24 Maret 2022
18:18 WIB
Penulis: Gemma Fitri Purbaya
Editor: Rendi Widodo
JAKARTA - Dalam memperingati Hari Tuberkulosis (TBC) Sedunia yang jatuh pada tanggal 24 Maret, Program Pengendalian Tuberkulosis Nasional Indonesia dan The U.S. Agency for International Development Tuberculosis Private Sector Project (USAID TBPS) meluncurkan kampanye #PeriksaBatukPeriksaTBC.
Kampanye nasional ini bertujuan sebagai upaya dalam mendorong lebih banyak orang untuk melakukan deteksi dini, mencari perawatan TBC, serta membantu penyedia layanan kesehatan untuk mempertahankan perawatan yang berkualitas bagi pasien ketika merespon lonjakan covid-19.
Selain itu, kampanye #PeriksaBatukPeriksaTBC juga ingin menyebarkan pesan mengenai gejala TBC, sambil memperkuat peran tenaga kesehatan swasta dan fasilitas kesehatan dalam manajemen TBC.
"Kampanye #PeriksaBatukPeriksaTBC ini akan berkontribusi untuk target Indonesia dalam menemukan tambahan 380 ribu kasus TBC dan memberikan pasien TBC pengobatan yang cepat dan berkualitas. Hal ini bersinergi dengan target eliminasi TBC di Indonesia pada tahun 2030," ujar Acting Mission Director USAID Indonesia dalam keterangannya, Kamis (24/3).
TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis dan dapat ditularkan melalui udara, seperti ketika pasien TBC batuk, bersin, berbicara, atau meludah.
Gejalanya beragam, tergantung pada di mana bakteri TBC berada, yang umumnya adalah di bagian paru.
Umumnya, pasien akan menderita batuk berdahak lebih dari dua minggu, ada bercak darah di dahak, nafsu makan menurun hingga terjadi penurunan berat badan yang drastis, demam yang tidak terlalu tinggi, serta berkeringat di malam hari.
Di Indonesia sendiri, kasus TBC masih cukup tinggi. Bahkan, Indonesia menjadi negara dengan beban penyakit TBC tertinggi kedua di dunia. Setiap tahun, diperkirakan 845 ribu orang di Indonesia menderita TBC, namun hanya 67% di antaranya yang ternotifikasi ke Kementerian Kesehatan di 2019.
"Indonesia harus melakukan semua yang dapat kita lakukan untuk melanjutkan progres hingga mencapai target pemerintah Indonesia untuk eliminasi TBC. Di mana Indonesia berupaya mencapai target insiden sekitar 190 per 100 ribu orang di 2024 dan 65 per 100 ribu orang di 2030," papar Direktur Jenderal Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Kementerian Kesehatan Dr. Maxi Rein Rondonuwu.
Data dari Substansi TBC menunjukkan penanganan TBC di Indonesia telah mengalami kemajuan yang stabil, dari yang awalnya 35% menjadi 67%.
Sayangnya, cakupan ini menurun lebih dari 40% di 2020 akibat terjadinya pandemi Covid-19. Dengan begitu, diharapkan dengan kampanye #PeriksaBatukPeriksaTBC penanganan TBC di Indonesia bisa lebih baik agar tercapai target bebas dari TBC.