14 April 2025
21:00 WIB
Penyakit Chagas Bisa Berujung Kematian, Ini Cara Pencegahannya
Penyakit Chagas sering dijuluki sebagai silent disease karena gejalanya cenderung tidak tampak dalam jangka waktu lama. Pencegahan yang efektif dengan pengendalian vektor dan pemeriksaan darah donor.
Penulis: Annisa Nur Jannah
Ilustrasi mata bengkak terkena serangga. Foto: alodokter.
JAKARTA - Penyakit Chagas merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi parasit Trypanosoma cruzi. Parasit ini ditularkan melalui serangga triatomine, yang kerap dijuluki sebagai serangga pencium.
Serangga ini biasanya hidup di celah-celah dinding rumah yang tidak layak huni, terutama di wilayah pedesaan atau pinggiran kota, dan cenderung aktif saat malam hari. Penularan penyakit ini dapat terjadi melalui berbagai cara seperti kontak langsung dengan kotoran serangga pembawa parasit, melalui luka terbuka, konsumsi makanan yang telah terkontaminasi, transfusi darah, transplantasi organ, hingga penularan dari ibu hamil ke janinnya.
Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), saat ini diperkirakan ada sekitar tujuh juta orang di dunia yang terinfeksi penyakit Chagas. Setiap tahunnya, lebih dari 10 ribu orang meninggal akibat penyakit ini, sementara lebih dari 100 juta orang lainnya berada dalam risiko tertular.
Penyakit ini sering dijuluki sebagai penyakit yang tersembunyi atau silent disease karena gejalanya cenderung tidak tampak dalam jangka waktu lama. Chagas berkembang melalui dua fase yaitu fase akut dan fase kronis.
Pada fase awal, gejala yang muncul biasanya ringan atau bahkan tidak terlihat sama sekali. Namun, sebagian orang bisa mengalami demam, nyeri otot, pembengkakan kelenjar getah bening, pembesaran hati, hingga gangguan pada jantung atau sistem saraf.
Salah satu ciri khas bisa dikenali adalah pembengkakan pada area gigitan atau di sekitar kelopak mata yang dikenal sebagai tanda Romana. Jika tidak ditangani dengan baik, penyakit ini bisa memasuki fase kronis yang dapat berlangsung tanpa gejala selama bertahun-tahun.
Namun, dalam sejumlah kasus, penderita bisa mengalami komplikasi serius seperti gangguan jantung, masalah pada sistem pencernaan, dan gangguan neurologis yang bisa mengancam nyawa. Hingga kini, vaksin untuk mencegah Chagas belum tersedia.
Pencegahan Penyakit Chagas
Upaya pencegahan yang efektif sangat bergantung pada pengendalian vektor dan pemeriksaan darah donor. WHO mendorong langkah-langkah seperti penyemprotan insektisida di rumah dan lingkungan, perbaikan bangunan tempat tinggal agar lebih aman, serta menjaga kebersihan makanan dan area penyimpanan.
Sebaiknya, di wilayah tempat tinggal, masyarakat dianjurkan untuk menggunakan kelambu saat tidur guna mencegah gigitan nyamuk, serta memastikan proses penyaringan darah dan donor organ dilakukan dengan prosedur yang ketat demi menjaga keamanan dan kesehatan bersama.
Selain itu, penting juga dilakukan deteksi dini, khususnya bagi ibu hamil dan bayi yang baru lahir, guna mencegah penularan secara kongenital. Menariknya, di beberapa daerah endemik malaria, tenaga laboratorium kini juga dilatih untuk mengenali parasit Trypanosoma cruzi melalui pemeriksaan mikroskopis.
Inisiatif ini menjadi langkah awal penting dalam mendeteksi kasus Chagas sedini mungkin dan mencegah penyebaran yang lebih luas di masa mendatang.