24 April 2025
20:54 WIB
Perankan Pekerja Tambang, Raihaanun Ungkap Tantangan Syuting Angkara Murka
Memerankan sosok Ambar yang bekerja sebagai pekerja tambang di film Angkara Murka, Raihaanun menceritakan segala tantangannya. Dari medan yang 'keras' sampai harus berlatih bahasa Jawa.
Penulis: Andesta Herli Wijaya
Sesi konferensi pers film Angkara Murka di Epicentrum XXI, Jakarta, Kamis (24/4). Dok: Validnews/ Andesta.
JAKARTA - Raihaanun memerankan film Indonesia terbaru, Angkara Murka. Sebuah persembahan horor dari Forka Films, debut film panjang dari sutradara Eden Junjung asal Yogyakarta.
Film Angkara Murka mengangkat kehidupan para pekerja tambang di lereng Gunung Merapi, Jawa Tengah. Keseharian yang berat para buruh tambang dipotret secara dekat, dan dielaborasi dengan pendekatan horor.
Eden Junjung selaku sutradara sekaligus penulis film ini, mencoba memberi metafora kegelapan dan teror nyata yang dialami para pekerja tambang, mengaitkan pada cerita horor seputar praktik ritual kelam yang terkubur di dalam tambang.
Tampil sebagai bintang utama, Raihaanun memerankan Ambar, sosok istri dari seorang pekerja tambang yang hilang. Demi melanjutkan hidup sekaligus mencari kebenaran tentang suaminya, dia pun menjadi pekerja tambang, menjadi satu-satunya perempuan di dunia keras para pekerja laki-laki.
Raihaanun bercerita, memerankan karakter pekerja tambang memberikan banyak tantangan baginya. Selain harus menjalani proses syuting di medan yang 'keras', di area tambang nyata, dia juga harus belajar langsung melakukan pekerjaan buruh kasar di tempat tersebut, dari memecah batu dengan palu hingga merasakan kerasnya keseharian di sana.
"Kurang lebihnya setnya itu sendiri memang menantang. Tapi dengan adanya set itu ya bukan merupakan suatu kesulitan kita untuk menerjangnnya. Tapi justru jadi menarik banget, secara look secara kita menjalaninya buat saya itu suatu pengalaman yang nggak akan pernah lupa," ungkap Raihaanun saat ditemui di Jakarta, Kamis (24/4).
Dalam prosesnya itu, dia pun mengungkap fakta mengerikan tentang teror dan rahasia gelap yang terkubur di dalam tambang, terkait dengan ritual sesat pemilik tambang tersebut.
Baginya, memerankan karakter Ambar adalah pengalaman yang tak terlupakan. Karena selain harus menjalani pekerjaan yang keras, dia harus melalui masa syuting dengan akses medan yang sulit dan menantang, beraksi di dalam tambang hingga masuk ke hutan.
"Sebelumnya saya juga pernah main film dengan medan yang sulit. Cuman ini memang medan yang tersulit buat saya , tersulit tapi menyenangkan," ujar Raihaanun.
Tak hanya harus menjalani kehidupan pekerja tambang, Raihaanun di film Angkara Murka juga harus berlatih berbahasa Jawa. Film ini menggunakan bahasa Jawa secara penuh, untuk menyajikan realitas yang kuat bagi penonton.
"Karena ini full berbahasa Jawa. Itu mungkin menjadi salah satu tantangan untuk saya. Yang mana sebelum take itu saya pasti, untuk melancarkan dialognya juga terus latihan, ulangin kalimatnya supaya lebih pas," tambahnya.
Raihaanun berharap, proses berat yang dia jalani untuk film ini bisa memberikan sesuatu yang berkesan bagi penonton. Lewat film ini, dia berharap penonton bisa mendapat perspektif baru tentang kehidupan yang agaknya selama ini tak banyak tersorot, yaitu kehidupan keseharian para pekerja tambang.
"Memang seganas itu ya kehidupan di luar sana ya. Bagi saya yang tinggalnya di Jakarta, jauh banget buat saya untuk melihat itu. Tetapi sampai ke situ, ada ya ternyata," imbunya lagi.
Angkara Murka menjadi debut film panjang bagi sutradara asal Yogyakarta, Eden Junjung. Sosok ini sebelumnya banyak membuat film pendek yang beroleh tempat di skena internasional, seperti yang meraih pengakuan di festival internasional seperti Happy Family, Bura, dan The Intrusion.
Angkara Murka, katanya, terinspirasi dari cerita-cerita yang kerap didengarnya semasa kecil, tentang misteri horor di lereng Gunung Merapi. Setelah melakukan riset panjang di sana, dia pun kemudian menyadari bahwa ada sesuatu yang metaforis di balik cerita-cerita masa kecil. Bahwa kegelapan di lereng gunung itu tak hanya terkait dengan mistis, namun juga ada keseharian pertambangan yang keras, hingga eksploitasi manusia.
Lebih lanjut, Ifa Isfansyah selaku produser mengatakan, Angkara Murka bukan sekadar film yang menyajikan ketakutan atau horor. Film ini menurutnya membawa cerita yang penting, menggambarkan realitas yang tragis dan juga perlu diceritakan kepada masyarakat luas.
"Dan yang menarik konsep yang memang dipertahankan oleh Eden sejak awal adalah karakter Ambar ini, itu adalah satu-satunya karakter perempuan di film ini. Nanti akan diperlihatkan bagaimana dunia laki-laki yang kita gambarkan dan penuh ketidakadilan ini digerakkan dan dihajar oleh satu perempuan," tutur Ifa.
Angkara Murka turut dibintangi oleh Whani Darmawan Rukman Rosadi, serta sederet aktor peran yang dijaring dari skena seni dan perfilman di Yogyakarta. Film ini akan mulai tayang di bioskop seluruh Indonesia 22 Mei mendatang.