27 Maret 2025
10:38 WIB
Peran Intimacy Coordinator Hingga Penggunaan Senjata Asli Di Film Perang Kota
Film ini sebuah epik yang dibuat dengan sentuhan visual kompleks, memadukan aksi langsung, termasuk adegan-adegan yang intens dan intim, dan dibalut dalam efek visual tingkat tingg.
Penulis: Andesta Herli Wijaya
Editor: Rendi Widodo
Sesi konferensi pers film Perang Kota di Metropole XXI, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (24/3). Validnews/Andesta
JAKARTA - Film Perang Kota dari sutradara Mouly Surya siap menyapa penonton di bioskop tanah air. Film ini cerita dan warna sinematik yang segar bagi penonton Indonesia, dengan cerita drama periodik yang dibalut estetika visual yang apik.
Film ini menyajikan kisah tentang cinta, perjuangan dan penghianatan. Cerita yang diangkat dari novel Jalan Tak Ada Ujung (1952) karya Mochtar Lubis, tentang Guru Isa, Fatimah dan Hazil yang hidup di era revolusi kemerdekaan. Ketiganya terlibat dalam peristiwa kecamuk perang kota, sembari menjalani dinamika keseharian, perjuangan bertahan hidup, serta menghadapi hasrat dalam diri masing-masing akan kehidupan dan asmara.
Guru Isa yang diperankan Chicco Jerikho, adalah seorang guru musik dan pejuang, yang menjalankan misi penting revolusi bersama muridnya, Hazil (Jerome Kurnia). Di saat bersamaan dia juga harus memperjuangkan kehidupan keluarganya, istrinya Fatimah (Ariel Tatum) dan putra semata wayang mereka.
Kisah perjuangan itu penuh dinamika. Kehadiran Hazil memberi belokan cerita, ketika tiga tokoh utama tersebut terlibat dalam cinta segi tiga. Mereka mencoba menata hati dan diri masing-masing, menghadapi kecamuk perang kota, sekaligus kecamuk dalam diri mereka.
Mouly Surya sebagai sutradara menyajikan kisah itu dalam suguhan visual yang ciamik. Film ini sebuah epik yang dibuat dengan sentuhan visual kompleks, memadukan aksi langsung, termasuk adegan-adegan yang intens dan intim, dan dibalut dalam efek visual tingkat tinggi.
Untuk menghidupkan dunia itu, Chicco dan pemeran lainnya mengaku harus menjalani banyak sekali proses persiapan. Mulai dari menjalani workshop koreografi hingga teknis penggunaan senjata api. Belum lagi, para pemain juga belajar dialek bahasa Belanda, juga bahasa Indonesia di masa itu.
"Semuanya melalui workshop tentunya. Terutama gimana caranya pegang pistol. Dan pistol ini adalah betul-betul pistol di tahun 1940-an, dan itu beda, berat sekali dari pistol-pistol yang sebelumnya pernah saya coba di film-film sebelumnya. Itu ada workshopnya sendiri. Dan penggunaan bahasa asingnya sendiri kita dikasih coaching dialek. Untuk biola juga ada," ungkap Chicco saat ditemui di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Serangkaian workshop itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan film arahan Mouly Surya ini, agar bisa memberikan kesan sekuat mungkin dan senyata mungkin bagi penonton. Jerome Kurnia yang memerankan Hazil, mengaku proses produksi Perang Kota amat kompleks dan juga menguras banyak energi.
Namun Jerome sendiri mengaku antusias dengan produksi ini karena menurutnya menerapkan standar yang baik. Terutama terkait penciptaan adegan-adegan intim, di mana Mouly menggandeng seorang intimacy coordinator yang mampu menciptakan koreografi adegan intim dengan baik, aman dan nyaman bagi para pemain.
"Banyak proses menyenangkan, proses-prosesnya yang gue suka. Kita banyak workshop, gue ikutan juga worshop biola, ada reading," kata Jerome.
"Bahkan kita punya juga workshop intimacy dan itu menurut gw patut diterapkan di semua produksi film di indonesia yang mempunyai adegan-adegan intimacy. Itu juga sangat bagus sih, jatuhnya kayak adegan koreografi," paparnya lagi.
Menambahkan, Ariel Tatum yang memerankan Fatimah, istri dari Guru Isa, mengungkapkan kalau produksi film Perang Kota adalah proses produksi paling panjang yang pernah diikutinya. Syuting film ini memakan waktu enam bulan dengan rangkaian proses yang kompleks dan menguras energi seluruh tim produksi.
Namun terlepas proses panjang itu, Ariel Tatum mengaku antusias bisa menghidupkan cerita Perang Kota. Menurut Ariel, dirinya memerankan sosok wanita yang luar biasa, penuh daya dan juga penuh kasih sayang terhadap keluarga.
Ariel berharap proses panjang yang mereka lakukan bisa memberi hasil terbaik bagi film Perang Kota. Dia pun berharap antusiasme mereka untuk film ini disambut pula dengan antusias oleh para penonton film Indonesia.
"Proses syutingnya sangat menyenangkan buat kami, di mana energi kami amat fokus dan kami mencoba membirikan segalanya dan lebih," kata Ariel.
"Menurut saya karakter fatimah masih sangat relevan untuk disaksikan di era modern. Ada naluriah keibuan di dirinya tapi juga banyak unsur inspriatif," imbuhnya.
Film Perang Kota persembahan dari Cinesurya bersama Kaninga Pictures dan Starvision. Film ini turut dibintangi oleh Rukman Rosadi, Anggun Priambodo, Chew Kinwah, Alex Abbad, Indra Birowo, Dea Panendra dan banyak lagi lainnya.
Film Perang Kota dengan judul internasional This City Is A Battlefield sebelumnya telah menggelar penayangan dunia perdana di International Film Festival Rotterdam (IFFR) Februari lalu. Film ini dijadwalkan tayang di bioskop tanah air pada 30 April mendatang.