIB
Perokok Perlu Deteksi Kanker Paru Sejak Dini
Perokok aktif disarankan untuk melakukan skrining kanker paru, seridaknya setahun sekali, apalagi jika sudah menunjukan gejala seperti batuk.
Penulis: Gemma Fitri Purbaya
Editor: Satrio Wicaksono
Ilustrasi perokok pasif. Shutterstock/Cat Box
JAKARTA- Kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia dan Indonesia. Data Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) 2022 mencatat ada sekitar 400ribu kasus baru kanker per tahunnya di Indonesia dengan angka kematian sampai 242ribu jiwa.
Salah satunya adalah kanker paru, yang menjadi penyebab kematian tertinggi akibat kanker di Indonesia dengan menyumbang angka sekitar 34ribu jiwa per tahun. Dibandingkan dengan jenis kanker lainnya, prevalensi kanker paru pun paling tinggi, yakni mencapai lebih dari 1juta kasus.
Melihat hal itu, spesialis bedah thorax kardiovaskular Primaya Hospital Bekasi Timur dr. Andreas Andri mengatakan pentingnya deteksi kanker paru sejak dini, khususnya bagi perokok aktif, usia 40 tahun ke atas, dan memiliki riwayat anggota keluarga mengalami kanker paru.
"Jadi perlu lakukan skrining kanker paru dengan CT Scan, setidaknya satu sampai dua tahun sekali. Itu karena gejala awalnya cuman batuk-batuk saja, bukan batuk darah. Jadi banyak orang yang tidak sadar kalau mereka memiliki kanker paru," kata dr. Andreas saat ditemui di acara pembukaan Brain & Spine Center Primaya Hospital Bekasi Timur di Bekasi, beberapa waktu lalu.
Apabila diketahui sejak dini atau pada saat stadium awal, maka kesembuhan dan angka harapan hidup pasien pun lebih baik. Sayangnya, kebanyakan pasien yang datang ke dokter sering kali sudah berada di stadium lanjut sehingga lebih sulit sembuh.
"Selama ini yang datang sudah stadium lanjut gitu, jadi kankernya sudah menyebar ke liver, otak, dan harapan hidupnya kecil. Makanya, perokok, orang usia 40 tahun ke atas, dan ada riwayat keluarga yang kanker paru perlu lakukan CT Scan rutin tahunan," lanjut dr. Andreas.
Meskipun rokok bukan penyebab utama kanker paru, tetapi rokok adalah faktor risiko paling besar dan dekat oleh masyarakat. Rokok mengandung zat-zat karsinogenik, seperti tar yang dapat menyebar kanker paru.
Dikutip dari laman University College London Inggris, ketika seseorang merokok akan mengeluarkan ribuan senyawa yang terhirup masuk langsung ke paru-paru. Paru-paru yang mengenali senyawa tersebut sebagai zat berbahaya akan memanggil sistem kekebalan tubuh untuk menyerang mereka.
Dari sana, terjadilah peradangan yang membuat paru-paru kaku dan berubah warna menjadi hitam. Gejala-gejala seperti batuk kronis dan kadar oksigen rendah pun timbul karena paru-paru mulai memproduksi mukus atau cairan berlebih.
Kanker sendiri merupakan sel tubuh abnormal yang dapat tumbuh, bermutasi, dan menyebar secara tidak terkendali. Ketika terjadi di paru-paru, maka disebut dengan nama kanker paru. Tingkat kesembuhannya masih cukup rendah di sebagian besar negara, yakni hanya sekitar 15% akibat minimnya awareness masyarakat dan deteksi dini kanker paru.