c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

KULTURA

06 Februari 2025

10:18 WIB

Perlu Blue Print Pengembangan Desa Wisata Peraih Penghargaan 

Sejumlah desa wisata Indonesia telah berhasil meraih penghargaan di kancah internasional. Tapi jangan berhenti di situ, perlu blue print agar pengembangannya semakin terarah. 

Editor: Satrio Wicaksono

<p>Perlu <em>Blue Print</em> Pengembangan Desa Wisata Peraih Penghargaan&nbsp;</p>
<p>Perlu <em>Blue Print</em> Pengembangan Desa Wisata Peraih Penghargaan&nbsp;</p>

Warga menampilkan tari Joged Bumbung kolosal saat kegiatan Penglipuran Village Festival 2024 di Desa Wisata Penglipuran, Bangli, Bali, Kamis (4/7/2024). Sumber: AntaraFoto/Fikri Yusuf

JAKARTA - Kementerian Pariwisata diharapkan membuat blue print atau semacam rencana keberlanjutan bagi desa wisata yang telah meraih penghargaan bergengsi dunia seperti UN Tourism 2024 dan ASEAN Tourism 2025.

"Kalau misalnya dalam destinasi itu core-nya adalah pembangunan destinasi, dengan blue print pariwisata itu ada grand design, master plan-nya ketika wisatawan datang sehingga ada ekosistem yang terbangun," kata pengamat wisata dari Universitas Andalas Padang, Sari Lenggogeni.

Sari menuturkan, blue print tersebut ditujukan untuk membentuk ekosistem pariwisata yang lebih matang dan terarah. Termasuk menyiapkan masyarakat desa bila sewaktu-waktu menerima lonjakan kunjungan wisatawan mancanegara.

Diharapkan desa wisata tersebut tidak hanya menyediakan tempat destinasi atau sebatas atraksi saja. Meski promosi terus digencarkan sampai ke kancah global.

"Jadi tidak cukup hanya memberikan promosi melalui penghargaan tersebut tapi membantu kesiapan destinasi melalui manajemen destinasinya sendiri. Visitor designer-nya seperti apa, travel information-nya seperti apa?" kata Sari.

Tetapi juga mendorong majunya perekonomian di desa yang mencakup pengembangan UMKM, didirikannya souvenir center, menyusun paket-paket bagi para turis untuk melihat atraksi yang disediakan hingga ketersediaan homestay yang ramah, aman dan nyaman untuk ditinggali.

Sari menekankan semuanya harus disiapkan terutama dari sisi CHSE, higienitas hingga hospitality-nya. “Kesiapan destinasi yang ditunjang oleh program lintas SKPD, lintas stake holders untuk membangun desa wisata, jadi tidak bisa langsung juara terbaik. Sehingga ketika orang datang, masyarakat tidak memahami atau literasi baik soal pariwisata ini yang kita khawatirkan,” ujar dia.

Dirinya menyebut, blue print tersebut juga harus dipastikan memiliki standar dan tesertifikasi. Dengan demikian, para turis akan mengeluarkan dana yang lebih banyak dan mendorong adanya minat untuk tinggal lebih lama.

“Dampaknya pasti menjadi list terutama dia (turis) mencari local experience, semakin lama generasi terutama generasi Z sekarang cari local experience. Survei membuktikan generasi semakin lama semakin ingin berbaur dengan lokal, ingin menjadi bagian dari kelokalan tersebut,” ucap dia.

Sebelumnya, Desa Wisata Jatiluwih di Bali dan Desa Wisata Wukirsari di Yogyakarta telah meraih penghargaan “Best Tourism Villages UN Tourism 2024”.

Kemudian pada 20 Januari 2025 diumumkan bahwa sebanyak 15 perwakilan desa wisata di Indonesia mendapat penghargaan ASEAN Tourism Awards yang berlangsung di Persada Johor International Convention Center, Johor Bahru, Johor, Malaysia.

Dari sejumlah kategori penghargaan yang diperebutkan dalam ASEAN Tourism Awards 2025, desa wisata Indonesia berhasil menyabet pada kategori "5th ASEAN Homestay Award", "4th ASEAN Community-Based Tourism (CBT) Award", dan "3rd ASEAN Public Toilet Award".


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar