c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

19 Mei 2025

17:14 WIB

Peran Orang Tua Asah Soft Skill Anak

Perlu pendekatan yang tepat dari para orang tua untuk bisa menumbuhkan soft skill anak. apalagi hal tersebut tidak bisa dikembangkan secara instan. 

Penulis: Annisa Nur Jannah

<p>Peran Orang Tua Asah <em id="isPasted">Soft Skill</em> Anak</p>
<p>Peran Orang Tua Asah <em id="isPasted">Soft Skill</em> Anak</p>

Ilustrasi ayah mendampingi anak membuat karya seni. Freepik

JAKARTA - Soft skill atau keterampilan lunak menjadi aspek yang semakin penting dalam perkembangan anak di era modern. Namun, menumbuhkan soft skill tidak bisa dilakukan secara instan atau hanya melalui perintah. 

Menurut Anggiastri H. Utami, psikolog anak dan keluarga, pendekatan yang tepat agar soft skill tumbuh secara alami pada anak justru berasal dari peran aktif orang tua dalam kehidupan sehari-hari anak.

“Orang tua harus menjadi contoh nyata bagi anak,” ujar Anggiastri kepada Validnews.

Menurutnya, anak akan lebih mudah belajar dan menyerap nilai-nilai soft skill ketika melihat langsung perilaku yang sama dilakukan oleh orangtuanya. Misalnya, saat orang tua ingin mengajarkan empati, maka tunjukkan dulu sikap peduli dan perhatian pada apa yang anak rasakan. 

Sikap ini akan menanamkan kesadaran pada anak bahwa soft skill bukan hanya teori, melainkan sesuatu yang hidup dan diterapkan dalam interaksi sehari-hari. Selain itu, Anggiastri menegaskan bahwa orang tua wajib memiliki kemampuan regulasi diri yang stabil. 

"Ketika orangtua mampu mengatur emosinya, anak juga belajar bagaimana mengelola perasaan dan menghadapi situasi sulit dengan tenang,” tambahnya. 

Hal ini berkaitan dengan lingkungan emosional yang sehat, di mana anak merasa aman untuk berekspresi dan mencoba hal-hal baru tanpa takut dihukum atau dikritik berlebihan. Memberikan waktu khusus untuk bermain, ngobrol, dan berdialog bersama anak juga menjadi bagian penting dalam proses ini. 

Aktivitas sederhana ini memberi ruang bagi anak untuk berlatih komunikasi, membangun hubungan emosional yang kuat dengan orang tua, serta mengasah kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Tak kalah penting, orang tua perlu memberikan kesempatan pada anak untuk mencoba hal baru dan mengalami kegagalan, termasuk emosi negatif seperti rasa kecewa. 

“Kegagalan dan emosi negatif itu bagian dari proses belajar, yang membantu anak mengenali dan mengelola emosinya secara mandiri,” ungkapnya.

Pada saat anak berhasil melakukan sesuatu dengan baik, pemberian apresiasi dari orang tua menjadi motivasi penting agar anak terus mengembangkan soft skill tersebut. Namun, peran orang tua tidak hanya sebatas mendukung secara emosional, tetapi juga harus bijaksana dan realistis dalam menyikapi minat anak. 

Orang tua perlu menunjukkan bahwa mereka memahami dan menghargai apa yang anak sukai serta pentingnya bagi perkembangan anak. Di sisi lain, orang tua juga harus jujur menjelaskan kondisi dan tantangan yang mungkin dihadapi dalam menekuni minat tersebut. 

Anggiastri memberikan contoh konkret, misalnya mengajak anak untuk berdiskusi tentang solusi terbaik bersama. Ini bisa berupa pemanfaatan fasilitas sekolah seperti ekstrakurikuler, mencari mentor yang bersedia membimbing, atau bahkan mencari relawan yang menjual alat musik bekas dengan harga terjangkau. 

"Dengan cara ini, anak belajar untuk bersabar, tekun, sekaligus kreatif dalam mencari alternatif terbaik untuk mewujudkan minatnya," jelasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar